04. Sahabat (Prequel SENIOR)

24.5K 709 20
                                    

Aluna Amanda Nindiatama,

Barudak Swag ... Aku yakin kalian sangat asing dengan nama itu.

Ya, itu adalah nama untuk geng persahabatanku dengan Rara, Kaisar, Hans, Zifal, dan Natasha. Persahabatan kami sudah terjalin sejak SMP.

Mereka sangat baik dan selalu ada untukku. Bahkan di mana ada aku, di situ ada mereka. Ketika Bunda dan Kak Aran mulai sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Barudak Swag ada untuk menemaniku.

Mereka adalah keluarga keduaku.

Aku akan menceritakan sedikit bagaimana pertemuan kami.

Saat semester 2, kelas kami mengalami perombakan. Aku dan Rara terpisah. Saat itulah aku berkenalan dengan Natasha dan Kaisar. Mereka satu kelas denganku.

Natasha adalah teman sebangkuku. Dia hampir mirip dengan Rara yang heboh dan mudah baper sama cowok. Sementara Kaisar adalah ketua kelas di kelasku. Awalnya kami bertiga tidak saling mengenal. Hingga suatu hari Ibu Rita—guru IPS membentuk kelompok belajar dan kami berada di kelompok yang sama. Tidak disangka, Rara ikut kelompok belajar itu dengan teman-teman dari kelasnya—Hans dan Zifal.

Sejak saat itu kami menjadi dekat. Aku, Rara, Natasha, Kaisar, Hans, dan Zifal—kami selalu meluangkan waktu untuk bersama-sama. Saat pulang sekolah, kami selalu bermain ke rumah kami masing-masing. Bergilir, hari ini di rumahku, besoknya di rumah Rara, besoknya lagi di rumah Hans, dan begitu seterusnya.

Dari sekian rumah yang dikunjungi, rumahku lah yang paling sering di jadikan markas untuk berkumpul. Mereka senang ke rumahku karena terkadang hanya ada asisten rumah tanggaku dan Kakek saja. Mereka merasa rumahku seperti rumah mereka sendiri. Mereka sudah sangat nyaman. Saat ada Bunda, mereka jauh lebih nyaman karena Bunda selalu menyuguhkan banyak makanan.

Tidak heran kenapa Kak Aran sering sekali mengajak teman-teman gantengnya ke rumah.

Iya, teman-teman Kak Aran ganteng, hehe.

Kembali ke sahabat-sahabatku.

Ada rumah ternyaman, tentu ada pula rumah yang membuat kami semua berpikir dua kali untuk mengunjunginya. Bukan berarti rumah itu tidak nyaman, justru rumah itu rumah ternyaman nomor dua, hanya saja dengan sensasi yang berbeda.

Rumah Kaisar.

Kenapa kami selalu berpikir dua kali. Karena Ibu Kaisar sangat baik kepada kami. Saking baiknya kami sampai tidak enak jika harus merepotkan beliau terus menerus.

Pernah suatu hari ketika kami main, Ibu Kaisar membelikan kami semua makanan dari restoran mahal. Selain itu kami juga selalu khawatir jika bermain di rumah Kaisar. Barang-barang di rumahnya mewah dan mahal. Kami takut merusak salah satunya—jika kami bermain di sana. Untuk itu kami selalu berpikir dua kali sebelum main ke sana—walaupun Kaisar dan keluarganya dengan tangan terbuka menerima kami semua.

Ya, diantara kami berenam memang Kaisar yang paling berada. Maksudku, hampir seluruh anggota keluarga Kaisar adalah pejabat. Jadi tidak heran kalau kehidupannya sangat mewah.

Setelah naik kelas tiga, kami semua dipertemukan di kelas yang sama. Aku tidak menyangka dan tentu saja sangat senang. Kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama. Dan menjelang Ujian Nasional kedekatan kami semakin terjalin erat. Kami sepakat untuk masuk di SMA yang sama. SMA Sevit Bandung.

Saat itu, sebelum Ujian Nasional, Kaisar membawa enam gelang dengan warna yang berbeda dari sebuah meteran kain. Kata Kaisar, gelang ini adalah gelang persahabatan kami. Dia memberikan kepada kami masing-masing warna—yang menurutnya sesuai dengan karakter kami.

Hans memiliki warna kuning yang berarti keceriaan. Natasha memiliki warna merah yang berarti memikat. Zifal memiliki warna hijau yang berarti sederhana dan menyatu dengan apapun. Rara memiliki warna pink yang berarti cantik dan feminim. Kaisar memiliki warna biru yang berarti tenang. Sementara aku memiliki gelang berwarna ungu yang katanya merupakan simbol dari baik hati dan manis.

Sebenarnya aku sendiri mendefinisikan warna ungu sebagai ketidak konsistenan atau kesamar-samaran. Maksudku, di satu waktu aku bisa terlihat terang namun di waktu lain aku bisa terlihat gelap. Seperti warna ungu yang terkadang berada di sisi terang dan gelap.

Norak, sih, tapi itulah Barudak Swag. Kami menjadi diri sendiri saat bersama.Terlepas dari pendapatku sendiri, aku merasa Kaisar memberikan gelang itu sesuai dengan kepribadian kami semua. Dia sangat mengenal kami dan dia memang terlihat seperti pemimpin di kelompok sini—karena hampir semua ucapannya selalu kami ikuti.

Dan kami tidak keberatan akan hal itu.

Yap, aku sangat menyayangi mereka. Barudak Swag adalah keluarga keduaku. Bersama mereka aku merasakan apa itu persahabatan, kekerabatan, dan kekompakan. Aku rasa tiap manusia membutuhkan teman—setidaknya untuk mendengarkan keluhanmu dan menemanimu agar tidak merasa sendiri.

Aku hanya berharap persahabatan ini akan terus terjalin sampai kami tua nanti—sampai kami memiliki keluarga kami masing-masing.


•Senior•


Apa kalian merasa ada perbedaan dari background story Aluna di sini?

Kalau iya, berarti kalian memang teliti sekali saat membaca hehe. Seperti yang pernah aku bilang, aku akan memasukan sedikit vibe filmnya ke side story ini. Ya, kalian bisa menebak-nebak sendiri nantinya.

Oke terima kaish karena sudah membaca. Jangan lupa ajak yang lain baca juga, ya,

Jangan lupa follow Instagram @katakokoh @millenniapictures_ @seniorthemovie dan @pastelbooks.id ya!!! Akan ada informasi seputar film di sana.

See you!!!

Bandung, 06 Agustus 2019


SENIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang