#Chapter 62

18.3K 603 73
                                    

Happy Reading

Waktu berjalan dengan cepat seperti air yang mengalir, tidak terasa istrinya menginap di rumah orangtuanya kurang lebih dua minggu. Terkadang Milo menginap disana agar tidak menimbulkan kecurigaan mengenai hubungan mereka yang akhir-akhir ini sedang tidak sehat seperti dulu lagi.

Setelah kurir pengantar surat pergi dari hadapannya, dia menutup pintu. Membolak-balikan map cokelat yang sedang di genggamnya. Dia membuka map tersebut dengan perasaan yang curiga. Namun, kecuriaan itu dihilangkan agar dia tidak berpikiran aneh dan mencoba untuk berpikir positif.

Wajahnya pucat pasi setelah melihat dan membaca isi surat yang berada dalam map tersebut. Ini adalah surat perceraiannya dengan Lea. Tak berpikir lama, dia menyambar kunci mobilnya dan melangkahkan kakinya dengan terburu-buru. Perceraian antara mereka tidak boleh terjadi.

Dia akan melakukan segala cara agar bisa membatalkan semua rencana yang sudah disusun dengan rapi oleh istrinya. Dia tidak ingin rumah tangganya hancur karena orang ketiga dalam hubungannya. Milo memang masih mencintai Airis, tapi dia juga tidak ingin kehilangan Lea dalam hidupnya.

Jalanan yang padat membuat kesal sekaligus marah. Dia meluapkannya dengan cara memukul stir sambil menggeram. Klakson sengaja dibunyikannya terus menerus agar mobil di depannya mau maju, tanpa peduli jika banyak yang meneriakinya tidak sabaran karena suara yang mengganggu.

...

Lea membuang nafasnya dengan kasar. Berkat bantuan Angga dan teman-temannya, akhirnya dia bisa mengajukan perceraian pada pengadilan dalam waktu yang bisa dibilang cepat, karena membutuhkan waktu kurang lebih satu minggu dalam prosesnya. Meskipun hingga detik ini kedua orangtuanya belum tahu.

Sungguh, Lea akan memberitahu kedua belah pihak keluarga yaitu orangtua Milo dan Lea, setelah suaminya menandatangani surat tersebut. Tak apa jika mereka marah padanya, toh semuanya sudah terjadi. Hubungan yang dipaksakan sejak awal memang tidak akan berjalan dengan mulus sesuai harapan.

Kata pengacara yang disewa Angga, perceraian mereka akan diputuskan dalam waktu dekat setelah suaminya menandatangi surat tersebut. Dia senang dan khawatir jika suaminya itu enggan untuk menandatangi surat itu, mengingat Milo sangat bersikeras untuk tetap mempertahankan hubungan ini.

Lea keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah serta handuk yang masih melilit di tubuh rampingnya. Dia menutup kembali pintu kamar mandi. Saat membalikkan tubuhnya, dia sedikit terkejut pasalnya seorang pria, Milo, sedang duduk di pinggiran kasur dengan map yang dipegangnya.

Baru saja dia akan masuk kembali ke kamar mandi, tangannya sudah ditarik paksa oleh Milo hingga membuat kepalanya menyentuh dada bidang Milo. Segera mungkin dia menjauhkan tubuhnya dari Milo dan tetap bersikap santai dengan wajah datarnya. Dia tidak ingin jika Milo mengetahui kalau dadanya berdegub kencang.

"Tunggu di luar, gue pakai baju dulu," katanya yang berbicara baik agar tidak menimbulkan keributan antara mereka.

"Maksudnya apa ini?" Milo menggeram kesal sambil mengangkat map cokelat yang dipegangnya di udara.

Suaminya ini memang terlahir tuli. Apa dia tidak dengar jika Leamenyuruhnya untuk keluar dari kamar?

Daripada debat yang gak penting, dia membalikkan tubuhnya pada lemari yang berada di belakang tubuhnya. Dia mengambil salah satu kaos polos putih dan celana pendek yang biasa dikenakannya sehari-hari ketika berada di rumah.

Bukannya minggir, Milo malah mempersempit jarak antara tubuhnya dengan Lea agar istrinya itu tak bisa bergerak sama sekali. hembusan nafas menerpa wajah mereka masing-masing. Lea memejamkan matanya sejenak.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang