Chapter 35 : I Need My Money

198 43 4
                                    

A.N. Hello, welcome back to the next chapter of Night Changes! Hope you like it. Vomments for sure if you like my works! Thank you Xx, enjoy!

[Short re-Chapter]

Sebelum aku berbalik dan melangkahkan kakiku, manik mataku sekilas tertuju pada pintu yang terbuat dari kayu, tepat di sebelah kamarku. Kupikir, aku masih ada waktu untuk meminta dompetku kembali pada pemilik kamar tersebut.

Tanpa membuang banyak waktu, aku segera mengetuk pintunya berulang kali hingga sosoknya keluar dari balik daun pintu. Namun, sepertinya ia cukup terkejut ketika mendapati dirikulah yang baru saja mengetuk pintunya. But, i don't care, all I need now is my wallet.

"Tolong kembalikan dompetku." ucapku tanpa basa-basi. Aku hanya berharap, semoga ia berbaik hati dan mau mengembalikan dompetku.

+++

[Harry P.OV.]

"Benarkah? Kau benar-benar akan ke sini? Ajak yang lain juga, kalau begitu", Suaraku menjadi naik. Wah, mereka sangat baik hati meski baru saja bertemu.

"Ya, tentu saja. Aku akan menjemputmu lima belas menit lagi. Bersiaplah!" Sambungan telepon pun diputus dari seberang sana.

Tanpa menunggu lebih lama, aku mengganti pakaianku dengan kaos hitam polos dan celana ketat senada.

Tengah mengambil jaketku, aku mendapati pintu kamarku diketuk. Dengan cekatan, aku segera membuka pintu kamarku seraya menyisir rambutku dengan jari-jariku.

'Tak kusangka dia akan secepat ini, bahkan lima menit saja belum sampai.' pikirku.

Sesaat setelah aku berhasil membuka pintu, bukannya Louis dan sekawanannya yang kutemukan, melainkan seorang gadis berambut brunette yang tak lagi asing bagiku.

"Tolong kembalikan dompetku." ujarnya tiba-tiba.

Aku mengerjapkan mataku. "Kenapa?"

"Jangan berpura-pura bodoh, Styles. Aku membutuhkan dompetku." timpalnya sambil memutar kedua bola matanya.

Aku menyeringai ketika ide merasukki pikiranku. "Dompetnya saja? Tidak termasuk isinya, bukan?"

Ia memijit pelipisnya. "Tentu saja dengan isinya, jelek! Bahkan isinya jauh lebih penting!"

Aku terkekeh. "Kau butuh uang, ya?" tanyaku sambil melipat tanganku di dada.

Gadis yang berdiri di hadapanku ini hening sejenak, sebelum akhirnya bergumam 'ya'.

Aku memerogoh saku celanaku, mengambil dompetku dan mengeluarkan beberapa lembar uang seratus dollar. Aku menghitung lembaran hijau itu sebanyak lima lembar. "Kau butuh ini?"

"Tidak. Aku tidak butuh uangmu, yang aku butuhkan adalah milikku." jawabnya ketus, memalingkan wajahnya dari padaku.

Aku menghela nafasku. "Apa bedanya? Uang yang ada di dompetmu juga sekarang ada padaku. Sama saja bukan?"

Amy tampak tengah berpikir sebelum akhirnya kembali menatap mataku. "Ah, benar juga. Ya sudah, cepat berikan uang itu."

Aku tersenyum licik, mengetahui bahwa permainanku berjalan lancar. Aku mengulurkan uang-uang itu, kemudian segera menarik tanganku kembali sebelum Amy berhasil meraih uang-uang tersebut.

'Wah, menyenangkan juga!' batinku berteriak penuh semangat.

Amy mengerutkan alisnya. "Berikan uangnya, ikal. Aku tak punya banyak waktu."

"Aku akan memberikan uang ini, tapi ada syaratnya." ucapku dibuat se-misterius mungkin.

Gadis cantik tersebut memalingkan wajahnya dari padaku. "Katakan sekarang atau aku akan panggil pengacara."

Aku terkekeh geli. "Syaratnya, setiap kau tersenyum dan bersikap baik padaku—dengan tulus, pastinya—akan aku berikan selembar."

Ia membelalakkan matanya, hingga rasanya bola matanya akan keluar saat itu juga. "Bagaimana bisa? Tidak mungkin aku akan tersenyum dan bersikap baik padamu dengan tulus apabila taruhannya adalah uang!"

Tak kusangka, dia sangat jujur.

Aku tersenyum padanya. "Maka dari itu, berusahalah membuat aku terkesan."

"Apa-apaan kau, Har. Aku ada janji, tahu!" ujarnya penuh penekanan di akhir kalimat.

"Janji? Lupakan janji itu, dan mulailah bersikap baik padaku—tentu saja, jika kau ingin uang ini."

Kulihat dia mengepalkan genggamannya. "Kau tahu apa? Asal kau tahu, syaratmu itu sama sekali tidak berfaedah! Sadarkan dirimu, monyet gila! Aku takkan pernah berbuat baik padamu, dan terakhir, jangan berharap."

'Sayang sekali.' hatiku berbisik. 'Tapi, bukan berarti urusan ini sudah selesai.'

"Baiklah. Kalau begitu, takkan ada selembar uangpun yang akan kuberikan padamu." Aku kembali menaruh uangku dalam dompetku dan ku simpan dalam kantung celana jeans hitamku.

"H-hei! Yang benar saja? Tidak ada jalan lain, apa?" cegatnya terburu-buru.

Aku tahu dia sangat membutuhkan uang ini. Maksudku, entah berapa yang sekarang masih ia miliki. Tetapi pasti uang itu takkan cukup untuk membiayai kehidupan sehari-harinya, selebih untuk seminggu ini.

"N.O. So, kamu harus menghilangkan gengsimu itu dahulu." timpalku sebelum meninggalkannya menganga di depan kamarku sendiri.

Aku segera melangkah menuju lobby, berniat menunggu jemputan Louis. Namun, sepertinya ada seseorang yang mengikutiku sedari tadi, hendak bernegosiasi kembali denganku. Oh, permainanku memang cemerlang, bukan?

---

To be continued....

Last Update : Sunday, June 18, 2017. 09:26 PM.

Next Update : Saturday, June 24, 2017.

Yea, so, Harry akhirnya kembali dalam chapter ini. Semoga our beloved, the boys juga cepet balik dari breaknya. Miss 1D so mch :').

So, don't forget to leave votes and comments! See you next in the next chapter. Xx

-Janx

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang