1 - Pahlawan Yang Dinantikan

395 22 18
                                    

Chapter 1 "Pahlawan yang dinantikan"

_________________

Jika memang benar semesta yang telah mengatur pertemuan kita, bisa kah aku berharap jika pertemuan kita adalah takdir yang juga dirancang oleh semesta?

-Beby Arsyinta-

_______________________________

Seharusnya Beby tidak boleh begitu saja mempercayai orang lain dengan mudahnya!

Apalagi pada orang yang baru pertama kali bertemu dengannya. Namun, Beby ingat perkataan sang Mama jika apabila kita memberi kebaikan pada orang lain, maka kita akan dibalas dengan sepuluh kebaikan juga.

Namun apalah daya, sepertinya perkataan mamanya tidak berlaku untuk hari ini.

Dimana hari ini seharusnya Beby gunakan untuk nongkrong dengan teman lamanya seharian, justru berubah menjadi hanya sampai pukul 9 malam.

Padahal jam Cinderella saja sampai pukul duabelas tengah malam. Tapi kenapa untuk gadis penyuka disney ini hanya punya batas waktu sampai jam 9 malam saja? Bukan kah ini menunjukkan bahwa Beby di kalahkan oleh Cinderella?

Oke! Sepertinya kita harus Berhenti membahas Cinderella dan jam malamnya itu. Karena jelas tak ada hubungannya sama sekali.

Sayangnya, Beby juga tidak bisa memprotes itu bahkan untuk dalam hatinya sendiri. Mau bagaimana lagi, ini adalah kemauan Beby sendiri untuk membantu menggantikan shift malam temannya yang sejak kemarin meminta tolong pada Beby yang seharusnya hari ini libur.

Dan kini, gadis cantik yang memiliki ciri khas bergigi kelinci dengan berambut panjang dibiarkan terurai itu tengah berdiri menunggu angkot sambil melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangan kanannya yang menunjukkan tepat Pukul 09.00 pagi.

Beby menyeka keringat yang menetes di pelipisnya. Terik matahari pagi ini sungguh menyengat, Padahal bisa dibilang ini masih pagi hari.

Yeah!! Pagi yang terlalu panas untuk membuat janji bertemu dengan Rindita, sahabat yang dimilikinya sejak SMA.

"Halo, Rin." ucap Beby setelah meletakkan ponsel pintarnya ke telinga saat melihat panggilan masuk pada ponselnya.

"Iya, iya. Ini gue dari tadi lagi nunggu angkot di halte."

....

"Mungkin sekitar tigapuluh menitan gue udah sampai di tempat janjian kok."

....

"Oke,sampai ketemu disana Rindita sayang~" Beby terkekeh saat mendengar Rindita mengernyit jijik dengan panggilannya sayang yang Beby ucapkan barusan. Sahabatnya itu memang tidak terlalu suka dengan panggilan yang menurutnya lebay. Sayang sekali, padahal Beby menganggap panggilan itu sangat manis.

Karena terlalu asiknya menelpon, Beby tidak menyadari keadaan di sekitarnya, bahwa ada orang yang sedari tadi memperhatikannya. Tersenyum melihat tingkah Beby.

"Permisi mbak. "

Beby sedikit tersentak, ia menolehkan kepala ke arah samping saat merasakan seseorang menyentuh pundaknya.

Seorang remaja lelaki berpenampilan khas anak punk dengan jaket denim dan celana robek-robek di sebelahnya, dari jarak itu Beby melihat terdapat beberapa tindikan di hidung dan telinga pada remaja itu. Meski berpenampilan berantakan, Beby bisa menduga jika remaja ini lebih muda darinya. Mungkin 4 atau 5 tahun di bawah Beby.

"Kamu tadi manggil saya?"

Remaja lelaki itu menyengir, "Ya sama mbak lah, emang sama siapa lagi?"

Beby menatap sekeliling, memang benar tak ada orang-orang di sekitarnya selain mereka berdua.

A BEWICTHEDWhere stories live. Discover now