34.

1.2K 72 13
                                    

Autor Pov

Lita menatap Dika dari kejauhan, suaminya itu sedang membelikan makan untuknya. Akibat seharian minggat tanpa membawa uang sepeserpun Lita tak bisa membeli makan, jadilah seharian ia tak makan dan minum. Dika sempat marah tadi tapi lelaki itu segera pergi membeli makanan di warung yang masih buka.

Dika telah berbalik sambil membawa mangkuk dan gitar...tunggu ngapain bawa gitar? Dari mana dia dapet gitar?

"Nih makan" Dika menyodorkan mangkuk berisi soto ayam, saat sampai didepan Lita

"Kamu ngapain bawa gitar?" tanya Lita menerima mangkuk soto

"Mau nyanyi dong, kamu mau request?" tanya Dika balik, ia memangku gitar setelah duduk nyaman disamping Lita

"Emang bisa?" Lita tampak meragukan  ucapan Dika

"Yee ngeremehin, mau bukti?"

Lita mengangguk, ia sudah mengunyah satu suapan soto yang masih mengepulkan asap

"Kamu request dong"

"Terserah kamu mau nyanyi apa, aku mah tinggal dengerin" ujar Lita masih fokus menyantap soto ayam yang ternyata begitu lezat

"Okey dengerin ya" pinta Dika sebelum memetik gitarnya

Lita tau jika Dika bisa main gitar, walau ia tak pernah mendapati Dika main gitar tapi ia cukup tau ketika melihat koleksi gitar Dika. Banyak sih makanya Lita tau, jadi dia gak kaget kalo petikan gitar Dika begitu bagus

Memenangkan hati ku bukanlah satu hal yang mudah...
Kau berhasil membuat ku tak bisa hidup tanpa mu...
Menjaga cinta itu bukanlah satu hal yang mudah...
Namun sedetikpun tak pernah kau berpaling dari ku..

Beruntungnya aku dimiliki kamu...
Kamu adalah bukti dari cantiknya paras dan hati..
Kau jadi harmoni saat ku bernyanyi tetang terang dan gelapnya hidup ini..
Kaulah bentuk terindah dari baiknya tuhan pada ku..
Waktu tak mengusaikan cantik mu..
Kau wanita terhebat bagi ku tolong kamu camkan itu...

Dika menghentikan nyanyian dan petikan gitarnya sebentar, wajahnya mengarah ke wajah Lita. Ia mengecup ringan bibir Lita lalu tersenyum lebar pada Lita

Lita yang tadi sempat cengo mendengar nyanyian Dika seketika sadar dan mencubit pinggang Dika kecil, membuat Dika meringis sakit dan mengelus bakas cubitan Lita

"Modus aja bisanya" sebal Lita

"Sama istri sendiri ini, gak apa kan?" Dika mengerling nakal ke arah Lita

Lita tak menanggapi ia kembali fokus kepada soto ayam yang sudah mulai dingin karna ia tadi terus mengamati Dika yang sedang bernyanyi

"Mas!" Dika memanggil seorang pemuda dengan perawakan kalem yang berada tak jauh dari mereka

"Nih mas, makasih ya" Dika menyodorkan gitar dan juga beberapa lembar uang kepada pemuda tadi, saat pemuda itu telah berdiri disamping mereka

"Kamu pinjem mas - mas itu?" tanya Lita saat pemuda itu sudah berlalu pergi

"Iya" Dika beralih menatap Lita yang masih berusaha menghabiskan makanannya "Kenapa gak pulang aja kalo laper?"

Lita menoleh ke arah Dika, wajahnya tak bisa terbaca oleh Dika "Ya kali marah pulang dulu, tengsin kali" cetus Lita

"Ya kan siapa tau? Aku juga seharian gak dirumah, temen - teman ngikut nyari kamu, Villa kosong dari pagi apalagi Revan sana Aletta udah pulang" jelas Dika

Lita mengangguk paham, ia kembali diam menikmati soto yang tersisa sedikit "Minumnya mana?" tanyanya pada Dika

Dika menyodorkan secangkir teh hangat ke arah Lita, seinggatnya tadi Dika gak bawa teh itu deh kok bisa ada di sebelahnya sih?

Lita menyodorkan mangkuk yang sudah tandas isinya kepada Dika, lalu ia menerima cangkir teh hangat yang disodorkan Dika

Lita menyeruput perlahan, seketika badannya serasa dialiri oleh air yang hangat membuat ia merasa nyaman dan tidak kedinginan lagi

"Kamu gak kenapa - kenapa kan?" tanya Dika, lelaki itu sudah berbaring berbantalkan paha Lita

"Kenapa emang?" tanya Lita balik

"Ada yang sakit gak? Ato masuk angin? Kamu seharian di pinggir pantai lho" Dika membenamkan wajahnya ke perut Lita, sebelah tangannya merangkul pinggang Lita

"Gak kok, aku baik - baik aja" jawab Lita, tangannya mulai mengelus pelan puncak kepala Dika

"Maafin aku ya, aku egois gak pernah mikirin perasaan kamu. Aku terlalu maksa kamu, padahal kamu belum siapa buta itu. Aku seharusnya sadar, kamu nerima aku aja udah anugerah terindah bagi aku. Soalnya dulu sebenernya bokap gak mau nikahin kita waktu masih sekolah, tapi aku yang maksa bokap supaya segera ngelamarin kamu" jelas Dika, wajahnya mendongak menatap Lita dari bawah

"Jadi kita gak dijodohin? Kamunya yang mau?" cicit Lita pelan

"Kita udah dijodohin sejak awal, tapi waktunya besok kalo kita udah kerja minimal lulus SMA. Tapi aku yang mau ngajuin duluan"

Wajah Lita tampak gelisah, kecewa, marah dan sebagainya Dika tak bisa lagi membaca pikiran Lita terlalu rumit

"Ka"

"Ya"

"Bisa kita sendiri - sendiri dulu? Kita pisah sebentar, biarin aku mikir - mikir. Kita juga butuh pemantapan supaya bisa bersatu seutuhnya, aku ngerasa kalo kita belum bisa untuk semua ini"

"Kenapa?"

"Kita terlalu kecil untuk dunia yang begitu besar"

***

40 votment Autor lanjutin agak panjangan 👍

Menikahi si Genius Where stories live. Discover now