#Chapter 19

20.8K 552 0
                                    

Happy Reading

Dadanya berdegung kencang tak seperti biasanya ketika mengingat hari ini adalah hari dimana seorang Brylea Aenazzahra dan Aderald Radmilo Emery akan disatukan dalam sebuah janji suci sehidup semati dan sebuah ikatan yang sakral.

Bisa dikatakan salah satu dari mereka belum ada yang siap dengan kehidupan pernikahan kelak, mengingat mereka masih berusia dini untuk membina suatu rumah tangga yang tak sedikit masalah pasti akan bermunculan.

Gadis yang sebentar lagi akan berganti status menjadi seorang istri, berdiri di depan kaca berukuran cukup besar hingga menampilkan tubuhnya dengan balutan kebaya putih yang amat cocok dikenakan, ditambah riasan wajah yang sempurna.

Lea menolehkan kepala ke belakang ketika mendengar suara decit pintu kamarnya yang dibuka dari luar, menampakkan sosok pria paruh baya yang mengenakan kemeja putih dengan jas hitam, serta dasi berwarna merah.

"Udah siap, Lea?" tanya Rangga, papanya.

"Aku belum siap dan bisakah kita membatalkan pernikahan ini?"

Rangga melangkahkan kaki mendekat kearah putrinya, lalu menepuk pundaknya pelan. "Lea, papa melakukan ini bukan tanpa alasan. Papa hanya ingin kamu mendapatkan jodoh yang baik sesuai dengan harapan. Jika suatu saat nanti Tuhan mengambil nyawa papa, papa ikhlas karena sudah melihat kamu bahagia bersama suamimu," katanya.

"Kok papa ngomong gitu." Mata Lea berkaca-kaca dan tidak bisa menyembunyikan rasa sedihnya ketika papa membicarakan kematian.

"Orang yang hidup pasti akan mati, tapi setidaknya papa udah menikahkan kamu."

"Please, jangan ngomong gini lagi biar aku merubah niatku untuk kabur," kata Lea memeluk erat tubuh papanya.

"Ayo, kita turun!" ajak papanya, Rangga. "Acara akan segera dimulai. Putri papa yang cantik gak boleh nangis di hari yang bahagia ini," lanjutnya.

Lea berjanji pada dirinya untuk tidak mengecewakan kedua orangtuanya setelah mendengar alasan dibalik perjodohan. Dia mengira kalau papanya melakukan ini semata-mata untuk kelangsungan bisnis antara keluarganya dan keluarga Milo.

Jantungnya berdebar kencang tak karuan ketika menginjakkan kaki di karpet merah. Dia menutup wajahnya menggunakan sebelah tangan saat semua orang yang datang sebagai tamu memperhatikannya dengan tatapan memuji.

Ya, Tuhan, mengapa cowok yang ada di hadapannya tersenyum begitu manis membuat dia meleleh. Tidak-tidak, ini salah, tidak seharusnya dia memuji musuhnya.

"Bisa kita mulai?" tanya penghulu yang diberi anggukan kepala oleh Milo.

"Bismillah. Ananda Aderald Radmilo Emery bin Emery saya nikahkan dan kawinkan engkau dengan anak saya yang bernama Brylea Aenazzahra dengan maskawinnya berupa seperangkat alat salat, penghiasan seberat sepuluh gram, dan uang tunai sebesar lima belas juta, tunai."

"Saya terima nikahnya dan kawinnya Brylea Aenazzahra binti Rangga dengan maskawinnya tersebut, tunai." Milo mengucapkan ijab kabul dengan lancar tanpa ada hambatan apapun. Sepertinya cowok itu sudah berlatih sebelumnya.

"Gimana para saksi, sah?"

"SAH!"

"Alhamdulillah."

Resminya menjadi seorang istri dari Aderald Radmilo Emery membuat dia tersenyum dan ingin menitihkan air matanya kalau saja cowok yang ada di sampingnya tidak menggenggam tangannya memberikan kekuatan.

"Makasih karena lo mau jadi istri gue dan gue harap pernikahan ini terjadi hanya sekali dalam seumur hidup," bisik Milo.

"Bodoh amat, gue gak peduli," bisik Lea.

Milo menepuk-nepuk kepala istrinya. "Merusak suasana," kata Milo dengan bibir yang melengkung ke atas.

"Eh kalian kenapa bisik-bisik. Ayo naik ke pelaminan, para tamu udah gak sabar tuh mau salaman," kata Resa.

...

