30. The Victim

925 243 76
                                    

Mau dengar filosofi manusia?

Satu saja, mereka sering kali mempermainkan kehidupan.

---- Menos ----

---- Menos ----

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

cr. pinterest

 


Hari ini, matahari mengulang tugasnya kembali. Cerahnya sang surya menambah semangat baru bagi setiap insan. Hyunjin baru saja keluar dari kamar mandi. Setelah menjalankan rutinitas harian sebelum berangkat sekolah, ia segera mengenakan kemeja seragam berwarna putih itu. 

Setelah selesai dengan dirinya, ia kemudian mengambil tas hitamnya menuju pantry bar yang sudah tersedia beberapa makanan untuk sarapan. Tadi, ia sempat membeli makanan via pesan antar ke apartemen nya.  Hyunjin tipikal yang selalu memulai hari dengan sarapan. Ia masih ingat bagaimana ibunya selalu menasehatinya untuk sarapan.

Lebih baik terlambat daripada melewatkan sarapan, kalimat mendiang sang ibu yang sampai skrg Hyunjin ingat.


Duh, Hyunjin jadi rindu ibunya. Merindukan setiap kenangan dimana ia, ibu dan ayahnya masih utuh, masih mendiami masa-masa bahagia penuh tawa.

Ah iya, soal ayahnya, sudah berapa hari ini Hyunjin tidak pulang ke rumah.  Selain rumahnya yang cukup jauh dari sekolah, sang Ayah pun tidak selalu ada di rumah. Ditemani dengan beberapa asisten rumah hanya membuat Hyunjin bosan. Ayahnya itu kelewat sibuk, saking banyak pekerjaan yang diurusi. Buktinya sudah 2 hari ini, Sang Ayah tidak membalas pesan singkatnya.

Dering ponsel yang ia letakkan diatas meja membuat alisnya bertaut. Tumben sekali, ada apa gerangan sahabat sejak kecilnya itu menelepon pagi-pagi begini? Toh, juga nanti ketemu di sekolah.

 
Menghentikan aktivitas makan, ia kemudian mengangkat panggilan tersebut. "Haㅡ"

"Cepetan balik sekarang!" Hyunjin sedikit terkejut mendengar Jinyoung berteriak, ditambah rasa penasaranna makin bertambah sebab inonasi si Bae itu nampak tergesa.
 
 

"Kenapa?" seberusaha mungkin, Hyunjin tetap tenang.

Jinyoung mendecak samar, "Lo sekarang buka berita. Sekarang!" 

Tanpa menunggu lama, Hyunjin memutus sambungannya. Jemarinya bergerak cepat berselancar di dunia maya seperti yang Jinyoung perintahkan.

Lantas, mata Hyunjin membulat sempurna, bibirnya terbuka, tangannya mengepal kuat, menahan emosi yang bercampur aduk. "Tidak mungkin." lirihnya dengan nada bergetar.

/BRAGH

Hyunjin memukul meja kuat, bahkan piring dan gelasnya sampai bergeser. Napasnya memburu, berulang kali naik turun, terlihat seperti seekor beruang marah. Sepagi ini, mengapa harus sepagi ini? Bukan, mengapa secepat ini?


"ARGHH! BANGSAT!" Hyunjin berteriak frustrasi. Membuang segala benda yang ada didepannya. Ia menjambak surainya frustrasi. Berulang kali menghantam segala benda dihadapannya. 

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Where stories live. Discover now