#Chapter 68

16.1K 459 13
                                    

Happy Reading

"Akh..."

Milo, pria yang kini sedang berkutat dengan pekerjaannya, terpaksa dia menyingkirkan laptop miliknya karena terkejut dengan suara teriakan yang terdengar di indera pendengarannya. Tanpa mempedulikan pekerjaannya yang sedang diburu-buru, dia berlari ke sumber suara.

Dia yakin bahwa suara itu berasal dari ruang tamu. Milo dapat melihat kalau istrinya sedang berdiri dengan tatapan yang kosong menatap lurus. Yang membuatnya bergidik ngeri adalah matanya yang melotot dan mulutnya yang sedikit terbuka. Meskipun begitu, istrinya masih terlihat cantik.

"Ada apa?" tanyanya dengan khawatir.

"Hp gue," jawab Lea.

Milo menundukkan kepalanya hingga matanya menangkap sesuatu, yaitu ponsel milik Lea sudah terjatuh, bahkan sudah hancur berkeping-keping. Dia tidak tahu mengapa barang paling berharga milik istrinya bisa terjatuh, padahal Lea bukan tipe perempuan yang ceroboh yang bisa merusak.

"Nanti beli yang baru," kata Milo.

Lea tidak percaya suaminya dengan mudah mengatakan itu. Sepertinya Milo memang sudah terlahir sebagai orang kayak, karena biasanya jika Lea ingin membeli barang harus berjuang lebih dulu dan setelah itu dia bisa mendapatkan yang diinginkannya. Tapi tidak apa-apa, Lea menyukai cara suaminya.

"Tidur udah malam," kata Milo mengajak istrinya.

Lea menghalangi langkah suaminya, dia merentangkan tangannya meminta untuk digendong. Sedangkan Milo yang melihat tingkah istrinya itu hanya bisa terkekeh. Memang akhir-akhir ini, Lea suka malas berjalan meskipun ke dapur apalagi setelah mendengar kabar gembira. Sikap manjanya bakal keluar.

"Berat gak?" tanya Lea.

Milo menggelengkan kepalanya seraya tersenyum. Dia mengecup singkat pipi istrinya, seperti dia mengecup seorang anak kecil karena gemas. Tidak gemas bagaimana, jika setiap hari dia disuguhkan oleh ekspresi-ekspresi dan tingkah lucu Lea. Dan memang benar apa yang dikatakan Rangga.

Sebenarnya Lea bukan tipikal cewek yang bandal, suka membantah perkataan orang, bertindak semaunya. Dia menutupi sikap manja dan seperti anak kecil, karena dia tidak ingin dianggap sebagai orang yang lemah. Milo tahu jika sebelum menikah, istrinya itu selalu berdebat dengan orangtuanya karena mereka selalu bekerja.

...

Matahari telah menyinari dunia, burung telah berkicau sedari tadi, namun pasangan yang masih terlalp merasa tak ingin bangun dari tidurnya dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Jam waker sudah berbunyi, segera mungkin tangan kekar milik Milo melemparkannya ke sembarang tempat.

Lea, perempuan yang kini berada di samping suaminya seketika terlonjak kaget mendengar suara benturan. Ketika dia akan bangun, tangan kekar milik suaminya malah menarik paksa dia untuk tidur kembali. Karena kesal, dia memukul tangan suaminya, namun sama sekali tidak berguna.

Setengah jam kemudian, mereka sudah siap untuk beraktivitas. Milo pergi ke kantor sedangkan Lea ke sekolah. Tepatnya hari ini, dia melaksanakan ujian. Waktu memang selalu berjalan dengan cepat. Dia merasa kemarin baru saja duduk di kelas dua belas dan sekarang sudah mau lulus.

Seperti biasa, sebelum pergi ke kantor Milo selalu mengantarkannya dan terkadang menjemputnya ketika ada waktu luang. Dia menyalami punggung tangan suaminya ketika sudah tiba di gerbang utama. Lea merasa kalau suaminya seperti cowok pedofil karena menyukai anak SMA.

Tiba di kantor, Milo masuk ke ruangannya sesekali ada yang menyapa dengan senyum merekah. Lea menanggapinya, namun tanpa senyum. Milo memang dikenal di kantor sebagai manusia dingin, tapi dia memiliki hati bak malaikat. Milo tak pernah menganggap karyawan sebagai bawahannya, dia menganggap mereka seperti keluarga.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang