11 - 'Bubur Ayam'

89 19 0
                                    

11 - 'Bubur Ayam'

_____________________

She's magic. Then I was trapped by her. That magic one.

-Adimas Allardo-

Beby membuka kotak bungkusan bubur ayam yang telah ia beli untuk Adimas. "Aku perhatiin kamu kayaknya nggak suka makanan rumah sakit. Oh, iya, aku juga udah tanya dokter Rafata soal apakah kamu punya pantangan makanan, dan katanya nggak ada pantangan ataupun alergi. Nah, karena aku nggak tau kamu suka apa, Jadi aku beliin aja nih bubur ayam kesukaanku depan rumah sakit tadi. Tapi tadi warungnya tuh udah rame banget. Makanya aku lumayan lama, kan?

"Terus aku juga singgah sebentar ke ruangannya dokter Rafa buat kasih dia bubur Ayam juga. Dia juga belum pulang soalnya. Katanya dia ada tes sama prof. Wijaya. Dokter Rafa kan juga suka sama bubur ayam." kata Beby dengan panjang lebarnya.

Adimas tersenyum kecil mendengar celotehan panjang Beby. Hal sederhana yang membuatnya cukup tersentuh. Well meski ia sedikit miris karena Beby juga membelikan makanan untuk dokter Rafata.

"Makasih." ujarnya saat Beby sudah meletakkan bubur ayam di kedua tangannya.

Kegiatan Beby yang membuka dos bubur ayamnya berhenti sejenak, ia memberikan senyum manis sambil menatap Adimas. "Sama-sama."

Adimas memperhatikan kegiatan kecil yang dilakukan oleh Beby, gadis itu makan dengan pelan dan menyendokkan makanannya sedikit demi sedikit, Adimas mulai berfikir apakah semua cewek memang makan seperti itu? Ia kemudian memperhatikan tubuh Beby yang tinggi namun lumayan kecil. Huh!! Bagaimana gak kecil, makannya aja gitu.

"Kamu kok gak makan?"

Adimas mengerutkan keningnya, ia baru tersadar akan sesuatu yang sebenarnya sudah lama ingin ia tanyakan kepada gadis ini. "Lo bisa gak sih, ngomongnya santai aja kalo sama gue."

"Tapi, kamu kan pasien saya."

Adimas memutar bola matanya dengan jengah, "Pliss deh, emang apa hubungannya, gue aja ngomonh santai sama lo." Adimas bersidekap mengangkat kepalanya sambil menatap langit-langit. "Lagi pula bukannya dulu lo ngomong santai sama gue."

Beby sudah membuka mulut, namun Adimas kembali berbicara. "Gue gak terlalu suka hal-hal yang serius. Lagipula ini kan bukan jam dinas lo, jadi gue bukan pasien lo lagi, kan."

Beby mengangguk-anggukkan kepalanya, terlihat sedang berfikir keras, "Benar juga." setelah itu ia tersenyum lebar. "Kalo gitu aku bakal bicara santai sama kamu."

Adimas tersenyum, terkekeh geli." lo Beby, bukan kamu."

"Heheh, iya iya. Lo, bukan kamu." Gadis itu kemudian menatap kotak makanan Adimas yang belum tersentuh sama sekali. "Kenapa lo gak makan?"

Adimas ikut menatap kotak makanannya yang memang belum tersentuh, kemudian menatap kotak makanan Beby yang sudah setengah kosong. Padahal gadis itukan makannya pelan kayak siput, tapi kok udah mau habis aja.

"Lo gak suka, ya?"

Adimas mengerjap, merasa tidak enak hati melihat tatapan Beby kepadanya. "Suka kok, suka." Ia kemudian mulai membuka bungkus sendoknya, namun tak sengaja sendok itu terpental kebawah kaki Beby. "Eh, Beby boleh minta tolong ambilin sendok yang ada di bawah kaki lo, nggak?"

A BEWICTHEDWhere stories live. Discover now