Chapter 28 : New Lover

253 40 15
                                    

Hai readers setiaku!! Maafkan karena aku hiatus sangaaaaaat panjaaang. Hal ini dikarenakan kesibukanku sebagai seorang pelajar.

Terimakasih untuk pengertiannya, juga karena masih mau baca cerita embel-embel harbara ini. <3<3

Jadi inilah, update terbaru dimasa aku sementara lepas dari kewajibanku di sekolah. Kalau dibaca dari chapter sebelumnya ada perubahan sedikiiiiit sekali, aku berusaha membuat sepersis mungkin dengan alur yang sama.

So, what are we waiting for? Silahkan membaca :).

DON'T FORGET TO GIVE MY STORY VOTES, COMMENTS, AND SHARE! ENJOY!

---

[Short re-chapter]

"Yasudah, kau tak boleh menghubungi siapapun kecuali aku. Kau.hanya.boleh menghubungiku." ujarku sambil memberikan sebuah balok bermerk iPhone kepadanya.

"Hah? Aku tak mengerti. By the way, itu kan yang tadi ada disini." Gadis itu menunjuk satu titik di tempat tidur dengan jari telunjuknya.

Aku menganggukkan kepalaku. "Memang. Sejak awal aku telah berniat membelikanmu iPhone baru yang sama persis dengan milikmu. Sayangnya kau tidak peka."

+++

[Amy P.O.V.]

Wah, wah, ada apa ini? iPhone ini asli! Apa dia mabuk hingga rela mengeluarkan uang banyak untuk membelikanku—yanghanya berstatus tetangganya—iPhone semahal ini? Dasar orang kaya.

Yah, walaupun begitu, sebenarnya aku cukup senang ketika ia memberikanku sebuah kotak berisi iPhone baru yang sama persis denganku. Sayangnya kebahagiaan itu tak berlangsung lama ketika aku menyadari iPhone ini tak lagi sama dengan milikku yang dahulu.

Apa yang sebenarnya kupikirkan sih? Bukankah seharusnya aku merasa bahagia mendapat iPhone baru untuk menggantikan iPhone lamaku yang hanya berisi kenangan pahit?

Jujur saja, aku diam-diam masih mengharapkan lelaki es itu berbalik padaku, walaupun terlihat tidak mungkin. Bagaimanapun juga, bukanlah hal yang mudah untuk melupakannya, dan satu-satunya jalan untuk mengenang memori bersama pujaan hatiku hanyalah lewat iPhone lamaku yang sudah tiada.

"Kenapa diam? Kau kagum padaku yang kaya ini, ya?" Harry seketika membuyarkan lamunanku.

"E-enak saja! Kau membelikanku iPhone ternyata hanya untuk pamer, ha?"

Ia malah terkekeh. "Tentu tidak, aku memang sedari awal ingin mengganti iPhone-mu yang lama dengan yang baru.."

"Oh, begitu." ucapku tak peduli.

...

Sebentar. Ia berkata bahwa lelaki ikal ini memang berniat membelikanku iPhone baru sejak awal. Berarti dia memang sudah punya rencana untuk membuat iPhoneku rusak. Benar, bukan?

Aku mengerutkan alisku, menatapnya sinis dari atas sampai bawah. Kuyakin lelaki sinting ini memang berniat jahat. "Hey, styles. Jujurlah, jadi sebenarnya kau juga sedari awal sudah berniat untuk merusak iPhone-ku?"

Tak perlu menunggu waktu lama untuknya menjawab. Ia langsung menganggukkan kepalanya, menyetujui segala kecurigaanku, tanpa rasa berdosa sedikitpun.

Aku membelalakkan mataku ketika mengetahui jawabannya. "Yang benar saja?! KAU IN—"

Kurasakan telapak tangan kekar membekap mulutku hingga aku tak dapat menyelesaikan ucapanku sebelumnya. Aku menyiritkan keningku, hendak memberontak.

"Jangan marah dulu, tuan puteri..." timpalnya sangat—bahkan terlalu santai untuk saat-saat seperti ini.

Aku menepis telapak tangannya dari wajahku dan menatapnya dengan jengkel. Rasanya aku ingin meninju wajahnya yang menyebalkan itu detik ini juga. "Apa?! Kau pikir aku bisa tenang dengan orang yang dari awal berniat merusak iPhoneku?! Dasar penjahat!"

"Kau mau mulutmu aku bekap lagi dengan koran atau diam dan mendengar penjelasanku?" tanyanya.

