Malam Penuh Kejutan

12.9K 469 9
                                    

{Wahai Bidadari
Terima kasih
Surga kau rajut lewat bahasa cinta semalam
Menyatu berkelindan mesra jiwa raga
Bergelimang pahala
Kupuisikan dirimu dalam doa
Agar Sang Maha Cinta tetap menyatukan kita
Di fananya dunia
Hingga dipeluk keabadian))

Semburat merah mewarnai pipi Hasna. Senyum merona menghiasi wajah ayunya saat membaca puisi di secarik kertas di tangannya. Ia baru saja menggeliat bangun dari tidurnya saat menemukan setangkai mawar putih dan selembar pesan di sampingnya. Rambut panjangnya terurai, sedikit masai. Wajah mulusnya terlihat natural. Mengenakan pakaian tidur berbahan satin berwarna biru mengilat, Hasna  terlihat cantik meski baru saja bangun tidur. Dihidunya mawar putih itu sambil memejamkan mata. Terbayang wajah suaminya yang menyiapkan kejutan manis ini.
.
Semalam mereka melepas rindu setelah berpisah hampir dua minggu. Suaminya, Ilham memang sering melakukan perjalanan bisnis untuk mengontrol cabang-cabang usahanya yang ada di beberapa kota.  Meski sering terpisah jarak mereka tak pernah kehilangan cara untuk selalu memupuk kemesraan. Seperti semalam saat Hasna menyiapkan candle light dinner sederhana di halaman belakang rumah mereka. Lengkap dengan lilin, musik klasik, dan makanan kesukaan Ihsan yang terhidang dengan manis. Bukan hanya ingin melepas rindu karena mereka baru saja berpisah, tapi karena kemarin adalah hari jadi pernikahan mereka yang ke enam.
.
Semalam, setelah menidurkan Adam, putra semata wayang mereka, Hasna mematut dirinya di depan cermin. Dikenakannya gaun hitam selutut dengan model Sabrina yang memperlihatkan bahu putihnya yang mulus. Tak lupa ia bubuhkan make up tipis natural dan menyemprotkan wewangian floral kesukaan suaminya. Ilham menunggunya di halaman belakang. Ia mengenakan jas hitam dan menyisir rambutnya dengan wet look. Mereka berdua menikmati makan malam sambil berbincang ringan soal aktivitas mereka selama seminggu.
.
Setelah makan, Ilham menggamit lengan istrinya dan memandunya untuk berdansa pelan mengikuti alunan jazz yang  mengiringi malam romantis mereka. Syahdunya malam dihiasi gemerlap bintang menambah sempurna suasana. Kilau bola mata Hasna yang legam seindah malam membuat Ilham tenggelam dalam kepayang. Saat berdansa, Ilham tiba-tiba mengeluarkan kotak beludru. Mata istrinya langsung berbinar melihat kilau cincin mutiara dikelilingi beningnya permata. Setelah saling memeluk dan mengucap Happy Aniversary, Hasna tersipu saat suaminya membisikkan kata mesra di telinga.
.
Dansa pun berlanjut hingga mereka tak lagi di halaman belakang. Ilham menuntun istriya berdansa hingga ke ruang tengah. Sayup melodi jazz semakin pelan terdengar karena mereka sudah ada di depan kamar. Malam semakin larut. Diiringi lantunan saxophone dari halaman belakang keduanya larut dalam romansa di peraduan.
Hasna kembali tersipu mengingat romantisme semalam. Ia membaca lanjutan tulisan Ilham di balik kertas yang ia pegang.

{{ Maaf ya, aku harus pergi subuh, ada meeting penting pagi ini, aku nggak boleh kejebak macet. Maaf aku tak mengecupmu pagi ini, biar setangkai mawar dan puisi yang menggantikan kecupanku, hehe, Love you, Angel .
Hubby }}

.
Hasna beranjak dari ranjangnya dan menaruh bunga mawar putih di vas bunga dekat jendela. Rambut panjangnya ia cepol ke belakang dan ia bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi keramas dan mengambil wudhu, Hasna menunaikan shalat shubuh di kamarnya. Setelah berdoa dan membaca satu halaman Al-Quran, ia bergegas menuju dapur untuk membuat sarapan. Ia terkejut, karena dua piring roti gluten and casein free, lengkap dengan selai homemade dan jus jeruk telah menantinya di meja makan dekat dapur.

“Mas Ilham,” tebaknya senang.

Laki-laki itu selalu saja punya cara mengejutkannya dengan kejutan kecil nan manis. Hasna tertawa kecil melihat bentuk hati tak beraturan di rotinya. Suaminya memang tak terlalu pandai menghias roti. Hasna menunda sarapannya dan langsung beranjak menuju kamar Adam.

“Sayang, bangun. Ini sudah pagi,” ujar Hasna pelan sambil mengusap-usap kepala putranya yang baru berusia lima tahun.

“Kita sarapan, yuk! Baru siap-siap ke sekolah,” lanjut Hasna.
Bocah berpipi gembil dan berambut ikal itu menggeliat. Tak menghiraukan ucapan Hasna, ia kembali meringkuk memeluk guling.

JANGAN DUAKAN AKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang