32.

1.3K 61 16
                                    

Autor Pov

Tok tok...

Lita mengetuk kamar Aletta dan Revan "Al keluar yuk, tadi gue beliin sate kambing. Katanya lo kepengen?"

Tadi saat ia masih di pasar, Dika mendapat pesan dari Revan agar beli sate kambing buat Aletta yang ya g lagi ngambek sama dia, soalnya tadi ditinggal ditengah pasar. Detik ke enam Aletta membuka pintu dengan wajah antusias, mencari sate kambing yang dijanjikan oleh Lita

"Mana?"

"Diluar, yuk keluar"

Lita berjalan keluar Villa diikuti oleh Aletta, diluar sudah ramai dengan kesibukan masing - masing. Hilya yang sedang mengolesi bumbu ikan, Iren yang sedang menyiapkan minum, Alex dan Dave mengipasi arang untuk membakar ikan.

Aletta berjalan menghampiri Revan yang sedang menyiapkan piring untuk ia makan. Semua sibuk, kecuali satu orang Dika lelaki itu tengah duduk sambil memainkan ponselnya.

Sebenarnya Lita tau jika Dika mendiaminya sejak di pantai tadi, tapi Lita gak tau sebab pasti yang membuat Dika bungkam. Bukannya seharusnya dia yang marah? Soal cewek anak penjaga Villa yang belum ia jawab tadi. Lita tak menghiraukan, ia memilih mengambil daging yang ada di kulkas.

Halaman villa ini luas, terhubung dengan pintu depan dan pintu belakang sekaligus, sedangkan malam ini mereka memilih tempat yang berada di samping bangunan. Lita berjalan melewati Dika menuju pintu belakang, lebih dekat dengan dapur. Ia sempat melirik Dika yang menoleh saat ia lewat didepannya, tapi ia memilih terus berjalan masuk ke dalam dapur.

Untung tadi pagi waktu belanja di pasar ia membeli daging sapi, jadi malam ini ia tak perlu repot mencari daging dipasar ikan. Lita keluar menuju tepat Hilya yang sedang menyiapkan ikan untuk dibakar

"Lex tolong siapin pemangganya dong" pinta Lita pada Alex yang sedang mengipasi ikan

"Biar gue aja" saut Dika, lelaki itu berdiri dan mengambil arang

Lita diam memperhatikan sebentar, lalu fokusnya beralih untuk memotong tipis - tipis daging sapi. Ia juga memotong dadu daging sapi tersebut

"Ren bisa ambilin gue sosis sama paprika" ujar Lita pada Iren

"Biar gue aja" saut Dika lagi

2 menit sosis dan paprika sudah ada didepannya, Dika tak berkata apapun saat meletakkannya. Lita menghela nafas, mengambil sosis dan memotongnya bergantian dengan paprika. Saat ia akan beranjak pergi mengambil tusuk sate, Dika lebih dulu meletakkan di meja membantu Lita menusuki daging sapi, sosis dan paprika.

Mereka terus diam tanpa berbicara saat menyiapkan daging yang akan mereka panggang. Pun saat memanggang mereka tetap diam, padahal hanya mereka berdua yang memanggang.

Lita melihat wajah dingin Dika, biasanya wajah itu akan menghangat saat mereka hanya berdua. Tapi malam ini beda, ia merasa jika Dika sedang kecewa, sedih, atau marah. Entahlah Lita tak tau betul.

30 menit makanan sudah siap semua, mereka duduk melingkar di atas tikar menikmati makanan dan malam yang cukup berbintang. Diselingi sendal gurau, tapi Dika hanya menimpali secukupnya selain itu ia hanya diam. Mungkin bagi teman - temannya hal itu sudah biasa, Dika memang pendiam. Tapi tidak dengan Lita, Dika berubah malam ini ia tau itu.

***

"Lo kenapa?" Lita melontarkan pertanyaan tepat saat Dika masuk kedalam kamar

Mata Lita tetap menatap ponselnya, tapi ia tau jika Dika tengah menatapnya. Ia juga tau sedetik kemudian Dika berjalan mengambil baju dan masuk ke dalam kamar mandi, mengabaikan pertanyaannya.

Lita meletakkan ponsel di nangkas lalu berbaring menyamping, ia sudah lelah mengikuti diamnya Dika lebih baik ia tidur mengistirahatkan badannya. Tapi sebelum ia larut dalam mimpi, ia mendengar suara bantingan sebuah benda. Lita beranjak berdiri menatap Dika yang keluar kamar mandi dengan wajah merah padam

"MAKSUD LO APA?!" teriak Dika

Kamar di villa ini kedap suara, maka dari itu Dika berani berteriak marah kepada Lita

"Maksud apa?" tanya Lita masih bingung

Dika berbalik mengambil sesuatu yang ada dilantai, mata Lita terbelalak melihat benda yang dibawa Dika. Ia lupa menyimpan kembali botol pil kb yang ada di kamar mandi

"Bisa lo jelasin?!" sentak Dika

Lita diam kikuk, ia tak menyangka akan ketahuan Dika jika selama ini mengkonsumsi obat itu

"Bisa lo jelasin gak!!" bentak Dika "Lo tau gak? Setelah gue liat anak berenang sama bapaknya gue mikir gue penggen! Lo kira apa yang diinginkan sama cowok yang udah nikah? Hah? Gue juga mikir apa gue yang bermasalah? Ato gimana? Kenapa lo gak juga hamil? Tapi ternyata lo yang buat masalahnya. Bahkan sejak awal gue gak pernah mikir lo bermasalah, gue kira gue dan terus nyalahin diri gue. Lo tau kan gue penggen banget punya anak? Ato lo pura - pura lupa? Gue kecewa sama lo, lo egois"

"Lo juga egois!" balas Lita, air matanya sudah mengalir membasahi wajah cantiknya "Lo gak pernah mikirin gue, lo selalu penggen punya anak cepet - cepet. Apa lo kira setelah gue hamil dan dapet anak gue bakal bahagia? Enggak!! Gue masih terlalu muda! Belum paham betul tentang jadi ibu yang baik. Apa lo gak mikir gue juga masih penggen maen - maen bareng teman gue? Nikmatin masa muda gue? Ato kalopun bakal punya anak, apa yang harus gue ajarin ke mereka? Sma aja gak lulus, mau ngajarin anak manusia. Buat lo sih gak apa, lo masih bisa keluar, masih bisa nerusin sekolah. Tapi gue? Gue bakal terikat dan gue belum siap" Lita menghapus air matanya kasar

Lita keluar kamar meninggalkan Dika yang terdiam ditempatnya.

***

Ig sudah mulai aktif guys, jangan lupa follow ya...

@sajakbintang_

Menikahi si Genius Where stories live. Discover now