Aku memutar kedua bola mataku, menyerah. Kini, aku memilih untuk diam dan mendengarkan alasan dari pada perbuatannya, ketimbang mulutku diisi penuh dengan gumpalan kertas koran. Maaf saja, aku tak pernah berniat memakan koran.

Ia berdeham. "Begini, aku memang sejak awal berniat merusaknya karena tidak tahan ketika kau dibuat marah hingga mengangis oleh Zayn lewat gadgetmu itu. Bagaimanapun, hanya akulah orang yang boleh membuat amarahmu meledak dan pula yang membuatmu tersedu. Aku egois pada gadis cantik sepertimu." Harry memberikan jeda.

'Oh, untung saja aku ini Amy Thompson. Kalau bukan, pasti aku sudah meleleh dengan ucapannya barusan.' batinku seolah menanggapi ucapannya.

"Apalagi ketika aku melihat percakapanmu dengan Zayn. Lelaki semacam es itu tak seharusnya kau tanggapi, dia sialan, okay?! Bahkan ia berani-beraninya menyebut namaku dengan seenaknya." lanjutnya dengan penekanan di akhir kalimat. Namun air mukanya masih tampak tenang.

"Jadi aku akhirnya memutuskan untuk merusaknya dan membelikanmu iPhone baru agar kau tak lagi menyimpan nomor lelaki kutub itu. Karena aku tahu, lelaki kutub itu hobi sekali memanas-manasimu, dan aku tak mau kau sakit karenanya untuk yang kesekian kalinya." timpalnya, membuatku sedikit tak percaya akan apa yang baru saja dikatakannya.

'Apa aku boleh meleleh sekarang? Persetan dengan ucapanku barusan.' gadis batinku berteriak-teriak layaknya sedang berada di langit ke tujuh. Kuakui, walaupun caranya salah, tapi ia punya niat mulia.

Tanpa sadar, aku mengulas senyuman. Bibirku seolah tak dapat menutup serta gigiku tak bisa berhenti memamerkan deretannya.

Karena seluruh tubuhku seperti tak terkontrol, aku membuang pandanganku ke arah lain sehingga ia tak dapat melihatku memerah.

"Terimakasih banyak." gumamku pelan.

Lelaki ikal itu malah tertawa. Seketika itu juga, senyumanku hilang. Sepertinya Harry memang hidupnya dihiasi tawaan melulu.

"Kau tak perlu blushing hanya karena sepatah kata seperti itu!" Ia melanjutkan tawanya. "Bagaimana kalau kau adalah pacarku? Kau akan tewas terlebih dahulu sebelum aku sempat menciummu!"

"Diam! Lagi pula aku tak blushing," ujarku menyembunyikan kebenaran yang diucap oleh Harry sebelumnya. "Aku hanya grogi karna pertama kali berterimakasih pada penjahat sepertimu!"

"Oh, Amy... Itulah yang namanya CINTA."

Aku membelalakkan mataku. Tidak mungkin! Ketika aku bersama Zayn, aku tak pernah merasakan hal segila ini! Perlu waktu dua bulan untuk mencintai Zayn, sementara dia hanya dalam hitungan jari? Akh.

Aku terkekeh pelan, menanggapinya dengan sesantai mungkin. "Kau mengada-ada, tuan."

Lelaki ikal itu terbahak. "Kau benar-benar cinta padaku sekarang. C-I-N-T-A~, Amy! Tak kusangka akan secepat ini!"

"DIAM HARRY! Aku tak mencintaimu!" gerutuku dengan lantang, kemudian menjatuhkan diri diatas ranjang kembali. Namun, aku merasa ada penolakan dari dalam diriku. Benarkah aku sudah ditaklukan olehnya? Bahkan ini baru hari kedua aku bertemu dengannya!

'Tidak, Amy. Kau tak boleh mencintainya! Dia mencintai Cara! Dia hanya bermain-main denganmu!' ujarku dalam hati, membuat sugesti bahwa aku tak menyukai atau mencintainya bahkan tidak akan pernah!

---

BERSAMBUNG...

Last Update : Saturday, May 27, 2017. 09.36 PM

Next Update : Sunday, May 28, 2017.

Jadi, aku berkomitmen untuk update setiap sabtu dan minggu, kira-kira jam sembilan sampai jam sepuluh malam. Kalau sekiranya tidak bisa update pada waktu tertentu, aku akan kabari di conv. post, ya!!

See you soon in the next chapter! XX

-Janx

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang