Chapter 52 : Lied

121 13 0
                                    

[Short re-Chapter]

"Ya, kita berdoa saja kita akan berhadapan di altar yang sama, babe.."

"Gombalanmu terlalu berkelas, Zayn.." ocehku menggodanya balik.

Ia tertawa, "Tetapi kau tetap mencintaiku, Amy."

+++

Malam itu berjalan sangat baik. Hatikupun mulai membaik dan merasa bahwa Zayn adalah pilihan yang tepat, setidaknya bagiku.

Setelah kemarin malam kami berdua berterus terang, aku berniat untuk mengabari kedua orangtua ku. Sudah beberapa bulan lamanya aku tak menghubungi mereka sebab iPhone lamaku rusak dan aku tak pandai mengingat nomor telepon orang.

Namun, ternyata selama ini ketika aku tak menghubungi orangtua ku, mereka mencoba menghubungi Zayn. Zayn selalu mengabari mereka aku baik-baik saja, walau sebenarnya tidak juga. Zayn tak ingin orangtua ku khawatir. Dan tenang saja, orang tuaku sudah tahu bahwa dulu aku putus dengan Zayn. Hanya saja mungkin hanya lewat perantara Zayn mereka mengetahui kabarku.

Sepulang dari dinner tersebut aku menelpon orangtuaku lewat ponsel Zayn. Aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja di sini, dan memulai kembali hubunganku dengan Zayn.

Kedua orangtuaku hanya menyetujui segala keputusanku, mereka hanya bertanya beberapa poin yang tak membuatku pusing.

Mereka juga bertanya tentang pergaulanku di kampus. Memang benar bahwa aku sering dihukum karena tertidur di kelas, tetapi setidaknya otakku tak sekecil udang. Aku juga memang sudah cukup bersyukur dengan kehadiran Eleanor, Cara, dan the Boys. Tapi Mom selalu menyuruhku untuk berteman lebih luas.

Akhirnya aku pun bilang aku berteman dengan orang asing dari Inggris. Yap betul, tidak lain dari seorang Harry Styles.

Tapi aku bilang bahwa Harry bukanlah teman dekatku, hanya sebatas kenalan saja. Tentu hal tersebut membuat Mom bersikeras menyuruhku untuk berteman dengannya. Bahkan Mom bertanya rupa lelaki ikal itu. Aku hanya mendeskripsikannya sesuai dengan yang aku lihat secara objektif.

Zayn juga menyapa kedua orangtua ku. Mereka tampak senang ketika melihat Zayn kembali menjalin hubungan denganku. Kuanggap itu adalah pertanda baik untuk hidup asmaraku.

+++

[Harry's Point of View]

Enam bulan telah berlalu, ujian akhir studiku di semester ini telah selesai.

Aku bukanlah orang yang pintar ataupun orang yang bodoh. Setidaknya nilaiku tak telalu rendah untuk mencari pekerjaan. Walaupun pada akhirnya aku tak perlu melamar untuk bekerja karena pekerjaan yang akan datang padaku.

Aku akan bekerja di perusahaan Dad, menggantikan Gemma yang baru saja menikah. Ia butuh waktu untuk menjaga keluarganya sekarang.

Aku akan segera kembali ke London. Lebih tepatnya, hari ini setelah mengurus surat kelulusan sementaraku yang lebih dahulu dibanding anak-anak lainnya.

Sejujurnya aku masih belum siap untuk mengambil tanggung jawab besar dalam perusahaan itu. Apalagi mirisnya, aku masih terbeban perasaan sialan ini disini.

Aku selalu mengamatinya di kampus. Maksudku aku menyukainya, dan mengamati adalah hal yang wajar dilakukan bukan? Salahkan saja Mayer karena dia membuatku sekelas dengannya.

Aku selalu mengambil kursi paling pojok dan mengenakan sweater hitamku. Aku tak ingin terlihat menonjol. Pun, aku tak pernah berinteraksi apapun dengannya lagi.

Kurasa dia sudah melupakanku, terlihat dari raut wajah riangnya yang dahulu sering kulihat ketika ia bersamaku dan kini ia perlihatkan kepada kekasihnya.

Night Changes™ // h.s.Where stories live. Discover now