41.

1.1K 56 16
                                    

Autor Pov

"Dika?"

Dika menoleh saat mendengar suara cewek memanggilnya. Iren.

"Ya?" Dika berbalik

"Lo gak ketemu Lita?" tanya Iren dengan wajah panik

Dika mengeryit bukannya tadi Alex bilang Lita gak bisa kesini ya? Tapi kenapa Iren tanya padanya

"Lita bukannya gak enak badan? Dia gak kesini" jawab Dika

"Bukan, dia tadi ngotot mau kesini. Jadi gue anterin deh, waktu sampe gue langsung ke toilet eh udah ilang pas gue balik dari toilet"

Dika menoleh ke arah sekitar, mencari keberadaan Lita. Kemana Lita? "Lo udah coba telfon?"

"Udah, gak diangkat" wajah Iren semakin panik "Kita cari Lita Ka, gue khawatir" 

"Kenapa? Mungkin dia ketoilet" ujar Dika ber positif thingking

"Dia dalam bahaya Ka, gue gak bisa jelasin sekarang!" Iren menarik tangan Dika menjauh dari tempat acara "Kita harus nemuin dia sekarang"

Dika ikut berlari menuju lorong gelap kolidor sekolah. Iren dengan terburu - buru menarik Dika

"Iren!"

Iren menoleh, Hilya memanggilnya bersama Alex. Kedua temannya itu berlari menuju tempat mereka

"Kok lo disini?" tanya Alex

"Ceritanya panjang, sekarang kita harus nyari Lita" ucap Iren panik

"Lita kesini?"

"Iya! Cepet dia ilang"

Wajah Alex dan Hilya ikut panik, membuat Dika semakin heran dan bingung. Dia tak tau apa - apa, tapi ini menyangkut Lita istrinya. Saat mereka akan bergegas pergi ada seorang yang bertanya

"Kalian mau kemana?"

Mereka menoleh. Sandra bertanya seolah tidak tau apa - apa. Wajah Iren sudah geram, ia tak mau mengubris Sandra.

"Bukan urusan lo!" ketus Hilya

"Gue cuma nanya, biasa aja kalo jawab" tanggap Sandra seolah mengulur waktu untuk mereka pergi

"Gak usah sok gak tau lo!" telunjuk Iren teracung ke arah Sandra

"Gue emang gak tau, makanya gue nanya" jawab Sandra santai

"Udah gak usah ditanggepin, ayo kita cari Lita" Alex melerai

Mereka mengangguk lalu segera berlari masuk ke dalam kolidor gelap meninggalkan Sandra yang tersenyum licik

"Terlambat"

***

Wajah Lita memucat, darah yang keluar dari selangkangannya semakin deras tetapi kedua anak buah Sandra tak menghentikan aksi mereka.

Tangan, kaki, punggung, wajah, hingga perutnya sudah mereka pukul mengunakan kayu tergantian tanpa ampun.

Lita sudah menyerah, tenaganya habis. Perutnya hanya sekali terkena pukul, tapi pukulannya itu seakan menjadi titik terlemahnya. Lita menangis memikirkan janin dalam perutnya.

Tapi seolah buta dan tak punya hati kedua anak buah Sandra terus memukulinya

Bukk...

Bukkk...

Bukkk....

"Lebih cepet lo mati, lebih cepet lo bebas" ujar seorang dari mereka

Menikahi si Genius Where stories live. Discover now