Chapter 38 : Tonight3 [Last Part].

227 42 7
                                    

A.N. Enjoy! Jangan lupa vomments kalau suka ;). Thank you *love* *love*!


[Short re-Chapter]

Aku segera berdiri, mengijinkan diriku sendiri pergi ke toilet, untuk membasuh wajahku yang panas tak ampun. Aku tak bisa bilang bahwa aku memerah karena malu atau karena alasan lain. Namun, yang kini kurasakan sangat berbeda dengan apa yang kurasakah ketika bersama Harry.

Baru saja hendak berjalan keluar dari toilet, seseorang menghentikan langkahku. "Hei Amy, bisa bicara?"

+++

Jantungku bagaikan berhenti berdegup. Aku mengerjapkan mataku berulang kali, memastikan sosok di hadapanku bukan hanya khayalanku semata. "Zayn?" gumamku pelan, entah apa yang sedang berkecamuk dalam pikiranku.

Aku sama sekali tidak keliru, lelaki yang tengah berdiri di depanku benar-benar seorang Zayn Malik. Aku tidak tahu apakah aku harus mengumpat atau bersyukur untuk hal semacam ini. Tersadar dari lamunanku sendiri, dengan gugup aku menggaruk tengkukku yang tak gatal. "Ah, maaf. Tadi kau bilang apa?

"Aku ingin kita bicara," Zayn menatap mataku dalam, "Maksudku, membicarakn hubungan kita yang tak jelas ini."

Aku merasakan tubuhku membeku mendadak. Apa katanya? Membicarakan hubunganku dengannya? Sebenarnya apa lagi yang perlu dibahas?

Seketika, aku merasa darahku naik. "Maaf Zayn, tapi tidak ada yang perlu kita bahas ulang tentang hubungan kita dahulu. Kita sudah putus, okay?"

"Aku belum dan tak pernah bilang bahwa kita putus, bukan begitu?" ucapnya.

"Kalau begitu, jika benar kita belum putus. Untuk apa kau berduaan dengan Gigi atau gadis lainnya di hadapanku?" Aku terkekeh sinis, emosiku benar-benar sudah di ujung kepalaku. "Apa hanya untuk menunjukkan bahwa kau bisa dengan mudahnya mencari gadis lain setelah putus denganku? Maaf Zayn, aku bukan permainan." Aku memutar kedua bola mataku, hendak melangkahkan kaki saat ini juga.

Zayn menaruh kedua tangannya di pundakku, menahanku. "Amy, aku ingin menjelaskan semuanya. Kalau kau berpikir aku sudah mengatur script sedemikian rupa hanya untuk bermain-main denganmu lagi, kau salah. Bahkan, aku tak menyangka kita bisa bertemu malam ini. Aku sungguh ingin berbicara denganmu. Aku tak bisa selamanya mengacuhkanmu, berpura-pura mengganggumu untuk mencari perhatianmu."

"Apa?" Aku tersedak ludahku sendiri.

"Kumohon, ikut aku." Tak sempat aku menimpali ucapannya, Zayn langsung menggenggam tanganku dengan sangat erat, membuatku mau tak mau ikut bersamanya—entah ke mana. Lihat, bahkan caranya menggenggam tanganku pun, aku tak suka. Maksudku, apa dia tak bisa lebih lembut sedikit saja?

Zayn menghentikan langkahnya tiba-tiba, membuatku hampir menabrak punggungnya. Ternyata ia membawaku ke balkon restoran. Angin malam berhembus sepoi-sepoi, membuat rambutku menari. Pemandangan memang tak seindah dalam dongeng atau cerita romansa, karena yang bisa aku lihat dari atas sini hanyalah jalan raya dan gedung-gedung. Namun, tak bisa kupungkiri, malam sangat menenangkan—kecuali ketika beranjak tidur.

Zayn menghampiri salah satu meja di ujung balkon, aku hanya mengekorinya lalu duduk berhadapan dengannya. "Nah, kalau di sini lebih nyaman, kan? Kita bisa berbicara sepuasnya tanpa seorangpun mendengar." Zayn menyungging senyum lebar.

Jujur saja, senyuman itu adalah hal yang paling kurindukan dari dirinya. Zayn tak pernah tersenyum padaku setelah kejadian itu. Pun, Zayn memang orang yang cuek dan hanya tersenyum untuk beberapa orang saja. Walau begitu, banyak gadis yang mengincarnya. Aneh, bukan?

Night Changes™ // h.s.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang