[11] Keputusan

Zacznij od początku
                                    

"Bugh!" Marsya melempar tasnya ke sembarang tempat. Lalu ia menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang.

"Hmm... Hahhh....!!"
Desah Marsya.

"Gue terima gak ya?" Tanya Marsya pelan pada dirinya. Spontan, ia langsung teringat Akhlan dan kata-katanya sewaktu di kantor.

"Arrgghhh.. aku ga mau ngecewain mama papa! Tapi aku juga ga mau dijodohin sama yang bukan gue sukai. Gue ga mauuuu...."
Marsya mengobrak-abrik benda di atas ranjangnya.

Marsya diam sejenak.

"Ontel aja ga mau ngecewain bonyoknya. Gue? Gue harus lebih baik dari dia, donk! Gue ga mau kalah juga sama dia. Oke! Kalo gitu, gue bakalan terima perjodohan abal-abal ini. Hhmmmhh....... Hhuufffhhh."
Marsya menarik nafas panjang lalu keluar kamar menuju ruang kerja Papanya.

°°°°°

Cklek

"Pah!" Panggil Marsya.

"Iya, apa sayang!" Balas Ahmad.

"Mmm...."
"Jadi enggak jadi enggak jadi enggak. Huhhh.. gimana ni!" Marsya tengah diliputi rasa bimbang saat itu.

"Ada apa? Kok ragu gitu?" Ahmad menghentikan aktivitasnya dan melihat ke arah Marsya.

"Mm... Pah! Misalnya... Marsya nolak perjodohan itu, gimana?"
Tanya Marsya yang akhirnya berterus terang.

"Ya, gakpapa!" Ahmad tersenyum getir.

Hal itu terlihat oleh Marsya yang membuat keputusannya semakin bulat.

"Kalo misalnya Marsya terima perjodohannya..... Gimana?" Tanya Marsya lagi.

"Ya... Mama sama papa akan seneng."
Ahmad masih dalam keadaan tersenyum.

"Kayaknya, aku bakalan di cap jadi anak berbakti deh hehe...." Batin Marsya girang.

Saat Marsya hendak bicara,

"Memangnya apa keputusan kamu, Marsya?" Tanya Ahmad mendahului Marsya.

"Mmm... Mar syaa... Mau Pah!"
Jawab Marsya sedikit malu.

"Alhamdulilah ya Allah...."
Batin Ahmad.

"Mau apa, Sya?!" Ahmad bukannya menyambut keputusan itu dengan pelukan namun malah balik menggoda Marsya.

"Issh, papa! Tadi ngomongin apa coba?"
Marsya menghentakkan kakinya menahan malu.

"Hahaha... Iya iya. Papa tau kok. Makasih ya Marsya, kamu udah nerima perjodohan ini.
Papa sama Mama seneng banget kalau kamu mau nerima perjodohan ini."
Ucap Ahmad menyudahi dan menarik Marsya ke dalam pelukannya.

"Iya, Marsya minta maaf sama papa sama Mama. Udah bikin kalian kesel sama Marsya." Marsya pun menerima pelukan sang Ayah.

"Iya, sayang. Gakpapa kok!"
Ahmad melepaskan pelukannya.

"Ya udah. Biar papa yang bilang sama mama-"

"Gak!" Ujar Marsya cepat memotong ucapan papanya.

"Biar Marsya sendiri yang bilang sama Mama." Sambung Marsya.

"Baiklah. Mama ada di kamar." Balas Ahmad dan tersenyum.

"Tapi, Marsya minta upah dong pahh!!"
Marsya meraih tangan Ahmad dan memasang tampang memelasnya.

"Iya... Kamu mau apa?"
Tanya sang ayah lembut.

"Marsya- mau- ps- keluaran terbaru ini!! Ya pa! Ya pa!!" Marsya berjingkrak-jingkrak dengan suara yang di potong-potong.

Kisah Sang Penghafal Al-Qur'an [Selesai]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz