(17) Misterius

74 9 0
                                    

Keempat, adalah golongan yang mempunyai kehidupannya sendiri. Karena sering menutup diri, mereka kadang dicap misterius. Mereka adalah tipe di kelas yang keberadaannya antara ada dan tiada. Duduk paling belakang, datang dan perginya pun tidak disadari, karena mempunyai hawa kehadiran yang tipis dan tidak suka menonjolkan diri.

Mereka jarang menerima ajakan dari orang lain dan hanya melakukan kegiatan yang disukainya. Kegiatan seperti membaca buku, menonton film sendiri, dan memikirkan solusi dari permasalahannya seorang sendiri. Mereka hanya mempunyai beberapa teman yang ia percayai untuk diajak bicara, tidak akan bicara terhadap orang lain yang tidak ia kenal, kecuali jika ada yang mengajaknya bicara terlebih dahulu. Karena mereka selalu memikirkan apa yang ingin dikatakannya, mereka ini termasuk pemikir kritis dan senang berimajinasi. Senang mengamati orang lain dan lebih pandai menjelaskan sesuatu melewati tulisan. Mungkin mereka terkesan pemalu. Sebenarnya, mereka bukan pemalu, hanya saja tidak suka memperlihatkan kebolehannya di hadapan orang lain, atau istilah kerennya introver.

Aku? Termasuk dari mereka? Jawabannya 'iya' jika itu dulu. Namun, semenjak aku dekat dengan Tesya dan Syafira, aku mulai berusaha membuka diriku perlahan demi perlahan. Hingga sekarang, yang tersisa dariku hanyalah 'senang mengamati orang lain'. Aku mencoba dunia baru bersama mereka, keluar dari cangkang yang mungkin bukan lagi tempat yang cocok bagiku. Menjelajahi dunia baru ini adalah bentuk penghargaanku terhadap nasihat Laila, agar aku tidak terus lari dari kenyataan.

Mungkin yang bisa disebut sebagai introver sejati saat ini di kelasku, adalah Mar. Tidak banyak yang bisa aku jelaskan tentangnya, karena dia benar-benar orang yang sangat misterius. Aku hanya bisa melihat dari fisiknya, rambutnya lurus, pendek di sisi kanan, kiri, dan belakang. Bagiku ia cukup ganteng dan gagah, walau tidak terlalu tinggi. Tubuhnya seperti sering dilatih untuk bela diri. Pandangannya tajam, jarang terlihat tersenyum, dan selalu memperlihatkan muka datar tanpa ekspresi. Sisi misterius ini yang membuatku penasaran, karena di balik matanya sekalipun, ia sama sekali tidak menyembunyikan masalah atau penderitaan apa pun. Seolah ia sangat menikmati perannya sebagai introver.

Mar itu siswa yang pintar, tetapi tidak pernah menonjolkan dirinya. Mar juga seperti bisa memanipulasi keadaan. Orang lain bisa memperhatikannya dan bisa saja mengabaikannya, ia seolah bisa mengontrol 'atmosfer keadaan' orang-orang di sekitarnya. Bahkan aku hampir saja tidak menyadari keberadaannya saat ini.

Sewaktu kelas X, dia pendiam dan seringkali menulis sesuatu di laptopnya, entah ia menulis apa. Ia juga cowok yang kadang curi-curi pandang ke arahku. Namun, dengan tatapan tajam, seolah aku telah melakukan hal buruk padanya. Anehnya, sewaktu kelas XI dan aku tidak sekelas dengannya, dia terlihat sangat menonjol dan ceria. Ketika sekarang kelas XII dan kita kembali sekelas, dia kembali menjadi pribadi yang pendiam. Namun, kebanyakan orang-orang tidak menyadari perubahan karakternya itu.

"Fia! Ngelamun aja, kebiasaan kamu! Entar kesambet loh!" tegur Syafira.

"Maaf. Aku lagi ngelihatin Mar soalnya," jawabku tanpa pikir panjang.

"Apa-apa? Nggak salah denger? Fia lagi merhatiin cowok?" teriak Tesya dari bangkunya. Aku heran karena dari jarak yang cukup jauh, ia bisa mendengarku.

"Ciiiiieeee ...!" menggema dengan keras di dalam kelas. Jawabanku yang tanpa pikir panjang itu membuat bibir mereka gatal untuk mencemoohku.

Aku diam dan hanya memasang senyum terpaksa.

"Cieeee ... diem aja," sambung mereka.

"Yah ... ketahuan. Aku lagi ngelihatin Mar," jawabku pura-pura kaku.

"Ciiiiieeee ... Fia mengakui ...."

Terus begitu, hingga aku lelah memikirkan hal apa yang bisa menghentikan godaan receh itu. Keluar ruangan pun sepertinya percuma. Untuk sementara aku diam saja.

Gelembung Waktu (END)Where stories live. Discover now