14 •『Pour La Première Fois』

Começar do início
                                    

"Ja ... jangan!" Neysia menunduk, menatapi barang-barangnya yang berserakan. Gadis itu tidak tahu kapan penderitaan yang dialaminya akan berakhir menjadi kebahagiaan.

Dante menginjak-injak dan menendang buku pelajaran ke sembarang arah. Semua kelakuan Dante dan teman-temannya disaksikan oleh Nial, termasuk Neysia yang menahan tangisannya.

Nial yang melihat Dante melempar tas milik Neysia, dengan sigap menangkapnya sebelum mendarat di tong sampah.

Valdo, Dante, dan teman-temannya dapat melihat hal yang tidak pernah mereka saksikan sebelumnya. Nial berubah drastis seratus delapan puluh derajat.

Nial mengambil dan membersihkan seluruh barang-barang yang dijatuhkan tadi, termasuk buku-buku yang diinjak.

Semua barang tersebut dimasukan kembali ke dalam tas milik Neysia, lalu menyerahkan kepada pemiliknya. Tak hanya itu, Nial juga menarik gadis tersebut ke dalam pelukannya.

Neysia terdiam. Rasa aman menjalar ke dalam dirinya. Gadis itu dapat mendengar deru napas Nial dan bisikan pemuda itu yang menenangkannya.

"Jangan nangis lagi," bisiknya.

Anak-anak Mosa lainnya terkejut dan tidak menyangka Nial akan berbuat sejauh itu kepada Neysia. Tak sedikit pula dari mereka menahan diri untuk menjerit.

Para siswi Mosa yang menyaksikan kebanyakan merasa panas dingin di tubuhnya. Walau Nial terkenal dengan sikapnya yang tidak baik, pemuda itu tetap memiliki wajah di atas rata-rata.

Dahulu, mereka menghindari ikut campur masalah Nial dan teman-temannya agar tidak merasakan di posisi Neysia. Namun, sekarang berbanding terbalik. Mereka ingin merasakan di posisi Neysia saat ini.

"Lo aneh."

Dante mengucapkan hal tersebut secara terang-terangan kepada Nial. Pemuda itu tidak habis pikir dengan kelakuan Nial belakangan ini, mempermalukan teman-temannya sendiri di depan banyak orang.

Valdo menganguk menyetujui seraya memperlengkap ucapan teman satu kelompoknya itu, "Gak biasanya anju!"

Nial melepas pelukan dan memberikan isyarat kepada Neysia untuk mundur. Gadis itu menuruti perkataan Nial.

Dante maju ke hadapan Nial. Kedua bola mata pemuda tersebut memancarkan amarah. "Lo kalau mau ikut campur, gabung sama pihak kita! Jangan bego."

Sama seperti Amosh, nak-anak kelompok lainnya lebih memilih diam dan memerhatikan perdebatan. Mereka memang hanya akan bertindak jika itu perintah Dante, Valdo, terutama Nial.

Nial memutar bola matanya dengan malas seraya berkata, "Neysia urusan gua, bukan lo pada. Bukannya udah jelas siapa yang ikut campur sembarangan dan apa tadi? Oh ya, bego."

Diremasnya kaleng minuman yang berada di tangannya, lalu dilempar ke sembarang arah. Dante yang merasa ditantang, menarik kerah seragam Nial.

"Maksud lo apa, bangsat?" Nial mendorong Dante agar pemuda tersebut menjauh dan tidak menarik kerah seragamnya.

Valdo sigap membantu Dante. "Are you crazy? Lo berubah dalam drastis cuma gara-gara cewek jalang itu? Gila!"

Pemuda itu tertawa sinis sejenak, lalu berkata,"Kalau lo sadar, lo yang aneh."

Amosh maju, menahan Valdo dan Dante agar menghajar Nial. Sekelas dengan Nial membuatnya memahami satu hal, pemuda itu mulai menunjukan dirinya yang asli.

Pemuda itu memberi isyarat kepada yang lain untuk membantunya menahan tangan Dante dan Valdo sekuat tenaga.

"Kalau gua gila, lo apa? Goblok?" tanya Nial kepada Valdo yang menahan amarah untuk tidak melayangkan tinjuannya.

"Cih! Udah kelamaan jadi pemimpin, jadi lupa diri! Harus dikasih pelajaran!" Valdo tetap berusaha melepaskan diri.

Dante tidak terima. "Lepasin gue, Njing!"

"Lo semua, inget baik-baik." Tangan telunjuk Nial mengarah ke semua teman-temannya satu persatu seraya melanjutkan perkataannya, "Dari awal yang munculin ide buat ngerudung cewek cupu itu dia."

"Siapa yang perintahin lo semua buat ngerundung tuh cewek cupu selain gua? Dante, yang kebetulan sekelas sama tuh cewek juga."

Nial menendang tong sampah yang berada di dekatnya. "Di saat lo semua mau balesin dendam Valdo ke Miko, cewek cupu itu lagi yang kena sasarannya. Dan ya, siapa dalang pencetusnya? Dante. Lagi."

Emosi Dante naik ke ubun-ubun. "Ck, jadi lo kasian? Gausah sok empati. Gua udah kenal lo, bangsat tuh bangsat aja."

"Setiap kali kita nginjekin kaki di sekolah Mosa ini, siapa yang kita rundung? Pasti cewek cupu itu. Siapa yang nahan-nahan kita biar ngerundung Neysia terus, padahal masih banyak cewek cupu di sekolah ini? Dante, Dante, dan Dante."

Valdo, Amosh, dan teman-teman kelompok lainnya terdiam mendengar perkataan Nial. Sementara Dante yang menyadari hal tersebut semakin memberontak.

"Kalau kalian sadar, yang mimpin kita semua bukan gua, tapi Dante. Dan satu hal lagi, kita semua ngelakuin hal itu karena enak. Gimana ngerasain seneng di atas penderitaan. Terkecuali lo, Dan."

Nial mengalihkan pandangannya ke arah Dante. Pemuda itu tersenyum miring setelah melihat perubahan ekspresi dari Dante, tepat setelah melontarkan satu pertanyaan kepadanya.

"Sebenernya, ada hubungan apa antara lo dan Neysia?"

╭⋟────────────────╮
✦✧ La Fragilité
╰────────────────⋞╯

Terima kasih telah membaca
La Fragilité!♡

((Ini aku yang lagi menertawakan kebingungan kalian))

Ops! Esta imagem não segue nossas diretrizes de conteúdo. Para continuar a publicação, tente removê-la ou carregar outra.


((Ini aku yang lagi menertawakan kebingungan kalian))

Tertanda,

Katapiraa

La FragilitéOnde histórias criam vida. Descubra agora