4 - Temu Yang Kedua

63 8 0
                                    


Beby meringis menatap kemacetan yang berada di pusat kota tepat di depan matanya, suara klakson menggema tak henti-hentinya bersamaan dengan kepadatan di ibu kota. Padahal ia tidak punya banyak waktu lagi, namun angkutan umum yang ia tumpangi hanya berjalan semeter semenit.

Beby mana tahu kalau waktu dua belas jam itu ternyata lebih cepat dari yang ia duga. Nyatanya Beby sampai tak ingat waktu sampai lupa jam berapa sekarang.

Beby melirik arlojinya, and... Damn it!!

Pukul delapan lewat limah puluh sekian menit. Itu artinya, kurang sepuluh menit lagi dari batas waktu dinasnya. Padahal ia tadi terpaksa pulang duluan meninggalkan Rindita yang masih menunggu Adimas, tapi masih saja dia terlambat. Dan lebih sialnya lagi, Beby masih ada di dalam angkot menuju ke rumah sakit. Mana malam ini macetnya parah banget lagi.

Beby mendesah pasrah membayangkan bagaimana dirinya akan kena omelan dari kak Chia—Sang Kepala Ruangan tempatnya di tugaskan. Well, terang saja. Kak Chia itu judes, bermulut tajam, sarkartis,dan—

Bruk!!!!

Suara dentuman sangat keras mengalihkan pemikiran Beby soal penggambaran kak Chia. Hal itu karena tiba-tiba Angkot yang ia naiki seketika mengerem secara mendadak sehingga membuat penumpang terjungkal ke belakang.

Beby sendiri? huh! Keningnya bahkan sudah kejedot kaca jendela angkot. Siapa suruh dia duduk di pinggir angkot. Udah gitu mengkhayal lagi.

"Duh...," ringisnya.

"Duhh, pak. Hati-hati dong!!" sahut penumpang lainnya.

"Iya nih, bapak gimana sih, yang bener dong bawa angkotnya." ucap penumpang yang lain.

Beby sendiri cuma diam tanpa protes, Mana mungkin Beby berani protes, dia kan cuma taunya mendem sakit dalam hati.

"maaf neng, maaf. Di depan ada kecelakaan?!"

Beby melebarkan matanya.

Hah?!! Kecelakaan?? What to the what?!! Kok bisa?

"Pak, saya turun di sini aja deh kalau gitu."
Entah apa yang Beby pikirkan, namun saat ini gadis itu segera turun dari angkot bersama beberapa penumpang yang ikut ingin melihat kejadian naas tersebut.

"Ya Tuhan... Kasian banget sih."

"Ini tabrak lari!!"

"Itu cowok masih bernyawa nggak sih?!"

"Padahal masih muda."

"udah ada yang nelpon ambulans gak?"

Banyak informasi yang Beby tangkap saat dirinya semakin dekat ke arah korban tersebut. Ini tabrak lari. Korban laki-laki, masih muda. Dan sepertinya parah.

Dengan sekuat tenaga, Beby menyelinap pada kerumunan untuk masuk lebih dalam lagi. Tepat di barisan depan, Beby kini bisa melihat dengan jelas korban kecelakaan tersebut.

Hati Beby terasa ngilu. Ia melihat sendiri keadaan korban itu sangat mengerikan dan mengalami pendarahan yang hebat. Ada luka menganga di kaki kirinya.

Beby melirik sekitar, sungguh memilukan karena beberapa orang hanya asik memotret tanpa ada yang berani memberi pertolongan pertama.

Beby meringis, Ada apa dengan orang-orang disekitarnya? Kemana rasa keperihatinan mereka?!

Tidak ada cara lain, Tanpa pikir panjang, Beby menghampiri si korban, berharap ia bisa memberi pertolongan pertama. setidaknya ia pernah memperaktekkan pemberian pertolongan pertama meskipun hanya pada pantong saja.

"Mas, mas!! Anda bisa dengar suara saya?!" ucap Beby sambil menepuk punggung cowok tersebut. Memeriksa apakah korban kecelakaan tersebut masih sadar dan bisa merespon suaranya.

Beby menggigit bibir bawahnya, khawatir karna cowok itu sama sekali tak memberi respon. Beby segera memeriksa detak arteri pada lehernya dan bernafas lega karena setidaknya nadinya masih teraba meski sangat lemah.

Beby menatap sekeliling orang yang menonton mereka. "Pak, Tolong telepon ambulans sekarang!!" ujar Beby dengan suara keras sambil menunjuk seseorang yang berada di dekatnya.

Setelah orang yang ditunjuk menyetujui untuk menelpon Ambulance, Beby kemudian berinisiatif meminta bantuan beberapa orang untuk membalik tubuh sang korban dengan hati-hati.

Dengan susah payah, Beby membalikkan tubuh cowok itu agar berbaring terlentang. Ia dengan sigap mendekatkan wajahnya untuk mengecek pernafasan korban, namun ada satu hal yang tak Beby perkirakan jika dia akan sekaget ini saat tahu siapa korban di hadapannya.

"Astaga!!!"

Dan detik itu juga, mata Beby membulat. Ia tersentak mundur dengan mulut yang tertutup oleh tangannya sendiri.

Oh, tuhan!!! Beby mengenal korban kecelakaan ini...

Beby baru sadar jika korban ini menggunakan jaket hoody.

Jaket yang sama persis dengan orang yang menyelamatkannya. Jaket yang sama dengan jaket Ksatrianya. What the...

"Gak mungkin...." guman Beby tak habis pikir dengan kebetulan yang mengejutkan ini.

Waktu berjalan, sekarang tepat pukul sembilan malam. Beby ingat, saat pukul sembilan pagi ia bertemu dengan ksatrianya....

Dan sekarang... Tepat pukul sembilan malam, Beby kembali bertemu dengannya lagi. Bagaimana bisa semesta merencanakan hal sekebetulan ini? Padahal mereka belum cukup sehari bertemu.

Gezz, Beby memang sempat memiliki firasat akan bertemu dengan sosok ksatrianya kembali.

Tapi, kenapa harus dalam kondisi seperti ini?!!

__________________


Side scene's:

Sakit sekali!

Kenapa seluruh tubuhnya terasa sakit sekali. Ia bahkan tidak bisa menggerakkan seluruh tubuhnya. sayup-sayup ia mendengar teriakan dan pekikan orang-orang disekitarnya. Sangat sulit baginya bergerak dengan rasa sakit yang melandanya saat ini.

Ah, sekarang ia ingat. Ia mengalami kecelakaan. Jadi, apa ia telah mati?

"Mas, mas! Anda bisa mendengar saya?"

Sebuah suara yang terdengar lembut dan tegas terdengar diantara banyaknya suara yang ia dengar. Ia ingin bersuara, namun suaranya tak bisa keluar sebagaimana keinginannya.

Sampai tubuhnya terasa di balik, dengan usaha yang cukup banyak, ia perlahan mulai membuka mata.

Dan ia melihatnya, sosok berbaju putih membuatnya mengernyit. Apa ia benar-benar sudah mati? Apa sosok itu adalah malaikatnya?

Jadi begini rupa malaikat. Terlihat indah dan menyilaukan.

Tapi, kenapa sosok itu terlihat khawatir dengan mata berkaca-kaca? Apakah dia khawatir padanya? Kenapa wajah itu terlihat familiar?

Ah, dia ingat. Wajah malaikat tersebut mirip dengan gadis aneh itu.

Huh, kenapa disaat ia mau mati malah mengingat hal itu. Benar-benar.

____________________________

A BEWICTHEDOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz