6 •『Trois Ans』

413 48 13
                                    

Tiga tahun

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tiga tahun.

LANGKAH kakinya terhenti. Gadis itu dapat melihat, lorong sekolahnya dipadati terdapat kerumunan anak-anak Mosa.

Kakinya bergetar. Dia terlalu takut. Aksi Nial dan kawan-kawannya di kantin, membuat dia merasa tidak enak kepada mamanya tiap harinya—dia harus membayar berbagai pesanan makanan dan minuman anak Mosa.

Apalagi, kini gadis itu harus melewati kerumunan orang yang melemparkan berbagai arti tatapan ke arahnya.

Tiga tahun, harus dijalani dengan seperti ini. Begitu sulit untuk menyesuaikan diri di lingkungan yang tidak menerima dirinya.

Memori kenangan tentang dirinya di waktu awal dia menginjak kelas sepuluh saja sudah begitu menyeramkan.

Kenangan kembali berputar di otak gadis itu. Di lorong sekolah yang sama, di jam istirahat sekolah Mosa juga.

Langkah kaki Neysia terlihat tergesa-gesa. Irama jantung gadis itu juga berpacu dengan cepat. Pikirannya hanya satu, dia harus segera sampai di kantor guru.

Tangan kanannya memegang jus jambu yang masih segar. Sementara tangan kirinya, memegang buku yang diminta oleh gurunya.

Kerumunan anak-anak Mosa yang memadati lorong, membuat Neysia bergerak lebih lamban. Tubuhnya yang pendek, membuat Neysia harus berjinjit mencari jalan agar membuat dia mencari jalan tercepat untuk sampai.

Bruk!

"Aduh!"

Pandangan mata Neysia yang tidak fokus, membuat gadis itu tidak sengaja menabrak pemuda di hadapannya. Pemuda jangkung yang memiliki tinggi kira-kira seratus delapan puluh sentimeter.

Mulut gadis itu terbuka. Matanya yang sipit juga membulat. Jus jambu yang dipegangnya tumpah mengenai seragam pemuda yang dia tabrak.

Nial terdiam sejenak. Sedetik kemudian, dia memutar bola matanya dengan malas.

"Heh, lo! Siapa nama panjang lo?"

Neysia melangkah mundur perlahan. Dia merasa situasi yang dijalaninya saat ini sedang tidak bagus. Lidahnya terasa kelu untuk menjawab sederet pertanyaan Nial.

Sontak saja, pemuda itu mengerutkan keningnya. Dia menampilkan ekspresi ketidaksukaan terhadap Neysia, seolah sudah menentang dan melawannya.

Dante memukul pundak Nial dengan pelan, seraya berbisik ke telinga temannya itu, "Lo mau jadiin dia target ke depannya gak? Cocok sih, sipit, jelek, penakut, pendek, seangkatan sama kita bedanya cuma dia sepuluh IPA 2, anak kesayangan para guru juga, Nyet."

"Lo liat aja tampangnya, di saat mayoritas anak-anak Mosa pake seragam lengan pendek sama rok pendek, dia malah kebalikannya. Bahkan anak Mosa lain yang juga pake lengan sama rok panjang enggak sekuno dia," tambah Dante.

La FragilitéWhere stories live. Discover now