chapter 11

7.9K 1K 284
                                    

Malam yang sempurna di temani oleh bintang, bulan, dan deru angin malam. Aku duduk di atas pohon untuk beristirahat setelah memasak makan malam untuk pasukan pengintai. Aku menyumbat telingaku dengan headseat. Aku memutar lagu a thousand years dari hpku sambil sedikit bernyanyi.

I have died everyday waiting for you
Darling don't be afraid i have love you
For a thousand years
I'll love you a thousand more

Tiba-tiba, kurasakan pohon yang kududuki bergoyang. Aku kehilangan keseimbangan dan terjatuh. Tetapi, ada yang aneh dengan rasa jatuh yang kualami.

Rasa jatuh yg kurasakan tidak sakit, malah aku merasa seperti sedang melayang. Kurasakan, ada tangan yang melingkari kedua pundak dan pahaku. Aku membuka mataku perlahan melihat apa yang terjadi padaku.

Hal pertama yang kulihat adalah Levi-heichou. Hal pertama yang kudengar adalah suara detak jantungku yang cepat. Dan hal pertama kusadari adalah posisi kami yang agak aneh. Heichou menggendongku ala tuan putri.

"He-heicou turunkan aku!!!" ucapku sambil menahan malu. Wajahku terasa sangat panas. Heichou malah menjatuhkanku.

"Aduh!" rintihku sambil membelai bokongku yang sakit.

"Heichou, kenapa kau menjatuhkanku?!" tanyaku dengan nada setengah membentak.

"Kau tadi minta diturunkan bocah!" ucap heichou.

"Aku memang minta diturunkan, tapi aku tidak minta dijatuhkan!" bentakku.

"Pasti kau yang mengoyangkan pohon itu kan? Kenapa kau melakukannya, heichou?! Jika kau butuh sesuatu kau biasa memanggilku!" ucapku sambil berusaha berdiri.

"Dari tadi aku memanggilmu, bocah! Tapi kau tidak mendengarnya! Kau malah bernyanyi dengan merdu hingga aku lupa apa tujuanku kesini!" ucap heichou dengan nada datar. Wajahku memanas saat mendengar kalimat heichou yang terakhir.

"Maaf..." ucapku sambil memalingkan wajah.

"Bocah, ada apa dengan wajahmu? Kenapa memerah? Kau sakit?" tanya heichou bertubi-tubi. Jarang sekali heichou menanyakan keadaan orang lain. Atau lebih tepatnya, heichou tak pernah menanyakan keadaan orang lain.

"Aku baik-baik saja!" seruku sambil berusaha bersikap biasa saja agar rona merah diwajahku menghilang. Namun tidak bisa. Akhir-akhir ini, saat aku berada didekat heichou aku selalu seperti ini.

Heichou mendekat kearahku. Ia meraih kepalaku dan menyatukan keningnya ke keningku.

"Kau baik-baik saja dan tidak demam. Kau sehat, bocah!" ucap heichou sambil berjalan mundur.

"Su-sudah kukatakan tadi!" ucapku sambil mengambil hpku yang jatuh.

"Bocah, kenapa kau tidak mendengarku dan malah bernyanyi?" tanya heichou.

"Aku mendengar musik." ucapku.

"Musik?" tanya heichou. Aku baru ingat, hanya heichou yang belum tahu tentang kehidupan di dimensiku. Bahkan aku belum berfoto bersamanya.

"Aku jelaskan!" aku menjelaskan semua hal di dimensiku secara ringkas, rinci dan mudah dipahami.

"Ho... Begitu," gumam heichou.

"Mmm, heichou, mau berfoto?" tanyaku. Heichou melirik kearahku. Dia menganguk sedikit. Aku menyiapkan kamera di hpku lalu memposisikan hpku agar mendapatkan hasil foto yang sempurna. Aku tersenyum manis sedangkan Heichou setia dengan wajah papan tripleknya.

"Umm, heichou, bisakah kau tersenyum? Hasil fotonya kurang bagus," ucapku. Heichou hanya mengangguk sedikit.

Kami mengulang foto kami. Heichou tersenyum. Aku terkejut melihat wajahnya ketika tersenyum. Sangat tampan. Aku yakin Justin Bieber dan Taylor Lautner pasti kalah. Wajahku kembali memanas. Aku berusaha membuat wajahku tampak natural di kamera.

you are my first love (Levi x Reader) (END)Where stories live. Discover now