35. Blue (END)

579 68 25
                                    

Akhirnya, semesta membiarkanku bahagia.

---- Menos ----

(Notes : Part ini part terpanjang, sekitar 3.8k words. Jadi bacanya pas lagi benar-benar senggang yaa. Juga kalau udah lupa sama cerita ini, boleh banget buat baca part-part sebelumnya, hehe.)

Jiyeon mencoba membenarkan posisinya. Tangan kirinya kini tengah memegang beberapa buku untuk dipinjam. Bukan, ia tidak secara tiba-tiba menjadi ambis. Dua diantara tiga buku itu isinya novel fiksi, dengan genre yang berbeda. Bahkan, matanya kini masih asyik menelaah sinopsis cerita, dari novel yang ia genggam di tangan kanannya.

"Hei, Yeji mana?"

"Astaga!" Jiyeon hampir saja menjatuhkan buku yang ia genggam. Beruntung, suaranya tidak mengganggu penghuni perpustakaan. "Kalau mau nanya, permisi dulu, tahu!"

Yeonjun memasang muka datar. Entah mengapa, ia sedikit tidak bersemangat, untuk mengeluarkan cekikikan gila, yang menjadi khasnya.

Mengerti situasi, akhirnya Jiyeon langsung menjawab, "Yeji di kelas. Dia gak mau keluar."

"Apa dia baik-baik saja?"

Jiyeon menundukkan kepalanya. Ia kemudian menatap yang lebih tua. "Tidak ada yang tahu apa yang sebenarnya hatinya rasakan."

Kepala pemuda bermarga Choi itu menunduk, kemudian mengedarkan pandangannya ke sembarang arah. Badannya hendak melangkah, sebelum cicitan Jiyeon menahannya. "Aku rasa, senior jangan menemuinya dulu di sekolah."

Yeonjun menatap Jiyeon, menuntut alasan. "Sekarang ini, Yeji rentan terkena gosip. Apalagi, senior salah satu murid berada. Aku tidak mau dia terluka karena fitnah."

Lagi-lagi, Yeonjun tidak menjawab. Ia melangkahkan kakinya, meninggalkan Jiyeon begitu saja. Mungkin, gadis itu ada benarnya juga. Masalah yang dihadapi Yeji sekarang ini begitu sensitif, dan Yeonjun tidak boleh gegabah soal itu.

Ia merenung. Harusnya, ia menyadari semuanya dari awal, semenjak ia melihat Yeji dan Hyunjin di parkiran dulu. Pemuda itu benar-benar tidak menyangka, sangkar gelap selama ini mengungkung dua manusia itu. Ia jadi merasa bersalah, dulu sempat ingin menjadikan Yeji umpan.

Dari awal, Yeonjun memang tidak suka melihat perilaku Hwang Hyunjin, otoriter, semaunya sendiri, merasa paling hebat, ia muak. Ternyata, dugaannya selama ini memang benar, Hyunjin itu brengsek. Manusia paling hina yang pernah ia kenal.

Yeonjun menggeram kesal. Ia benar-benar ingin meninju Hyunjin habis-habisan. Ia tidak habis pikir, bagaimana gadis seperti Yeji, diperlakukan sebagai budak. Si Hwang itu telah membuat gadis pujaannya menderita.

Yeonjun kemudian berpikir tentang persidangan. Ya, ia mendengar itu dari mulut Jisung sendiri. Yeji akan memberikan kesaksian, dan menuntut Hyunjin, atas kasus yang dialaminya. Kalau sampai, keputusan hakim nanti tidak sesuai harapan, ia akan jadi garda terdepan, yang akan mengetok kepala si hakim dengan palu.

 

---- Menos ----

 

Jinyoung mengetuk-ngetuk jemarinya di atas meja bernuansa abu tersebut. Matanya enggan berdiam, menyisir seluruh ruangan yang tampak asing baginya. Ia menarik sedikit lengan almamaternya, menampilkan jam tangan hitam terlilit di pergelangan. Mendadak, ia penasaran seberapa jauhnya ruang tahanan dari ruang kunjungan, tempatnya duduk saat ini.

MENOS [ HAN JISUNG ] [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang