6 - Seindah Matahari Pagi

118 20 1
                                    

6 - Seperti Matahari pagi, tawanya begitu indah dan hangat

________________________

Apabila salah satu indera mu tak berfungsi dengan baik, maka indera yang lainnya akan lebih sensitif dari biasanya.

Seperti yang dirasakan oleh Adimas. Di saat matanya tertutup, tapi indera peraba-nya masih bisa merasakan suhu yang sangat dingin di sekitarnya.

Sebenarnya, dimana ia sekarang? Dan apa yang terjadi?

Adimas mencoba mengingat-ingat. Terakhir kali Adimas mendapatkan pesan dari Rindita untuk menjemput gadis itu. Namun, ditengah perjalanan menaiki vespa-nya, sebuah mobil malah menerobos lampu merah dan menyerempet motornya dan...

Adimas langsung membuka mata dengan nafas memburu.

Gue di mana?

Matanya mulai mengamati sekeliling.

Adimas berada di sebuah ruangan yang berwarna putih dan cukup besar. Di Ruangan ini Adimas berbaring lemah dengan keadaan setengah hidup setengah mati.

Adimas memandang tangan kirinya yang terpasangi selang infus sedangkan tangan sebelah kanan menerima aliran darah. Ia merabah kepalanya dan merasakan adanya perban tipis yang melilit di sana. Oke, terdengar Sangat Menyedihkan memang, tapi lebih baik dari pada mati di jalanan, kan.

Kini Adimas mengernyit cukup dalam ketika tiba-tiba ia merasakan rasa sakit di sepanjang punggung dan kaki kirinya. Seketika itu pula ia baru menyadari, kaki kirinya di perban tebal dan digantung lebih tinggi dari kaki kanannya.

"Akh!!" Akhirnya ia mengaduh kesakitan Saat kilatan nyeri itu kembali muncul ketika ia mencoba ingin bangun.

"Oh, hati-hati." seseorang perempuan berseragam putih dengan rambut di konde berjaring tiba-tiba menghampiri dan membantunya untuk kembali berbaring. Adimas hanya bisa memgamati pergerakan gadis itu dengan bibir terkatup rapat. Walaupun ia memiliki memiliki banyak pertanyaan, namun mulutnya terasa kelu.

"Syukurlah kamu udah sadar, tapi kamu nggak boleh banyak gerak dulu." ujar perempuan di sampingnya dengan penuh pengertian.

Adimas berdengus, Wow!! Seorang Adimas Allardo didapati sedang tak berdaya di rumah sakit dan tak bisa bebas bergerak? Yang benar saja! Nino dan Butet pasti akan menertawakan ketidakberdayaannya.

Adimas mendongak untuk melihat perempuan yang telah membantunya itu. Ia mengernyitkan keningnya, "Lo?" itu adalah kata-kata pertana yang ia ucapkan.

Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya, "Oh, iya. Kenalin, Gue Beby--Ehh!!" Gadis bernama Beby itu memukul mulutnya dengan pelan. "Maksudnya, Saya Beby. Saya perawat magang yang bertugas jagain kamu selama di rawat di sini." setelah mengucapkan hal tersebut, senyum manis kini muncul di bibirnya.

Adimas mengangkat sebelah alisnya, dasar cewek aneh. Gadis itu tersenyum lebar padanya, menampakkan gigi kelinci yang membuatnya cukup manis. Senyum yang terasa familiar di ingatan Adimas.

"Gue tahu siapa lo kok."

Gadis itu melebarkan matanya terlihat berbinar. "Jadi lo ingat pertemuan pertama kita?"

Adimas mengernyitkan keningnya, "Pertemuan pertama?"

"Iya! Ituloh, waktu lo nolongin aku dari pencopet." Mungkin saking penuh semangatnya, gadis itu jadi tak sadar telah berbicara informal padanya.

A BEWICTHEDWhere stories live. Discover now