chapter 6

8.5K 1.2K 420
                                    

Aku baru sadar, kalau aku tak memiliki kamar disini. Aku berjalan menuju ruangan Irvine-daichou dan mengetuk pintunya.

"Masuk," jawab suara yang ada di dalam. Aku membuka pintu lalu masuk. Selain Irvine-daichou, di dalam ruangan ini juga ada Levi-san, dan Hanji-san.

"(Yn)-san, kau butuh sesuatu?" tanya daichou.

"Maaf jika aku mengganggu, tapi aku belum punya kamar." ucapku.

"Ah ya..." gumam daichou. Ia memegang dagunya seperti sedang memikirkan sesuatu.

"Levi, berbagilah kamar dengan (yn)-san untuk beberapa hari kedepan,"

Apa?!!

"Kenapa harus aku?!!" tanya Levi-san. Ada nada tak suka saat Levi-san berbicara.

"Pertama, asrama pria dan wanita sudah penuh. Kedua, ada satu kamar kosong disamping kamarmu. Tetapi kamar itu sedang direnovasi untuk (yn)-san selama beberapa hari kedepan. Ketiga, kamarmu cukup luas untuk 2 orang bahkan kasurmu juga luas." jelas Irvine-daichou.

Sebenarnya, aku tak ingin satu kamar dengan Levi-san. Maksudku, tidak pantas seorang gadis dan seorang pria tinggal dalam satu kamar.

"Kau ingin aku seranjang dengan bocah itu?" ucap Levi-san sambil menunujukku dengan dagunya. Ada penekanan saat Levi-san mengucapkan kata 'seranjang'. Astaga, pemikiran macam apa itu?!! Aku bahkan tidak berpikir seperti itu.

"Aku tak memintamu melakukannya. Aku hanya ingin kau mengizinkan (yn)-san tinggal di kamarmu untuk beberapa hari. Tetapi, jika kau ingin melakukannya, aku izinkan selama tidak akan terjadi konflik di antara kalian berdua," ucap daichou. Ia memberikan kami senyuman jahil.

"Kami tak akan melakukan itu!!!" seru aku dan Levi-san serentak. Kami saling berpandangan lalu membuang muka.

"Jika kau tidak suka, kita bertukar kamar saja. Kau tidur di kamarku, sedangkan aku dan (yn)-chan akan tidur di kamarmu. Bagaimana?" aku setuju dengan usulan Hanji-san. Tapi....

"Tidak, aku tidak mau. Kamarmu penuh dengan debu dan pasti penuh dengan kuman." si wajah papan triplek itu tidak menyetujuinya.

"Jadi, bagaimana? Kau mau berbagi kamar dengan (yn)?" tanya Irvine-daichou.

"Hanya beberapa hari saja...." bujuk Hanji-san.

"Cih, ikut aku, bocah!" ucap Levi-san sambil menarik tanganku.

"Tunggu!" perintah Irvine-daichou. Kami berdua menoleh ke arahnya.

"Masukan dia ke dalam squadmu." ucap Daichou. Levi-san berdecih.

"Cih, kenapa harus aku yang mengurus bocah ini?!!" tanya Levi-san dengan kesal. Lalu kembali menarik tanganku.

"Levi-san, maksudku Levi-heichou, kita akan kemana?" tanyaku. Karena sekarang aku masuk ke dalam squadnya, akan jauh lebih sopan jika aku memanggilnya Levi-heichou.

"Kamarku." ucapnya singkat. Ada perasaan yang mengganjal di hatiku saat ia mengucapkan kata 'kamar'.

Heichou membuka pintu saat sampai di kamarnya. Ia menarikku masuk.

"Ini kamarku," ucapnya. Kupikir, kamar heichou akan sangat berantakkan seperti laki-laki umumnya. Ternyata dugaanku meleset jauh. Kamarnya terlalu bersih dan rapi. Bahkan tidak ada setitik debu di sini. Aku takjub melihat kamar seperti ini. Lebih bersih dan rapi daripada kamar di hotel.

"Apapun yang terjadi, jangan pernah membuat kamar ini kotor. Bersihkan kamar ini setiap hari sesudah sarapan dan sebelum malam tiba." ucapnya Levi-heichou. Aku tak terlalu mendengarkan karena takjub melihat kamarnya.

"Kau akan tidur di kasur. Sedangkan aku akan tidur di sofa," aku menoleh cepat ke arah heichou saat mendengar ucapannya itu.

"Eh, tidak. Ini kamarmu. Biar aku yang tidur di sofa sedangkan kau tidur di kasur." ucapku. Aku merasa tak enak jika atasanku tidur di sofa sedangkan aku tidur nyaman di atas kasur.

"Ikuti saja perintahku bocah!" seru heichou. Aku merinding mendengar nada bicaranya. Aku mengangguk perlahan dan hening sejenak.

Heichou melihatku dari atas hingga ke bawah. Aku merasa atsmofir di sekelilingku berubah drastis. Heichou mendekat ke arahku dan aku mundur perlahan. Sudah kuduga, ini pasti akan terjadi. Bagaimanapun juga, Levi-heichou adalah seorang pria. Aku terus mundur hingga menabrak sesuatu di belakangku.

Heichou makin lama, semakin mendekat. Aku menelan salivaku. Aku memandang keatas untuk melihat wajahnya. Putih pucat, mata yang tajam bagaikan elang, dan garis rahang yang tegas. Sempurna. Itu satu kata yang terlintas di pikiranku.

"Hei.... Chou?" panggilku saat ia mendekat ke leherku. Jantungku berdetak tidak normal. Kurasakan rambutnya menyapu lembut leherku. Hanya rambutnya yang menyentuhku. Heichou Membuka pintu lemari dan mengambil beberapa pakaian.

"Ini," ia melemperkan pakaian itu padaku.

"Eh?"

"Itu untukmu. Memangnya, kau tidak kepanasan menggunakan seragam terus? Dan juga, aku yakin kau pasti berkeringat. Itu menjijikkan. Jadi, sekarang kau mandilah dan-" heichou tidak melanjutkan kata-katanya.

"Bocah kau sakit?" tanyanya. Aku tersentak.

"Ti-tidak." jawabku. Sungguh, aku sangat gugup sekarang.

"Kenapa suaramu bergetar dan kenapa wajahmu merah padam?" tanyanya lagi.

"Aku baik-baik saja, sungguh." ucapku sambil membuat suaraku senormal mungkin. Hening sejenak.

"Heichou, terima kasih atas pakaiannya." ucapku sambil menunduk singkat.

"Tidak perlu berterima kasih. Itu milik sahabatku. Dia sudah tiada sekarang. Jadi pakai saja," ucapnya. Aku memperhatikan 6 potong pakaian-pakaian tersebut. 3 baju kaos dan 3 celana panjang yang tidak ketat. Dari modelnya, sepertinya ini milik seorang wanita.

"Sekali lagi, terima kasih," ucapku.

"Pergilah mandi sekarang. Keringatmu itu menjijikkan jika dilihat." ucapnya. Aku memasukkan beberapa pakaianku ke dalam tas dan yang akan kukenakan ku bawa bersamaku kekamar mandi.

Hello minna!!!!!!!!

Voment dong, plis....

you are my first love (Levi x Reader) (END)Where stories live. Discover now