Chapter 16 : It's hurt

366 60 4
                                    

[Short re-chapt]

Tiba-tiba perutku ditinju dengan sangat keras. Saking kerasnya, hingga membuat punggungku melengkung ke depan ketika menerima pukulannya. Damn!

+++

[Amy P.O.V.]

"Sayang, tolong ambilkan obat di dapur!"

'Obat? Obat itu? Apa dia masih menggunakannya?' Batinku.

Aku menoreh padanya yang kini berada di hadapanku. "Obat apa?"

"Obat penenangku!! Cepat ambilkan!"

Narkoba itu? Bisa-bisanya dia masih mengonsumsinya walau telah kuperingatkan berulang kali. "Aku sudah membuangnya."

"Dasar tak berguna!" Ia menjambak rambutnya sendiri, frustasi.

"T-tapi itu takkan membuatmu lebih baik! A-aku mencintaimu dan aku peduli padamu!" Ucapku dengan terbata-bata.

"Berhentilah peduli padaku, karna aku tak pernah mencintaimu!" Ia menampar pipiku berulang kali hingga pipiku serasa tersayat. Aku hanya dapat meringis kesakitan ketika menerima tamparannya.

Hatiku terasa seperti tersobek dan tercincang habis ketika mengetahui dirinya sedari awal tak pernah mencintaiku.

"Ka-kau berbohong, bukan begitu?" Tanyaku, berharap apa yang baru saja keluar dari mulutnya adalah...palsu.

"Sadarlah! Orang lain pun tahu kalau aku hanya berpura-pura menjadi pacarmu! Aku telah memiliki orang yang lebih kucintai! Kau hanya barang yang tak berguna!"

Seluruh kata-kata yang keluar dari mulutnya itu membuat tubuhku melemas seketika. Kakiku serasa lenyap hingga tak lagi dapat menahan bobot tubuhku. Aku terkulai lemas tak berdaya, hingga wajahku berhadapan dengan lantai kamarnya.

Air mataku turun dengan derasnya. Bahkan kini aku tak bisa membedakan antara air mataku yang sesungguhnya dengan air mata darah yang kurasakan.

Ia berjongkok di hadapanku, mencengkram kedua pipiku dengan kasar.

"Ja-jadi kau ingin kita putus?" Tanyaku berusaha menjadi tegar, walaupun tetesan demi tetesan air mataku tak dapat berhenti mengalir dari pelupuk mataku.

"Bagaimana aku bisa putus denganmu, aku saja tak pernah menganggapmu sebagai pacarku." Ia tertawa sarkastik.

Oh... aku kini hanya dapat tersungkur dan mematung.

Ia mengangkat daguku lalu menciumku singkat. Ciuman yang sangat kurindukan, sayangnya tak ada cinta dalam ciumannya. Mungkinkah ini yang namanya ciuman perpisahan?

Tidak mungkin, ia saja tak pernah mencintaiku. Ia hanya memanfaatkanku.

Seketika itu juga aku merasa jijik padanya. Bisa-bisanya ia mengatakan tak cinta padaku, mencampakkanku lalu menciumku.

Tanpa aba-aba, aku langsung meninju keras wajahnya yang teramat tampan, berharap seketika itu juga wajahnya rusak hingga aku takkan mengenalnya lagi sebagai pujaan hatiku.

"AKHHH!!!" Teriaknya kesakitan.

...

Bukan. Bukan dia, suaranya tak seserak ini.

"AMY!!!!" Teriakan disusul kembali oleh...Cara?!

Aku pun terkesiap dan membelalakkan mataku, membuyarkan segala rekaman sialan itu.

Jantungku seakan berhenti berdegup ketika aku tersadar baru saja meninju perut seseorang.

Kulihat tubuh lelaki yang telah tersungkur di lantai.

Night Changes™ // h.s.Où les histoires vivent. Découvrez maintenant