chapter 7

8.4K 1.1K 301
                                    

Alarm hpku berbunyi, jam 03.45 pagi. Aku mematikan hpku lalu mereganggkan persendianku yang terasa kaku.

Di dunia ini, tidak ada jaringan. Jadi, hpku tak bisa digunakan untuk berkomunikasi. Ya... Setidaknya aku bisa terhibur dengan mendengarkan lagu atau bermain game. Karena di duni ini tidak ada arus listrik, aku harus menghemat baterai hp dan power bank ku.

Aku duduk di tepi kasur dan melihat seisi kamar. Tidak ada Levi-heichou di sofa. Berarti, dia sudah menungguku diluar. Aku bergegas menuju kamar mandi dan mencuci muka. Aku keluar dari kamarku dan mengunci pintu.

Sampai di lapangan, mataku mencari keberadaan Levi-heichou. Aku menemukannya. Dia sedang melakukan sit up. Ia menggunakan celana pendek di atas lutut dan sarung tangan yang memperlihatkan jarinya.

Aku memperhatikan heichou yang penuh keringat. Aku tersipu malu melihatnya. Tubuhnya sangat sempurna. Perut eight pactnya membuatku terpesona. Tangannya yang berotot membuatku tak fokus. Dada bidangnya membuatku ingin menyentuhnya.

Astaga!!! Apa yang aku pikirkan?!! Tidak! Aku tak boleh berpikir yang tidak-tidak tentang heichou.

"Oi bocah!!!" aku menoleh ke arah heichou lalu berjalan medekatinya.

"Hari Ini kau hanya akan latihan fisik. Pemanasan selama 10 menit!!!" perintah Heichou. Aku segera melakukannya. Sebelum Itu, aku menyanggul rambutku agar aku tak terganggu.

10 menit telah berlalu. Heicou menyuruhku lari keliling lapangan 20, push up 20 kali, sit up 30 kali, squad jum 30 kali, dan lainnya. Sungguh, latihan ini persis dengan cara ayah melatihku. Setelah semua perintah heichou kujalani, aju meluruskan kakiku. Levi-heichou berjalan kearahku sambil memegang botol air minum.

"Bocah, fisikmu tidak terlalu buruk." ucapnya sambil melemparkan botol air itu padaku. Aku menangkapnya lalu meminumnya hingga berisi seperempat.

"Ayah juga melatihku seperti ini...." ucapku. Memori tentang ayah terlintas dipikiranku. Saat ayah ber!ain dengaku, melatihku, mengajariku cara membaca, dam yang palin mengerikan adalah saat kematian ayah.

Aku kembali mengingat kejadian mengerikan itu. Aku meminta ayah dan ibu mengantarku saat hari pertama masuk SD. Ayah dan ibu memberiku kecupan dan pelukana hangat saat aku akan masuk ke gerbang sekolah. Aku berbalik untuk menatap wajah kedua orang tuaku. Mereka melambaikan tangan padaku. Tepat saat itu juga.....

"Door!!!"

Suara pelatuk pistol ditarik berbunyi. Aku berlari ke tempat ayahku dan melihatnya mengeluarkan banyak darah.

Itu semua salahku. Seandainya waktu itu aku tak memaksa mereka, ayah pasti masih hidup sampai sekarang. Seandainya aku tak membanting pintu karena mereka tidak menuruti permintaanku, pasti sekarang ibu tidak akan membenciku.

Kurasakan air mataku mengalir. Aku berteriak frustasi. Benar kata ibu. Seharusnya aku tak pernah dilahirkan. Aku penyebab suaminya tiada. Aku yang telah membunuh ayahku. Aku yang membuat keluargaku sendiri tak lengkap. Sungguh, aku merasa sangat bersalah.

Dalam perasaan bersalah ini, aku merasakan sesuatu yang hangat menyelimutiku. Sesuatu memberhentikan tangisanku. Aromanya membuatku tenang. Aku menyukai ini.

"Oi tenanglah, bocah...." ucap seseorang yang kukenali adalah suara Levi-heichou.

Aku berusaha menyadari posisi kami. Saat otakku sudah tahu bagaimana posisi kami, jantungku berdetak sangat kencang. Sesuatu yang panas menjalar di wajahku. Heichou melepaskan pelukannya.

"Bocah, kau itu kenapa?" tanya Levi-heichou sambil menyeka air mataku yang masih keluar. Aku tak bisa berbicara karena terlalu syok menyadari apa yang terjadi.

you are my first love (Levi x Reader) (END)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora