Chapter 18 : Like Psychopath

22.3K 1.2K 45
                                    

Sakura menatap Sasuke yang nampak sibuk mengecek barang-barang didalam tasnya sebelum pria itu benar-benar pergi.

Sakura hari ini memang sengaja mengantar Sasuke kebandara bersama Sazuke yang berada dalam gendongannya.

"Kau sungguh tak ingin ditemani?" Tanya Sakura membuat Sasuke menoleh kearahnya.

"Aku akan baik-baik saja" Ucap Sasuke dengan senyum tipis.

Selang beberapa detik kemudian terdengar suara pemberitahuan bahwa pesawat yang akan ditumpangi Sasuke akan segera take off.

"Papa harus pergi, sampai jumpa" Pamit Sasuke sambil mencium kening Sazuke dan perut Sakura sejenak.

Sakura menatapnya dengan mata yang nampak bekaca-kaca, Sasuke tau ini berat bagi Sakura tapi bukan hanya Sakura, ini juga terasa berat baginya.

POKE...

Sasuke mengetuk kening Sakura dengan dua jarinya membuat Sakura tersentak dengan wajah yang nampak merona padam.

"Sampai jumpa" Ucap Sasuke seraya berbalik dan berjalan semakin jauh.

"Tuhan tolong lindungi dia" Ucap Sakura menatap punggung Sasuke yang semakin menjauh hingga hilang dari pandangan karena terhalang tubuh orang-orang.

Sakura berbalik lalu berjalan keluar dari bandara, berusaha menguatkan dirinya sendiri.

Apa pun yang Sasuke lakukan saat ini, Sakura percaya itu adalah keputusan yang terbaik dan Sakura harus mendukungnya.

Sakura menatap Sazuke yang nampak tersenyum, apakah senyum Sazuke adalah pertanda bahwa Sasuke akan baik-baik saja? Namun apa pun itu, senyum itu sukses menghangatkan hati Sakura.

Sakura pun memasuki mobilnya namun sebelum itu ia menyempatkan diri untuk meletakan Sazuke ditempat duduk khusus bayi disamping pengemudi yang sengaja ia pasang hingga akhirnya ia melajukan mobilnya.

Tak banyak hal yang ia lakukan dikantor mengingat tak ada Sasuke saat ini. Ia hanya mengkoordinir karyawan-karyawan saja dan sisa waktunya ia lakukan untuk mengurus Sazuke.

Hari ini Sazuke memang terbilang sangat rewel tak seperti biasanya bahkan hari ini bayi mungil itu cenderung sering menangis.

"Hei apa kau merindukan Papa mu?" Tanya Sakura sambil menangkupkan wajah Sazuke yang sedang menangis.

"Jangan seperti itu, Papa pasti akan kembali" Lanjut Sakura entah kata-kata itu ditujukan kepada Sazuke atau dirinya sendiri.

Sazuke tak kunjung diam membuat Sakura terus saja mondar mandir mengendong Sazuke diruangan kerjanya dan Sasuke.

Sekitar setengah jam kemudian Sazuke baru tenang, disaat tubuh Sakura benar-benar sudah kelelahan mengendong Sazuke yang dari hari ke hari semakin berisi.

Setelah menidurkan Sazuke disofa, Sakura pun menatap kesekeliling ruangan yang entah kenapa kini terasa sepi.

Sakura merindukan wajah serius Sasuke ketika pria itu bekerja, cara pria itu mengerutkan keningnya ketika ia melihat ada sebuah kesalahan di dokumen yang ia periksa bahkan Sakura rindu aroma maskulin pria itu.

Sakura merindukan aroma maskulin itu, aroma yang membuat ia kecanduan, aroma yang membuat ia bergairah dimalam panas mereka.

Sakura bahkan merindukan tusukan kejantanan Sasuke yang besar dan panjang yang selalu sukses membuat ia mendesah tak tertahankan sampai menggila.

Sakura menggeleng-gelengkan kepalanya seraya menepuk pelan kedua pipinya ketika ia sadar bahwa ia baru saja berpikiran mesum tentang Sasuke.

Untung pria itu tak tahu, jika tahu Sakura benar-benar akan merasa sangat malu tapi apa yang ia pikirkan ada benarnya.

Sudah cukup lama keduanya tak melakukan hubungan intim bahkan mungkin sebelum mereka mengetahui keberadaan calon buah hati mereka.

TOK... TOK... TOKK...

