#Chapter 48

20.4K 578 33
                                    

Happy Reading

Sore ini Bulan, Anatasha, Angga, dan Evano mengunjungi kediaman temannya, Milo dan Lea. Tujuan mereka datang hanya untuk berbincang-bincang, karena semenjak Milo keluar dari rumah sakit, mereka sangat jarang berkumpul.

"Aduh, Le, gak usah repot-repot hihi," kata Evano.

"Alah, biasanya juga ngabisin makanan gue," balas Lea.

Milo keluar dari sarang persembunyiannya dengan pakaian yang sederhana, kaos hitam polos dipadukan celana selutut. Dia mengernyitkan dahi ketika melihat teman-temannya sedang berkumpul di ruang tamu. Padahal dia tidak menyuruh mereka untuk datang, terutama Angga dan Evano.

"Ini makanan-makanan dari mana?" Milo bertanya dengan menunjuk cemilan yang ada di meja.

"Kulkas lo lah, emangnya dari mana lagi," jawab Evano kesal.

"Bayar ye lo jangan mau gratisan mulu," kata Milo.

"Idih najisun, punya teman perhitungan banget," kata Angga.

Perhitungan dari mana coba, setiap mereka datang yang diincar adalah makanan. Setelah mendapatkan keinginan, mereka langsung pergi tanpa mengucapkan apa-apa. Lalu, mereka menyebut kalau Milo perhitungan? What the hell, kalau memang dia perhitungan mungkin dari zamannya SMA sudah nagih mereka.

Milo duduk diantara teman-temannya yang sedang bermain PS bermaksud untuk bergabung dengan mereka. Tetapi, Angga malah memperdempet tubuhnya hingga membuatnya bergidik ngeri sebab dia masih normal, masih menyukai perempuan apalagi kalau bohay.

Angga, temannya ini menyuruh Milo dan Evano untuk membuat lingkaran kecil. Dia membisikkan sesuatu yang tidak masuk akal pada mereka. Bisa saja masuk ke akal kalau saja mereka mengerti yang dimaksud dari perkataan Angga.

Setelah Angga menjelaskan untuk kedua kalinya, Evano dan Milo saling berpandangan. "Serius?" tanya Milo yang diberi anggukan kepala.

"Kapan lagi kita begini," kata Angga.

"Resiko ditanggung Angga ya," kata Evano.

"Lea," panggil Milo.

"Apaan?"Lea bertanya dalam mode mengegas seperti bajaj.

"Pulang malam ya, hehe," kata Milo.

"Mau kemana?" tanya Lea mencoba untuk bersikap kalem.

"Lihat cewek," jawab Milo keceplosan.

"Berani-beraninya ya lo. Gak gue izinin," kata Lea.

"Bohong, Le. Kita bukan mau lihat cewek-cewek semok, bukan Le. Kita ada kerjaan," kata Angga.

"Awas ya kalau lo bohong, siap-siap," kata Lea.

"Izinin gak?" tanya Milo.

"Iya, tapi jangan lupa bawa martabak manis sama asin," kata Lea.

"Siap!"

"Na, Lan, kamar kuy," ajak Lea.

Namun, ketika mereka bangkit dari duduk dan bersiap untuk ke kamar, tiba-tiba Anatasha menjerit histeris hingga membuat orang-orang yang ada disana terkejut bukan main dan menatap wajah temannya dengan panik.

"Kenapa?" tanya Bulan.

Anatasha tidak menjawab, dia diam mematung dengan mata yang melotot.

"Na, lo kenapa?" tanya Bulan sekali lagi.

"Na, sadar!" kata Lea sambil menggoncang-goncangkan tubuh temannya.

"Hiks..." Anatasha menangis tidak jelas. Cewek itu menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang