8 •『Deux Sentiments』

329 46 7
                                    

Dua perasaan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dua perasaan.

JAM dinding menunjukan pukul lima lewat lima belas menit. Waktu di jam itu sudah pasti, berbeda dengan perasaan Neysia yang entah bagaimana seharusnya.

Gadis itu sudah pulang sekolah dengan membawa dua perasaan sekaligus. Rasa bahagia memenuhi lubuk hatinya, tetapi rasa takut juga datang menghantui—seperti hantu.

Gadis itu tentu merasa senang karena setelah sekian lama dia dirundung, akhirnya ada seseorang yang menolong dirinya dari perundungan itu.

Tetapi di satu sisi, fakta bahwa Tari mengetahui dia telah menyakiti dirinya sendiri juga bukanlah hal baik.

Takut jika hal tersebut menyebar, hingga satu sekolah mengetahuinya. Tidak ingin menambah kecaman yang lebih banyak, pedas, dan menyakitkan lagi.

"Bagaimana ini?" Gadis itu kepada dirinya sendiri. Dia selalu tidak menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang dilontarkannya.

Gadis itu melangkahkan kedua kakinya ke depan kaca lemarinya. Memandang dan membandingkan dirinya sendiri sudah menjadi kebiasaan menyakitkannya.

Dahulu, dia merasa menjadi orang yang paling beruntung. Saat ini, dia merasa sebaliknya. Kesialan selalu saja datang dan menimpanya. Seolah tak mau lepas, atau pun mencari mangsa lain.

Dahulu, sebelum ibunya mendapat pekerjaan besar, dia merasa memiliki orang yang menyayanginya. Saat ini, keadaan sudah tidak seperti itu lagi.

Bukan maksud tidak menginginkan ibunya mendapatkan pekerjaan besar. Hanya saja, dia kehilangan sosok ibu.

Tangan kanannya yang bergetar, berusaha memegang kaca lemarinya. Ada dirinya di sana. Sosok diri yang selalu dia sakiti.

Tetapi, bola matanya juga menangkap sesosok gadis seusianya dengan mata belo yang memakai baju basket. Ditambah, gadis itu juga tersenyum kepadanya.

"Laudya?" tanya Neysia.

Gadis itu menggeleng dan memejamkan matanya. Isakan lagi-lagi terdengar, juga lubuk hati yang seakan berjerit kesakitan dan meminta pertolongan.

Laudya udah enggak ada, batinnya.

Satu kalimat itu diucapkan berulang kali di dalam batinnya. Menyadarkan dirinya yang telah menyebabkan sahabatnya seperti itu. Pembawa sial untuk orang-orang yang berada di dekatnya.

Neysia memilih meraih buku yang sudah seperti menjadi temannya. Gadis itu membuka halamannya dan membaca kata demi kata yang dia tulis sendiri.

Dua kata yang ingin kuucapkan kepadamu, aku rindu. Memang hanya sebatas dua kata, namun, memiliki arti mendalam. Tercabang oleh berbagai momen yang telah terangkai, seiring berjalannya waktu.

La FragilitéWhere stories live. Discover now