Hasna mendengarkan dalam diam. Ilmu agamanya memang belum seberapa. Namun, ia pernah mendengar bahwa poligami memang dibolehkan dalam Islam. Ummi melanjutkan penjelasannya tentang poligami. Beliau menceritakan Rasulullah SAW sendiri mencontohkan poligami sebagai bagian dari dakwah dan upaya memuliakan wanita. Beberapa petinggi, tokoh di masyarakat, bahkan sosok mubaligh yang mereka junjung pun ada yang mempraktikkannya.

“Meski begitu, menjalani pernikahan poligami memang tak mudah, maka banyak lelaki yang mencukupkan dirinya dengan satu isteri. Karena masalah hati, Allah sudah memperingatkan bahwa seorang suami akan sangat sulit untuk adil. Tapi, biar bagaimanapun ia adalah bagian dari syariat, Anakku, kita tidak boleh membencinya. Meyakini bahwa ada kebaikan di balik segala sesuatu yang diatur oleh Allah, itu juga sebagian dari iman kita kepada Allah.”

Ummi berhenti sejenak. Ia menghela napasnya yang berat. Dipandanginya mata sendu Hasna yang sedari tadi memancarkan kegalauan. Dalam hati Ummi tahu, pasti berat bagi Hasna menerima semua ini.

“Saran Ummi, kamu harus bicara dengan Ilham. Tadi dia telepon Ummi. Ummi meminta dia menemuimu besok. Sebelum itu, kamu tenangkanlah dirimu dulu. Perbanyak sujud, tumpahkan semua kegalauanmu di atas sajadah. Tapi, jangan mengambil keputusan apapun jika hatimu masih bergejolak oleh nafsu amarah. Pautkan dulu hatimu kepada Allah, dengan zikir dan doa. Dan satu lagi, yang selalu Ummi lakukan saat sedang dilanda kegalauan…,” Ummi mengambil sebuah Qur’an terjemahan bersampul hijau dari laci. Ia meraih telapak tangan Hasna dan meletakan Quran itu di sana, “Al Qur’an adalah petunjuk bagi orang yang bertakwa. Insya Allah, Allah akan menunjukkan jalan terbaik untukmu melalui ayat-ayat cintanya. Iqra. Bacalah.”

Hasna memandang kitab suci di tangannya. Perlahan ia tersenyum dan menggenggamnya erat. Kitab ini adalah cahaya petunjuk di awal hijrahnya. Semenjak itu ia berusaha membiasakan diri untuk mengkhatamkan sambil sesekali membaca tafsirnya.

Kedamaian selalu menyelubungi hatinya tiap kali menenggelamkan diri dalam jalinan ayat Al Quran. Makna yang sempat ia reguk dari dalamnya, telah banyak mengubah cara pandangnya akan kehidupan. Lama-lama ia mulai merasakan kebenaran dari sebuah pepatah akan Al Quran. Kau tak bisa mengubah isinya, tapi isinya bisa mengubahmu.

“Baik, Ummi. Terima kasih,” lirih Hasna.
Sebelum berpisah, Ummi kembali memeluk Hasna dengan erat seraya membisikkan wejangan yang selalu ia ulang tiap kali Hasna mengadukan permasalahan padanya.

“Allah mencintaimu, Nak. Laa yukallifullahu nafsan illa wusa’ha. Laa Tahzan innalaha ma anna. Allah takkan memberimu ujian melainkan sesuai dengan kesanggupan. Jangan bersedih, Nak. Allah bersamamu.”

***

Malam semakin pekat. Mega berarak menutupi cahaya rembulan. Angin nan dingin membawa kabar akan hujan. Desaunya menari di antara tetumbuhan dan aneka bunga. Tak lama, satu-satu bulir air tertumpah dari langit. Melodi gerimis bersahutan dengan lantunan ayat suci yang keluar dari bibir Hasna.

 Melodi gerimis bersahutan dengan lantunan ayat suci yang keluar dari bibir Hasna

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mukena putih yang dipinjamkan Ummi membalut tubuh dan kepala Hasna. Dalam remang, ia seolah berpendar, menerangi redupnya kamar. Di atas sajadah cokelat sederhana, sebuah tasbih kayu gaharu tergeletak di dekat Hasna. Sesuai saran Ummi, Hasna berusaha memperbanyak salat sunnah, zikir dan tilawah seusai mengadukan perkara hatinya pada Allah.

Gerimis di balik jendela bak alam yang sedang berbahasa, bahwa ada seorang hamba gundah gulana mencari petunjuk akan gerimis hatinya. Di ayat terakhir surat Al Baqarah, Hasna tersedu sambil mengulang-ulang bacaannya.

Laa yukallifullahu nafsan illa wusa’haa…
Allah takkan memberi cobaan kepada seorang hamba melainkan sesuai dengan kesanggupan…

Sebuah bisikan dari nuraninya yang terdalam menguatkan Hasna. Ia pernah ditimpa berbagai keterpurukan sebelum ini. Meski logikanya menilai mustahil, namun ia berhasil melewati semuanya dengan bekal keyakinan pada Rabbnya. Maka, ia memutuskan untuk meyakinkan diri, bahwa kini ia pun akan sanggup melewati ini dengan seijin Allah.

Meski hatinya harus terluka. Ia tahu Allah bersamanya.

Di antara zikir dan doa, sebuah ilham mendatangi Hasna yang kini dibuai lelap.

(Bersambung)

=================🌿🌿🌿=============

Terima kasih sudah mampir membaca JDA. Kisah ini insyaallah akan di-update tiap Selasa dan Sabtu 😊

#alianastory
#JDA_Part4

JANGAN DUAKAN AKUWhere stories live. Discover now