Chapter 33 : Why?

200 36 2
                                    

A.N. Hola! Kutunggu vomments kalian di akhir cerita! Enjoy! Xx.

[Short Re-Chapter]

"Oh, ya.. Kau tadi dengar bukan aku sedang menandatagani ruko untuk cabang café ini?" tanyanya tiba-tiba dengan nada sangat antusias.

Aku menganggukkan kepalaku. "By the way, congratz! Ucah punya cabang, nih.."

Ia tertawa. "Mulai minggu depan, kita pindah ke sana!"

Aku juga ikut merasa senang karena café ini, café sahabatku sendiri akan menjadi semakin luas, sebelum akhirnya tersadar dengan apa yang baru saja Olivia katakan. "Wait. Apa? Pindah? Kita?"

+++

"Ya, kita minggu depan pindah ke ruko itu. Akan kubuka cabang café ini sendiri dari nol lagi. Dan, kalian.. Kau dan Arthur akan ikut bersamaku. Bagaimanapun kalian ini sahabat-sahabatku, aku tak rela meninggalkan kalian disini." Kedua tangannya meraih pundakku bersemangat.

"Aku akan mengirimmu detail cafenya dan alamat lengkapnya." Gadis berambut merah itu memerogoh tas hitamnya, mengeluarkan hand phone miliknya.

"Ehm, iPhone lamaku rusak." ujarku buru-buru.

Ia mengerutkan keningnya, "Bagaimana bisa? Kalau begitu aku minta nomor barumu saja."

"iPhone ku dirusak tetanggaku." jawabku. Aku hanya dapat mengeluarkan kata-kata itu. Aku tak bisa memberinya nomor telepon iPhone yang diberikan Harry padaku. Bukannya aku tak keberatan, hanya saja, aku tidak tahu nomor teleponnya.

Gadis di hadapanku ini terlihat terkejut. Aku menggaruk tengkukku. "Ah, begini saja, akan kuhusahakan membeli hand phone baru secepatnya. Nanti aku akan mengirim pesan padamu lewat nomor baruku. Bagaimana?"

"Boleh juga.." Ia kembali memamerkan senyumnya. "Tapi, aku yakin kau tak mengingat nomor teleponku, bukan?"

Pertanyaan yang terlontar dari mulutnya membuatku meneguk ludahku sendiri. Benar juga. Aku tak pernah menghafal nomor telepon siapapun sebelumnya.

"Ya, kau tahulah.." Aku terkekeh pelan, berusaha terlihat se-natural mungkin. "Ta-tapi aku bisa minta nomor teleponmu pada Arthur, kok." lanjutku.

"Kenapa tidak aku saja yang memberimu nomor teleponku langsung? Kau ini, ada-ada saja." Olivia kembali memamerkan deretan giginya.

"Kau tak usah repot-repot, haha.. Hanya saja, aku malu mengakui bahwa aku tak mengingat nomor telepon bosku sendiri." tuturku jujur. Oh, Tuhan. Kenapa bicaraku melantur seperti ini?

"Ralat. Kau tak mengingat nomor teleponku, sahabat dekatmu sekalipun. Wah, aku kecewa.."

Aku tersentak. "Ti-tidak bukan begi—"

Olivia meledakkan tawanya. "Aku bercanda, Amy.. Aku tahu kau yang tak pernah mengingat nomor telepon siapapun, kau hanya menyimpannya pada iPhone mu saja. Benar, bukan?"

Aku hanya terkekeh. "Ya~ kau mengenalku dengan sangat baik!"

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari balik pintu ruangan Olivia. Tak lama setelah Olivia memperbolehkannya untuk masuk, terpampanglah Arthur di daun pintu.

"Ah kalian ini, berbincang hanya berdua saja. Aku ini juga kan sahabat kalian~", candannya diiringi senyuman manisnya. "Oh ya, ini sudah hampir pukul sepuluh. Ayo bersiap-siap."

Aku dan Olivia sama-sama terkejut. Tak biasanya Olivia tak mengingat waktu. Pun, aku dan olivia mengangguk, sebagai jawaban atas ucapan Arthur.

"Baiklah, kutunggu di depan~", katanya sembari tersenyum sebelum keluar dari ruangan Olivia.

Duh, lelaki itu. Bagaimana ia bisa diciptakan begitu tampan sekaligus imut. "Hei, Olivia. Apa kau pernah berpikir suatu saat nanti kau akan menyukai Arthur? Dia benar-benar—"

Ketika aku memutar badanku, kembali berhadapan dengan Olivia. Wajahnya tampak berwarna merah padam. Aku tersedak ucapanku sendiri. "K-kau tidak apa?"

Ia menggeleng. "Tidak apa-apa." ucapnya singkat. Segera setelah itu, ia berdiri sembari menutupi wajahnya dengan helaian rambut merah miliknya.

"Kutunggu kau di luar, ya." lanjutnya, sebelum setelahnya ia melangkahkan kakinya dengan cepat keluar dari ruangannya sendiri.

Aku menarik nafasku, sedikit canggung. Dalam benakku, Olivia marah padaku. Ia tiba-tiba bersikap cuek dan langsung melenggang pergi dari padaku. Tapi, kenapa? Menurutku, tak ada angin sedikitpun, kok.

'Kenapa dia bereaksi seperti itu? Apa aku salah bicara?' pikirku berulang kali, sebelum akhirnya ikut keluar dari ruangan.

---

To be continued...

Last Update : Sunday, June 11, 2017. 10:41 PM.

Next Update : Saturday, June 16, 2017.

Kerasa cepet, ya, bacanya? Memang chapter kali ini lebih sedikit dari chapter-chapter sebelumnya. Gak terlalu banyak sih bedanya. But, I'm sorry, I'll have test tomorrow. So, yup, you know it laaaa..

Don't forget to leave votes and comments! See you in the next chapter! Xx

-Janx

Night Changes™ // h.s.Where stories live. Discover now