17🔪

36.1K 3.3K 205
                                    

Keduanya mengerjapkan mata saat teriknya matahari mulai menyengat kulit, Ghasendra bangun dan mengecek jam yang berada dipergelangan tangan nya.

"Sepuluh tigapuluh"guman nya, kini waktu nya istirahat.

Ghasendra menoleh, ia melihat Alana yang sedang mengucek matanya.

"Hoamm"Alana menguap seraya merenggangkan ototnya.

Ghasendra menatap Alana, tatapan itu berhasil membuat Alana salah tingkah.

"Ga usah ngeliatin gitu"ucap Alana.

"Ga usah pede, mata lo belekan"balas Ghasendra lalu bangun.

Alana membelakan matanya, ia langsung mengaca dengan ponselnya, tidak ada belek!!

"Ngga ada kok"guman nya kesal.

Ghasendra berlalu terlebih dahulu, Alana mengikutinya dibelakang.

"Tungguin"panggil Alana, Ghasendra tidak menggubrisnya.

Alana berhenti melangkah saat perutnya bunyi."Laperrrr"Alana pun melangkahkan kakinya ke kantin, disana pasti ada jesika dan mirsa.

Alana menengok ke kanan dan ke kiri, ia mencari kedua teman nya, dan yap..ia menemukan jesika, mirsa, miko, mika, regan, dan Ghasendra. Ternyata lelaki itu telah sampai duluan.

"Nah ni bocah baru balik, abis dari mana lo?"tanya jesika.

"Ehehe, abis bocan"jawab Alana lalu duduk disamping mika, karna itu bangku yang tersisa.

"Hai"sapa Alana pada mika.

"Hai"balas mika.

"Pacarnya miko kan?"tanya Alana sembari  menunggu pesanan nya datang.

"Iya"jawab mika, suara mika ternyata lebih cempreng daripada Alana.

"Miko apa jimin nih?"goda Alana.

"Miko lah"jawab mika cepat, membuat miko terseyum penuh arti" kalau jimin suami!!"lanjutnya penuh penekanan.

Wajah miko berubah masam, mereka semua yang berada satu mejapun menertawai miko.

"Hantemm, mampus, lebok tah ku maneh hahahaha"ejek regan dengan tawanya, Ghasendra hanya menjadi pendengar saja, ia lebih bayak diam.

🌃🌃🌃

Malam ini sesuai perjanjian, geng fire akan tauran dengan geng nya Malven, dibelakang gedung tak terpakai mereka semua sekarang, masing masing membawa senjata dan hanya Ghasendra dengan tangan kosong.

Ghasendra meludah meremehkan, itu awal yang selalu ia pakai untuk memancing emosi seorang Malven.

"Ga usah banyak gaya, LO LAWAN.GUE!!"setelah mengucapkan itu Malven langsung menyerang Ghasendra, digenggaman Malven sudah ada cerulit.

Yang lainpun menyerang bersama lawan masing masing, anggota geng Malven ternyata lebih banyak, sepertinya ia membawa seluruh komplotannya.

Perkelahian semakin sengit, kali ini Ghasendra melawan Malven, tidak mungkin Ghasendra mau menerima tancapan benda tajam itu secara konyol, ia tau kapan dirinya beraksi.

Sial.Guman Malven sambil meludah, mengeluarkan darah yang berada dimulut nya.

Ghasendra menarik cerulit itu dari tangan Malven, setelah mendapatkan nya Ghasendra langsung membuang nya ke semak yang sangat gelap, telapak tangan nya tergores benda tajam itu cukup panjang.

Ghasendra mendesah saat darah itu mulai keluar dari tangan nya, ia semakin bergairah dan terus membuat Malven emosi.

"Cih, lo selalu begitu"ucap Malven kesal, mau membuat Ghasendra babak belur sampai pingsan juga ia tidak akan mati, jika tuhan belum mengizinkan Ghasendra pulang ke sisinya.

Ghasendra tertawa nyaring, ia bahagia membuat lawan nya kalah lagi, geng nya Malven pergi begitu saja.

"Ndra..gapapa?"tanya fikri.

Ghasendra mengelap darah disudut bibir nya, ia terseyum miring menatap kepergian Malven.

"Thanks, hari ini sangat menyenangkan"ucap Ghasendra, ia meringis karna ngilu.

"Mata lu somplak!!muka kaya chuky aja so ketawa, minta dijait tu muka"ketus regan kesal, sebab teman nya ini sangat suka melukai dirinya.

"Gue emang sohibnya chuky, nanti gue jait sendiri"balas Ghasendra.

"Macem macem lo"ucap miko ikut kesal.

"Slow, gue abis ini ke dokter"ucap Ghasendra, setelah itu semua nya bubar, ada yang kembali ke markas dan ada yang pergi entah kemana.

Ghasendra pulang dengan wajah babak belur, hampir semua wajahnya membiru, ia hanya mengobati luka ditangan nya saja. Tidak perduli dengan luka lain nya.

"Selalu begitu"ucap Alex saat melihat putra nya pulang dengan wajah mengerikan.

"Biarin aja, sakit dia yang rasain"ucap Alexa sembari memainkan kukunya.

Ghasendra memutar bola mata malas, ia langsung melangkahkan kakinya kembali menuju kamar.

"Tunggu sendra!!"bentak Alex.

"APA!!"jawab Ghasendra tak kalah kencang.

"Apa yang bisa membuat mu berubah?kapan kamu menjadi anak baik?"tanya Alex, dia tidak akan bosan menanyakan itu, Alex sadar kalau dulu dirinya berbuat kesalahan yang sangat fatal, sebagai seorang ayah Alex merasa gagal.

"Percuma!! Gak ada yang bisa buat gue berubah, kalian telat didik Ghasendra."setelah mengatakan itu Ghasendra melanjutkan langkah nya.

"Oh...satu lagi"Alex menatap putranya itu yang entah ingin berbicara apa.

"Kembaliin sandra!!"

Hati Alex terasa sakit mendengar nama putra nya yang satu itu disebut, dulu ia meninggalkan Ghasandra disebuah pohon, entah apa yang terjadi setelah ia meninggalkan nya, karna setelah pergi hujan lebat turun begitu saja.

Ghasendra masuk kedalam kamarnya, setitik air mata jatuh membasahi pipinya yang luka.

"Dimana lo ndra?.."tanya Ghasendra pilu.

Ghasendra merindukan adiknya, dulu ia dan adik nya selalu bersama, semua pakaianpun sama warna nya, yang membedakan hanya alis mereka, alis Ghasendra lebih tebal dari pada Ghasandra, adiknya itu selalu marah jika ia menjahilinya.

Ghasendra rindu kenangan bersama Ghasandra, dimana saat ia menjahili adik nya kala Ghasandra sedang melukis.
karna Alex ia menjadi melow seperti ini, ingin menahan agar air mata tidak keluar rasanya sangat sulit dan sesak.

"Dimana gue bisa temuin lo?wajah kita masih sama kan?gue harap sikap lo ga berubah saat kita ketemu"ucap ghasendra lirih.














TBC.

RINDU ADEK NIII HUAAA😢TUNGGU YA SAMPE MEREKA KETEMU?

SEMANGAT BACA NYA❤

VOTE DAN KOMEN💋

GHASENDRA🔪[SELESAI]Where stories live. Discover now