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Sakura membuat ia akhirnya mengintruksi agar seseorang yang mengetuk pintu itu masuk.

"Maaf Nona tapi ada seseorang yang ingin menemui anda" Ucap seorang pria berbaju hitam ketika ia masuk.

Pria itu adalah salah satu bodyguard yang diperintahkan Sasuke untuk menjaga Sakura. Setelah kejadian 'itu' Sasuke memang cenderung semakin overprotective kepada Sakura, ia hanya takut kejadian tersebut terulang kembali.

"Biarkan ia masuk" Ucap Sakura membuat pria itu mengangguk pelan.

Tak berselang lama, Gaara memunculkan diri membuat Sakura sempat kaget namun segera ia tutupi.

"Hai" Sapa Gaara dengan senyumnya membuat Sakura malah tersenyum canggung.

"Aa duduklah Gaara" Ucap Sakura mempersilahkan Gaara untuk duduk.

Gaara mendudukan dirinya dengan mata yang tak lepas dari Sazuke, jujur saja ia masih penasaran akan sosok Sazuke, ia masih tak percaya bahwa bayi itu adalah bayi Sasuke dan Sakura.

Sementara Sakura yang menyadari tatapan Gaara yang terus menuju kearah Sazuke mulai merasa tak nyaman, ia masih trauma pada kejadian 'itu' walau sejujurnya ia engan untuk mengingat kejadian itu lagi.

Ia takut terjadi hal buruk pada Sazuke dan hal itu membuat ia tak bisa dengan mudah mempercayai seseorang.

"Sejujurnya aku merasa sedikit canggung mengingat pertemuan kita yang terakhir kali" Ucap Gaara membuat Sakura tersenyum kikuk.

Bahkan Sakura saja sudah melupakan pertemuan itu, ia terlalu malas untuk mengingat pertemuan itu.

"Sudahlah, lupakan saja. Jadi ada apa kau kemari?" Tanya Sakura membuat Gaara terkekeh pelan.

"Kenapa kau bertanya seperti itu, bukankah kita sahabat? Wajar saja jika aku menemui mu. Kita sudah lama tak bertemu" Jawab Gaara membuat Sakura mengangguk pelan.

Gaara benar, mereka sahabat lantas kenapa Sakura malah merasa Gaara seperti musuhnya atau seseorang yang sangat tak ingin ia temui? Apakah karena ia pernah terlibat perasaan romantis terhadap Gaara namun berunjung sakit hati?

Tunggu dulu, yang menjadi pertanyaan Sakura saat ini adalah apakah ia masih memiliki perasaan kepada Gaara atau tidak?

"Sakura?" Sakura tersentak kaget ketika Gaara tiba-tiba menyentuh ujung rambutnya.

"Ah maaf" Ucap Sakura menarik rambutnya dengan perasaan yang tak menentu.

"Sekarang kau terasa berbeda, aku merindukan mata itu" Ucap Gaara menatap Sakura dalam.

Sakura mengerutkan keningnya lalu menyentuh dadanya yang terasa biasa-biasa saja tak ada debaran seperti dulu.

"Mata itu dulu menatapku dengan damba tapi kenapa yang ku lihat mata itu nampak tak nyaman?" Tanya Gaara dengan nada yang terdengar lirih walau samar-samar.

Sakura hanya terdiam, ia tak tahu harus menjawab apa karena situasi ini benar-benar canggung dan aneh baginya.

"Wajah mu tak merona lagi seperti dulu" Lanjut Gaara sementara Sakura masih terdiam.

"Kemana semua itu hilang Sakura?" Tanya Gaara sambil menyentuh pipi putih Sakura.

Tangan Sakura bergetar entah kenapa ia merasa sedikit takut, apakah Gaara akan menyakitinya? Kenapa pertanyaan pria itu terdengar seperti seorang psikopat? Sakura jelas benar-benar ketakutan.

"Apakah semuanya hilang semenjak aku tak ada dan malah tergantikan oleh Sasuke? Bukankah itu terdengar terlalu cepat Sakura? Kenapa kau tak menunggu sedikit lebih lama?" Tanya Gaara membuat Sakura meremas roknya sendiri.

Sebenarnya apa yang diinginkan Gaara? Apa yang coba ia sampaikan? Kenapa Gaara terasa begitu berbeda. Gaara yang kali ini seperti bukan Gaara yang selama ini Sakura kenal.

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang