"Rei," lirih Dafa kemudian menyambar tubuh Rei untuk dipeluknya.

Rei tak menolak, melihat Dafa gadis itu makin histeris untuk menangis.

Pelukan itu perlahan terlepas. Dafa mengusap air mata di pipi Rei yang sudah banjir. Dafa berusaha tersenyum, agar Rei tidak gentar untuk menghadapi situasi ini. Dafa selalu ingin gadisnya menjadi lebih kuat dan selalu kuat.

"Mama kamu pasti sehat lagi kok Rei, pasti..." Dafa menguatkan Rei.

Rei tidak menjawab. Gadis itu bahkan benar-benar tidak bisa tersenyum.

Tubuhnya untuk kebahagiaan sedang mati di dalam sana.

@

Berjam-jam berlalu. Masih setia untuk duduk menunggu sampai operasi selesai. Rei bahkan sampai tertidur di pundak Dafa. Sementara Dafa tetap terjaga. Riki juga menemani Dafa untuk tidak memulaskan kantuknya.

"Rei keliatan capek banget, Daf," ujar Riki pelan. Menyadari tiga wanita sedang tertidur lelah.

"Dia bukan cuman capek, tapi juga sakit di dalamnya," tambah Dafa menyadari, kemudian mengusap pelan rambut Rei.

"Gue berharap kalian bakal selalu bersama sampai maut memisahkan. Tapi gue enggak pernah tau rencana Tuhan selanjutnya, Daf..." timpal Riki.

"Gue juga punya harapan begitu sama Tuhan," ungkap Dafa.

"Kalau seandainya takdir yang Tuhan berikan ke lo adalah untuk memilih, lo pilih bersama Rei dalam keadaan beda agama atau berpisah dari dia demi kebaikan satu sama lain?" tanya Riki.

Dafa mengangkat bahunya. Masih belum bisa menemukan jawaban terbaik itu.

"Tapi gue bakal pilih yang terbaik untuk kita," kata Dafa kemudian.

Beberapa menit kemudian, pintu ruang operasi terbuka. Menimbulkan suara derit pintu walaupun itu tidak begitu keras. Rei langsung terbangun, begitupun dengan Bety dan tante Mira.

Ranjang rumah sakit yang mengangkut tubuh tante Seli didorong keluar. Dokter yang tadi sempat mengoperasi keluar di belakangnya.

Rei hampir kalap. Gadis itu berlari kearah mamanya yang masih tertidur nyenyak. Tapi Dafa lebih dulu menahannya. Mencoba menenangkan Rei.

"Rei, mama lo harus dipindahin dulu, jangan sekarang ya," bisik Dafa.

"Tapi, Daf, mama..." Rei masih histeris.

"Rei, ini demi kebaikan mama lo," tambah Dafa menenangkan.

"Permisi, saya perlu bicara dengan wali pasien," kata Dokter.

"Saya walinya dok," tante Mira mengajukan diri lebih dulu."Tolong jaga Rei sebentar ya," tambahnya menitipkan pada Dafa.

Dafa mengangguk. Sementara tante Mira dan dokter berjalan meninggalkan mereka.

"Daf, ayo kita lihat mama," pinta Rei lemah. Dafa kemudian bergerak menuntun Rei menuju ruang pemulihan mamanya, diikuti Bety dan Riki.

Rei kemudian perlahan masuk ke dalam ruang di mana mamanya masih tertidur. Dafa, Bety, dan Riki menunggu dan membiarkan gadis itu untuk berdua bersama mamanya lebih dulu.

Sebelum benar-bener bertemu mamanya, Rei merubah dengan pakaian yang sudah disediakan. Memakai masker dan sarung tangan. Setelah itu, gadis itu melangkah lebih dekat ke mamanya yang masih terlelap.

"Ma..." Rei menyeru lirih. Air matanya jatuh tepat saat itu.

Gadis itu makin mendekat. Kemudian menggenggam tangan mamanya lemah.

Tiga Belas [COMPLETED]Kde žijí příběhy. Začni objevovat