4. Another Beginning

4K 769 263
                                    

Dia mungkin bukan matahari.
Tapi, dia mampu menghangatkan tempat didalamku yang dingin karena kekosongan.

Han Jisung, Menos

Pagi yang baru dimulai, menandakan hari lain telah tiba untuk dilalui

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi yang baru dimulai, menandakan hari lain telah tiba untuk dilalui. Bagi Jisung, semua hari itu sama saja.

Bangun dari dunia mimpi, mandi, membuat sarapan, lalu berangkat sekolah. Menjalani realita yang sulit sebagai rintangan hidup.

Kalau ditanya lelah atau tidak, tentu saja. Hanya orang bodoh yang menanyakan seperti itu. Dunianya abu-abu, dimana si gelap lebih mendominasi.

Jisung tak punya sesuatu yang mampu menyetarakan warna, dan membuat rantai hidupnya menjadi sempurna. Bahkan kicauan burung-burung yang saling sapa, hanya bisa mengiringi langkah Jisung tanpa membantu.

Oh, dia ingat satu orang. Seperti sekarang, memasuki ruangan kelas, Ia sudah dikejutkan dengan Hong Jiyeon yang menghadangnya duduk ditempatnya.

Jisung menaikkan alis, begitu Jiyeon bilang, "Tunggu! Jangan duduk!"

Melihat wajah Jiyeon yang agak cemas juga sesuatu yang aneh di mejanya, Jisung kemudian memeriksa kolong tempatnya.

Dan, Bingo! Sebungkus plastik terbuka dari jus tomat sudah membasahi seluruh kolong meja Jisung, yang mana jika Jisung duduk, bercak merah akan menghiasi celananya.

"Ini tissue basah,," Jiyeon dengan sigap memberikan tissue basah miliknya, kemudian ikut membantu Jisung membersihkan mejanya.

Sedikit sulit memang, sebab kolong meja itu gelap, mereka harus berhati-hati agar tidak menodai jas almamater mereka.

Setelah dikira cukup bersih, mereka akhirnya membuang sampah tissue tersebut. Jisung duduk dikursinya, dan Jiyeon mengambil kursi lain.

'Terima kasih...'

"Yeonjun dan Guanlin yang bikin itu disitu..."

Jisung menautkan alis, kemudian kembali menulis dengan tenang. Sorot matanya menyiratkan sesuatu.

'Jangan menuduh orang lain,,'

Membaca tulisan tangan itu, Jiyeon menggeram kesal. Siapa yang tukang tuduh? Itu fakta.

"Aku lihat mereka pergi dari tempatmu begitu aku masuk." suara Jiyeon agak meninggi, tidak suka kalau ia dikira menuduh.

Jiyeon memutar bola matanya malas. Jisung terlalu baik. Bukan, Pria itu hanya membiarkan dirinya mengalir seperti daun yang gugur disungai.

Yang kalau arusnya deras, ia akan koyak menyisakan tulang daun kemudian tertimbun.

Kurva Jisung membentuk, membentuk sebuah gummy smile yang khas, seakan terlihat seperti tertawa. Jemarinya kembali meraih pena dan menulis sesuatu.

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Where stories live. Discover now