1 • 『Côté Terrible』

2.2K 130 112
                                    

Sisi yang mengerikan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sisi yang mengerikan.

CANDA tawa dan kebahagiaan memenuhi kamar bernuasa pink tersebut. Tidak ada tersirat kesedihan ataupun terbesit di dalam benaknya, bahwa perpisahan akan menghampiri sebentar lagi.

Gadis dengan ciri khas rambut hitam lurus dan tak bisa dibentuk itu menempelkan jari telunjuk di depan bibirnya. Sementara padangan mata sipitnya, masih terkunci dengan layar laptop di depannya.

Sebuah tangan dengan niat menganggu dan dilanjuti tawa yang terpingkal-pingkal, lagi-lagi kembali berhasil memecahkan konsentrasi yang sudah terkumpul.

Matanya yang sipit membulat. "Tolong, ya! Aku lagi menonton film Train to Busan! Lihat tuh, perempuan yang tiba-tiba naik ke kereta menuju Busan itu, sebentar lagi akan menjadi zombie!"

"Alay, ah! Lebay," cibirnya lalu menenggelamkan wajah ke guling yang berada di pelukannya sedari tadi.

Neysia memilih menyerucutkan bibir dan tidak membalas ucapan sahabatnya. Gadis bermata sipit karena lahir di keturunan Tionghoa itu memang selalu menyukai film-film yang diberikan oleh sahabatnya, Laudya.

Neysia dan Laudya memang berbeda seratus delapan puluh derajat. Jika Neysia terbilang pandai dalam pelajaran tetapi tidak dalam olahraga, Laudya justru sebaliknya. Jika Neysia memiliki mata sipit dan kulit putih, maka Laudya memiliki mata belo dan kulit berwarna sawo matang.

Dalam hal hobi juga demikian. Neysia suka membaca novel-novel tebal, tetapi untuk membaca tiga belas halaman saja dibutuhkan waktu satu bulan untuk Laudya.

Kata pepatah, perbedaan bukan menjadi penghalang. Walau di awal, perbedaan akan menjadi hal yang menyulitkan.

Tentu, karena menimbulkan banyak pertentangan. Dilanjuti rintangan, dan dibumbui rasa egois, marah, kecewa, juga ketidak inginan untuk saling memahami satu sama lain yang dapat muncul dan menghentikan segalanya pada saat itu juga.

"DOR!"

"LAUDYA GAGAL MOVE ON!"

Laudya mengacak-acak rambut Neysia seraya tidak terima dengan latah sahabatnya. "Ngomong apa, heh?!"

Neysia menjulurkan lidahnya seraya berkata, "Aku latah, bukan mengejek kamu. Kalau memang merasa, itu derita! Wle!"

Serangan klitikan datang dari Laudya. Sahabatnya itu memang menjadi orang yang gelian. Dipegang lehernya saja, sudah akan menutupi lehernya lalu lari menghindari.

"LAUDYA! HAHAHA ASTAGA TUHAN! ADUH ADUH! ENGGAK LAGI, KOK! HAHAHA!"

Kini, giliran Laudya yang menjulurkan lidahnya ke sahabatnya. "Mampus, rasain!"

Neysia menggeleng. "Berhenti dong, aku mohon nih sama kamu! HAHAHAHA! ADUHH! Kapan lagi aku mohon sama kamu HAHAHA! UDAH DONG IH!"

"Tidak semudah itu, Ferguso." Gadis bersuku batak itu tertawa pelan. Menjahili Neysia, sudah menjadi kebiasaannya.

La FragilitéWhere stories live. Discover now