Acara sudah selesai, Lea memasuki kamarnya yang bernuansa biru, lalu merebahkan tubuhnya di kasur queen size miliknya. "Hua, cape banget badan gue berasa pegal mau pingsan. Padahal tamu yang diundang cuma rekan bisnis papa, tapi kok banyak banget ya," katanya pada diri sendiri.

Mereka memang tidak mengundang siapapun, kecuali rekan-rekan kerja kedua orangtuanya. Awalnya dia ingin teman-temannya hadir menyaksikan pernikahan dan membuktikan kalau dia sudah mendapatkan pasangan sehidup semati. Tetapi, niatnya harus diurungkan karena Lea tidak menyetujuinya dengan berbagai alasan.

"Minggir! Gue mau tidur." Milo menyingkirkan tubuh istrinya.

"Ih apaan sih, ini kamar gue," kata Lea mempertahankan posisinya, "heh denger ya, lo itu gak ada hak sama sekali dengan kamar ini. Kalau mau istirahat, sana pulang ke rumah lo, ngapain di kamar gue."

Milo membekap mulut istrinya, lalu memeluk tubuhnya. Dia benar-benar lelah dan tak mau berdebat dengan siapapun. Dia ingin beristirahat dengan tenang tanpa gangguan dari siapapun termasuk istrinya yang gila.

Lea meninju perut cowok itu.

"Gak ada akhlak," kata Milo.

"Sakit ya?" ledek Lea dengan senyum devilnya. "Makannya jadi orang itu jangan asal peluk. Kita ini belum muhrim. Gue gak mau ya nanti mama dan papa berpikir macam-macam tentang kita. Camkan!"

Milo menyenderkan kepalanya. "Lo lupa kalau kita udah SAH jadi suami istri?"

Astaga, kenapa Lea melupakan statusnya. "Ya ... ya, terserah gue dong. Mau kita udah sah secara agama dan hukum, tapi di mata gue, lo tetap musuh gue. Jadi jangan sentuh gue. Paham tuan Aderald Radmilo Emery yang terhormat."

"Enggak," kata Milo memejamkan mata.

"Mil, keluar gih."

"Ngapain? Gue mau istirahat."

"Gue mau mandi, takutnya lo ngintip gue mandi."

Seketika Milo tertawa terbahak-bahak. "Punya body bagus emang, kurus kerempeng aja belagu. Mandi tinggal mandi, gue gak bakal ngintip badan tepos lo."

Demi apapun, dia ingin memotong bibir dan lidah suaminya menggunakan gunting agar tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun. Sepertinya tidak ada hari yang membuatnya tenang tanpa gangguan dari cowok ini.

Sebelum melangkahkan kaki menuju kamar mandi, dia menyempatkan diri untuk mengecek ponsel miliknya. Entah mengapa perasaannya tidak enak karena sudah beberapa hari dia tidak masuk sekolah, pasti teman-temannya mencarinya.

Benar saja dugaannya, banyak pesan masuk dan telepon dari kedua temannya. Berhubung dia tak mau membuat Bulan dan Anatasha khawatir akan keadaannya, Lea pun menghubungi salah satunya untuk memberikan kabar kalau dia baik-baik saja.

Bulan Idiot

"Hallo, dengan Brylea Aenazzahra, ada yang bisa dibantu?"

"Hah, lo kemana aja anjim? Gue sama Ana udah coba ngehubungi lo beberapa kali."

"Gue gak kemana-kemana dan ada disini aja."

"Gue yakin lo pasti lagi ada masalah kan, sampai-sampai beberapa hari gak masuk sekolah. Lo udah bosan hah sekolah di SMA Brawijaya? Lo gak tau kan, udah dua hari Bu Nike nyariin lo."

"Udah belom ngomongnya? Kalau gue bosen sekolah di SMA Bra, pasti udah keluar sejak dulu. Lagian mau bapak lo nyariin, Bu Nike nyariin, gue gak peduli sama sekali."

"Lea denger ya, lo harus cerita sama kita gue gak mau tau!"

"Siapa lo?"

"Gue ini teman lo!"

"Gak peduli. Mendingan juga lo urus masalah lo yang gak kelar-kelar sampai sekarang. Bye!"

"Gue ke rumah lo sekarang!"

"Heh! Gue lagi di Bali. Percuma lo ke rumah, tapi gak ada orangnya!"

Lea mematikan sambungan teleponnya. Kemudian masuk ke kamar mandi dengan Milo yang sudah mengernyitkan dahinya.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang