#Chapter 70

17.4K 507 15
                                    

Happy Reading

Dengan posisi kaki yang menyila, Bulan mendengarkan setiap lontaran yang diucapkan temannya sambil menyeruput minuman. Anatasha menceritakan bahwa dia sedang berada di masa pendekatan dengan pria yang akhir-akhir ini selalu membuatnya merasa nyaman karena perlakuan istimewa yang sering ditonjolkan.

Bulan merasa bahagia sebab temannya tidak perlu sedih lagi ketika melihat pasangan-pasangan diluaran sana memamerkan kemesraan. Namun, saat dia mendengar siapa orang yang membuat temannya ini nyaman, tubuh terasa kaki tak bisa berbuat apa-apa dan yakin raut wajahnya akan berubah 180 derajat.

"Lo suka dia, Na?" tanya Bulan yang dibalas anggukan kepala.

"Sumpah ya, Lan, kalau lo lihat dia, langsung jatuh cinta deh," kata Anatasha membayangkan wajah pria itu sambil tersenyum-senyum.

"Kenapa?" Anatasha bertanya ketika dia menyadari jika temannya sedari tadi diam. Biasanya kalau dia menceritakan pria pada Bulan, temannya ini yang paling semangat.

"Gue enggak kenapa-kenapa kok," kata Bulan berbohong.

"Lo gak bisa bohong sama gue," kata Anatasha.

Bulan terdiam tidak tahu harus membalas perkataan temannya, Anatasha seperti apa. Jika dia mengatakan dengan jujur mengenai pria itu, dia takut jika temannya akan merasakan sakit hati. Bila dia tidak jujur kemungkinan besar akan membuat temannya juga akan merasakan sakit hati di kemudian hari.

"Alangkah baiknya, lo gak sama dia deh," Bulan berkata dengan sangat hati-hati karena takut jika menyinggung perasaan Anatasha.

"Emangnya kenapa?" tanya Anatasha dengan raut wajah yang bingung.

"Na, lo mau dekat dengan siapapun, mau lo suka sama siapapun, gue gak pernah melarang lo. Tapi, kali ini gue minta tolong untuk menjauh dari cowok itu," kata Bulan.

"Bentar, alasan lo menyuruh gue jauhi dia kenapa? Apa ada yang salah dari dia atau lo justru sudah mengenalnya dan sekarang lo mulai jatuh cinta sama dia?" Anatasha menatap lekat wajah temannya.

Bulan menghela nafasnya. Dia berkata, "Kalau waktunya udah tepat, lo akan tau maksud gue apa, Na. Gue hanya ingin yang terbaik buat lo. Cuma lo dan Lea yang menjadi teman gue, gue gak mau kehilangan kalian berdua apalagi hanya karena cowok."

Anatasha meletakan piring di lantai. "Iya, gue paham. Tapi alasan lo itu apa? Gue pengen tau maksud lo seperti apa? Gue gak mau ada kebohongan antara kita, Lan. Kita udah jadi teman bertahun-tahun, kenapa lo menyembunyikan sesuatu dari gue?"

"Lo pengen tau?" Anatasha mengangguk.

"Apa lo siap mendengar setiap kalimat yang gue ucapkan dan apa lo siap menerima kenyataan yang sebenarnya? Apa lo udah siap untuk menanggung resiko?"

"Iya, gue mau. Meskipun nantinya gue yang akan merasakan sakit," kata Anatasha.

"Tapi gue kasih tau lo nanti aja, gue rasa waktunya belum tepat," kata Bulan.

"Please, Lan, jangan buat gue penasaran," kata Anatasha.

"Gue harap lo jauhi dia, Na. Gue gak mau lo kenapa-kenapa." Setelah berkata seperti itu, Bulan pergi dari hadapan Anatasha. Dia melangkahkan kakinya menuju kamar pribadinya.

...

Lea memegang kepalanya yang berdenyut sakit karena dihadapkan dua orang yang tengah berdebat. Dia mewajari jika perdebatan itu dengan orang yang sebanding, tapi masalahnya suaminya itu malah berdebat dengan adiknya sendiri. Lea tidak tahu akar permasalahannya sebab dia baru saja datang setelah membeli bakso.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang