#Chapter 40

19.8K 601 2
                                    

Happy Reading

Kini Lea sedang membereskan barang-barangnya ke dalam tas. Siang ini dia tidak akan pulang bersama Bulan atau pun Anatasha, sebab suaminya itu akan menjemputnya. Sebenarnya Lea udah menolaknya, namun yang namanya batu tetaplah batu.

Lea melangkahkan kaki menuju pos untuk menunggu kedatangan suaminya. Dia menjatuhkan bokongnya pada salah satu kursi, meraih benda pipih dari saku seragamnya. Dikirimlah pesan pada suaminya untuk memberi kabar kalau dia udah pulang.

Lima belas menit munggu, akan tetapi suaminya belum juga kunjung datang memunculkan barang hidungnya. Beberapa kali juga dia menghubungi lewat via telepon, namun tak diangkat, bahkan sepertinya suaminya itu sengaja menonaktifkan nomornya.

Karena dia bukan tipe gadis yang suka menunggu, dibukalah aplikasi ojek online. Namun, setelah dipikir-pikir jika dia memesan ojek online untuk tiba di apartemennya, dia khawatir jika suaminya itu tiba-tiba datang ke sekolah dan tidak menemukannya.

Dia menolehkan kepala ke sumber suara ketika mendengar suara deru motor. Lea menghembuskan nafasnya dengan pasrah, ternyata orang yang mengendarai motor tersebut bukanlah suaminya, melainkan temannya yang dihindarinya yaitu Cogan.

"Ayo pulang, Le." Cogan memberikan helm yang selalu dibawanya. Kalau kata cowok itu sih dia memang sengaja membawa helm, karena sewaktu-waktu dia akan mengantarkan cewek pulang entah siapapun orangnya.

"Enggak deh, makasih. Lo pulang duluan aja," kata Lea menolaknya secara halus.

"Nunggu siapa emangnya?" Cogan bertanya sambil melepaskan helm full face yang menutupi wajah serta kepalanya.

"Manusia," jawab Lea seadanya.

"Bareng aja sama gue, yuk. Lagian lihat tuh udah mau hujan." Cowok itu menunjuk langit yang sudah menggelap.

Lea menimang-nimang tawaran temannya, tapi pada akhirnya dia menerimanya juga. Sebelum naik ke motor cowok itu, dia terdiam sejenak berpikir bagaimana caranya untuk naik, sedangkan dia memakai rok yang terlalu pendek tidak seperti biasa.

Tanpa di duga, Cogan melepaskan jaket yang sedang dikenakannya, lalu memberikannya pada Lea. "Nih pakai," katanya.

"Eh gak usah," kata Lea.

"Pakai aja buat nutupin paha lo, kasihan mata gue juga nih," kata Cogan yang diakhiri dengan kekehan khas dari cowok itu.

Andaikan Cogan yang menjadi suaminya sudah dipastikan hidupnya akan bahagia. Melihat cowok itu tersenyum, tertawa, membuat tubuhnya seperti ingin melayang di udara. Namun, kenyataan yang didapatkanya lebih menyakitkan dibandingkan berandai-andai.

Hanya membutuhkan waktu dua puluh menit dalam perjalanan, motor yang dikendarai Cogan sudah berhenti di jalan raya dekat apartemennya. Dia memang sengaja menyuruh temannya untuk mengantarkannya di tempat itu, karena dia tak ingin ditanya-tanya.

Setelah mengucapkan terima kasih sekaligus mengusir dengan cara halus, temannya itu mulai melajukan motornya kembali dan menghilang dari penglihatannya. Lantas dia pun berjalan menyusuri trotoar, sesekali menendang botol yang menghalangi langkahnya.

Ketika pihak penjaga keamanan menyapanya, dia sapak balik sambil tersenyum. Entah mengapa dia bersikap seperti ini semenjak berumah tangga dengan Milo, padahal dia cewek yang terkenal akan kejutekannya, terlebih pada orang yang tidak dikenali.

Apartemen yang ditinggalinya berada di lantai sepuluh, oleh sebab itu dia ingin pindah saja ke lantai dua. Dia terlalu lelah, meskipun lift menjadi aksesnya. Selama di lift, dia menggerutu kesal dan menyumpahi suaminya yang tidak menjemput sekolah.

Arranged Marriage With My SeniorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang