chapter 9

7.9K 1.1K 279
                                    

Alarm hpku berbunyi. Aku bersiap untuk latihan pagi ini lalu pergi ke lapangan. Disana Levi-heichou telah menungguku. Heichou bilang, hari ini dia akan mengajarkan ku bela diri.

"Terlalu lemah!" seru heichou saat ia menangkis tendanganku.

"Masih belum cukup!"

"Lebih kuat!"

"Payah!!!"

Sekilas, aku melihat celah. Aku secepat mungkin memukul lalu membanting tubuh heichou.

"Lumayan," ucap heichou sambil menyeka darah dari sudut bibirnya.

"Heichou, maaf..." ucapku sambil membantu heichou berdiri.

"Sudah kukatakan tak perlu meminta maaf. Latihannya sudah cukup. Pergi ke kamar dan mandilah. Tubuhmu sangat bau..." aku mengangguk lalu segera berlari menuju kamar kami.

Dalam perjalanan menuju kamar, aku mendengar suara ledakan. Tidak terlalu besar namun cukup untuk membangunkan sebagian pasukan di markas pusat. Aku segera menuju sumber suara.

Ledakan itu berasal calon kamarku. Kulihat asap hitam mengepul dimana-mana. Dari asap tersebut, keluar Hanji-san dalam keadaan 'tak memadai'. Kacamatanya miring. Rambutnya acak-acakan. Dan pakaiannya kotor terkena asap hitam.

"Apa yang terjadi?" tanya Irvine-daichou yang tiba-tiba datang.

"Ooh... Irvine, heheheheh...." kekeh Hanji-san.

"Apa yang terjadi di dalam, mata empat?" tanya Levi-heichou yang juga baru sampai.

"Aaaa..... Begini, mmm.... Aku tadi membawa beberapa botol cairan. Saat aku akan ke kamarku. Salah satu botol terjatuh dari tanganku. Botol itu berisi cairan yang mudah meledak. Botol itu menggelinding masuk ke calon kamar (yn). Saat aku akan mengambilnya, tanpa sengaja aku menjatuhkan cairan-cairan yang lain dan membuat cairan itu.... Yah.... Meledak," jelas Hanji-san. Aku melongo kaget mendengar penjelasan aneh itu.

"Aww!!!" rintih Hanji-san saat Levi-heichou memukul kepalanya.

"Bodoh!!!" ucap heichou. Aku memeriksa isi calon kamarku. Berantakkan dan hancur. Sangat berantakkan dan hancur.
Semuanya rusak parah.

"Ano... Daichou, aku harus tinggal dimana?" tanyaku. Daichou masuk ke dalam untuk memeriksa keadaan calon kamarku.

"Kerusakannya terlalu parah. Akan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk memperbaikinya." ucap daichou. Dadaku terasa mengangkat beban yang sangat berat saat daichou mengatakan hal itu.

"Levi, izinkan (yn) tinggal di kamarmu lebih lama lagi," pinta daichou. Heichou melirik ke arahku.

"Terserah...." ucap heichou. Irvine-daichou tersenyum mendengar jawaban itu.

"Bocah, pergilah mandi sekarang dan jangan lupa membersihkan kamar," ucap heichou. Aku mengangguk mendengar perintah itu.

Aku segera berlalu ke kamar heichou. Sampai disana, aku segera mandi dan berpakaian. Seperti biasanya, aku sarapan lalu membersihkan kamar.

Saat aku kembali ke kamar, aku melihat Levi-heichou bertelanjang dada. Dia sangat tampan dengan otot-otot yang menghiasi tubuhnya. Tubuhnya basah karena keringat.

Aku terkejut saat melihat luka sepanjang 30 cm di pundaknya. Seperti bekas sayatan benda tajam.

"Heichou!" seruku sambil berlari ke arahnya.

"Ada-"

"Apa yang terjadi pada pundakmu?!" tanyaku panik sambil membalikkan tubuhnya.

"Ini hanya luka kecil," ucapnya. Aku tak mendengarkan perkataannya. Aku menuntun heichou ke atas kasur dan mendudukkannya. Aku berlari ke lemari untuk mengambi kotak P3K.

"Bocah, kau tak perlu secemas itu," aku menghiraukan ucapan heichou. Aku mengambil kapas dan alkohol lalu membersihkan luka heichou.

"Heichou kenapa kau bisa terluka?" tanyaku tetapi tak dijawab heichou.

"Berhenti..." ucap heichou. Aku masih melanjutkan kegiatan mengobati luka heichou.

"Kubilang berhenti!!!" bentak heichou. Aku menghentikan kegiatanku.

Heichou berdiri dan membuka pintu lemari. Ia mencari sesuatu di setiap rak dan mengambil ikat rambut hitam polos dan telah usang. Ia kembali duduk di sampingku.

"Ini," heichou memberikan ikat rambut itu padaku.

"Lanjutkan," perintah heichou sambil menunjuk bahunya dengan dagunya. Aku meletakkan ikat rambut itu disebelahku, lalu lanjut mengobati luka heichou. Aku ingin bertanya sesuatu tetapi, entah kenapa mulutku tak mau terbuka.

"Ikat rambut itu milik ibuku..." ucap heichou. Aku menghentikkan kegiatan menjahit lukanya. Aku menggelengkan kepala sedikit lalu melanjutkan kegiatanku sambil mendengarkan cerita heichou.

"Semalam aku ke kota bawah tanah untuk mengambilnya..." aku tertegun mendengar ucapan itu keluar dari mulut heichou.

"Kau ke kota bawah tanah?!! Heichou berasal darisana?!" tanyaku. Heichou hanya diam. Ia berbalik menghadapku.

"Aku merindukan ibu..." ucapnya dengan tatapan sendu. Aku baru pertama kali melihat heichou seperti itu. Terlihat sangat lemah dan rapuh jika disentuh.

"Aku tinggal di kota bawah tanah dari kecil. Aku tak pernah tahu siapa ayahku karena ibuku adalah seorang pelacur. Ibu sangat menyayangiku dan selalu tersenyum. Pernah sekali, aku memergoki ibu menangis. Saat ia melihat ku, ibu segera meyeka airmatanya lalu memberiku senyuman palsu..." heichou mengepalkan tangannya sangat kuat.

"Saat keuangan kami sedang kritis, ibu jatuh sakit dan akhirnya mati kelaparan. Aku masih ingat bagaimana ibu tersenyum sambil menahan rasa laparnya," mata heichou mulai berkaca-kaca.

"Sejak itu, aku dirawat oleh pamanku. Ia mengajarku cara bertahan hidup. Akhirnya aku menjadi seorang pencuri bersama 2 rekanku yang telah mati dimakan titan. Kami bertiga ditangkap oleh Irvine dan dijadikan prajurit pasukan pengintai jika kami tak mau membusuk di penjara..." setetes embun jatuh dari dalam manik kelambu heichou. Aku menarik kepala heichou ke pelukkanku. Kurasakan bajuku basah karena air matanya.

Aku membelai kepala heichou agar ia tenang. Belum pernah kulihat heichou menangis seperti ini. Entah karena gengsi atau apa, ia menangis tanpa suara.

Kota bawah tanah, kota paling buruk diseluruh dinding. Tempat berkumpulnya semua kajahatan sosial. Seks bebas, narkoba, pencuri, penyiksaan, penculikkan, pembunuhan, dan yang lainnya. Menjadi penjahat untuk bertahan hidup adalah satu-satunya cara.

Aku mengangkat kepala heichou dan menghapus air matanya yang masih mengalir.

"Heichou berhentilah menangis..." ucapku. Dengan patuh, heichou menghentikan tangisannya.

"Heichou, kau itu seorang pria. Seorang pria tidak menangis. Jika kau menangis seperti ini, ibumu tidak akan tenang disana. Ibumu pasti juga akan ikutan sedih dan menangis jika melihatmu seperti ini. " ucapku sambil membelai lembut pipi heichou.

"Heichou bilang, masa lalu jangan dibawa ke masa sekarang. Karena itu akan menghambat masa depan. Ibumu belum mati. Kau belum melupakkannya. Jika kau melupakannya, itu berarti ibumu benar-benar mati. Seseorang pernah bilang padaku, kematian sesungguhnya adalah dilupakkan. Jadi heichou, jangan lupakan ibumu tapi jangam membawa kenangan masa lalu yang buruk ke masa sekarang," ucapku. Kulihat, raut wajahnya mulai tenang.

"Terima kasih, apapun yang kau katakan itu benar. " ucap heichou. Aku mengangguk pelan sambil tersenyum.

"Berbalik, aku akan menyelesaikan jahitannya." ucapku. Heichou berbalik. Aku melanjutkan jahitannya.


Hola minna!!!!

Maaf kalian jadi nunggu lama. Aku lagi PLS. Biasa siswa SMA baru...  hehehehe.....

Oh ya, makasih buat yg udh ngasih vote, coment, ama yg masukin cerita g jelas gw ke reading listnya. Makasih juga buat yang udh nge-fllw...

Sekali lagi, jangan lupa voment yak...

See you next chapter!!!

you are my first love (Levi x Reader) (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang