34. Judiciary

2K 226 105
                                    

Terkadang, semesta mempermainkan dunia, seperti membalik telapak tangan

Sendi yang bekerja, tidak harus diberi kabar terlebih dahulu, kan?

---- Menos ----

---- Menos ----

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

cr. pinterest
 
  


Kabar Jisung yang sembuh dari phobia-nya, dan mampu berbicara, menyebar dengan cepat di sekolah. Pemuda itu sukses membuat seluruh angkatan gempar, karena berita tersebut. Bahkan, hari ini, ketika ia memasuki pekarangan sekolah, tidak ada satupun siswa yang melewatkan eksistensinya.
 
 
Jisung sedikit tidak nyaman. Bisikan-bisikan itu bahkan lebih keras dari biasanya. Dari yang rungunya tangkap, mereka penasaran, apakah gosip yang menyebar itu, benar atau tidak. Memasuki ruang kelas, Jisung sedikit terkejut. Bukan karena suasana kelas yang sebelumnya ramai, tiba-tiba menjadi diam. Tapi, karena meja dan bangkunya, yang sebelumnya diasingkan, kini bergabung pada barisan kembali.
 
 
Si Han itu menghela napas, pelan. Ia kemudian melangkahkan kaki, menuju bangkunya tersebut. Bertingkah seperti biasanya, sekalipun fokus mereka, masih terpaku padanya. 
 

"Pagi!" Seseorang datang menghampiri, sambil menyapanya.
 
 
"Pagi," balasnya, berusaha mengacuhkan desis-desis itu. Jiyeon memandangi Jisung, yang agak kaku, juga seisi kelasnya yang tidak henti-hentinya merumpi.
 
 
"Biarin aja orang-orang itu. Mereka cuma penasaran," ucap gadis itu, kemudian mengambil bangku, dan duduk di hadapan Jisung.
 
 
Pemuda itu mengangguk. Tiba-tiba, seorang siswi dengan mata menyerupai kucing, menghampiri mereka. "Jisung udah sehat?"
 
 
Yang ditanya menganggukan kepalanya. "Udah, tapi kaki masih agak sakit, kalau jalan."
 

Sebuah tarikan napas terdengar. Yeji terkejut, begitu mendengar suara Jisung. Ternyata, rumor yang selama ini menyebar, adalah fakta. 

"Jisung ini serius?"
 
 
"Emang dia kelihatan bohong?" sahut Jiyeon, menahan senyumnya. Raut bahagia terpancar jelas di wajah Yeji.

"Kita harus rayain ini!"
 

Jisung menaikkan alisnya, "Buat?"
 
 
"Masa, hari bahagia kayak gini, gak mau di rayain sih?" 
 
 
"Kamu yang ngajak, kamu yang bayarin, kan?" goda Jiyeon.
 
 
"Nggak begitu konsepnya, tahu!" Jiyeon dan Jisung tertawa pelan, melihat Yeji menggerutu kesal.

Satu lagi kejutan yang tidak dikira, Bae Jinyoung datang, menempati meja-kursi yang berada di seberang milik Jisung.

Seketika, tawa mereka terhenti. Tiga insan itu menatap gerak-gerik Jinyoung penuh arti. Pemuda yang merasa diperhatikan itu, menghentikan kegiatan mengeluarkan kotak pensilnya. "Boleh duduk disini, kan?"
 

Mereka bertiga saling pandang, sebelum akhirnya Jisung menjawab, "Tentu."
 
 
Lelaki tampan, bermarga Bae itu, juga ada waktu insiden Jiyeon hampir jatuh, dari gedung. Ia melihat semuanya dari bawah.

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Where stories live. Discover now