2 •『Côté Des Mensonges』

804 77 61
                                    

Sisi kebohongan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sisi kebohongan.

SEPERTI pada malam-malam sebelumnya, suasana di club malam ini dipadati banyak orang. Tentu, mereka ingin menikmati dentuman musik yang dimainkan oleh DJ.

"Stohchnaya," ucapnya singkat.

Bartender di hadapannya mengangguk paham. Stohchnaya merupakan salah satu merk vodka yang lumayan banyak disukai oleh pengunjung di bar—termasuk Danial Arsalan Putra Syahreza.

Pandangannya menjelajah ke sana kemari. Ia dapat melihat kerumunan orang yang menggerakan badannya mengikuti dentuman musik yang keras.

Bagi orang awam dan penyuka keheningan, musik tersebut mungkin dianggap sebagai penggangu. Membuat gendang telinga mereka pecah.

Sesekali, dia melirik jam tangan berwarna hitam yang melingkar di tangannya. Setiap lirikan itulah terdengar helaan napas. Jarum jam menunjukkan pukul satu malam. Bagi Nial, detik demi detik berlalu begitu lamban.

Bartender yang membuat pesanan Nial menyerahkan segelas vodka. "Ini."

Gelas berisi vodka sudah berada di depan mata. Minuman yang mempunyai kadar akohol tinggi—sekitar tiga puluh lima persen sampai enam puluh persen.

Memiliki arti nama anak laki-laki yang pemberani layaknya singa dan sayang menyayangi keluarganya, ternyata tak membuat karakter Nial seratus persen seperti itu juga.

Nial rela menghabiskan berlembar-lembar uang untuk menikmati berbagai minuman di bar. Asal semua itu bisa membuat Nial melupakan berbagai permasalahan di hidupnya.

Permasalahan yang membuatnya selalu keheranan, mengapa harus diberikan kepadanya? Mengapa tidak orang lain?

Nial memejamkan matanya. Walaupun dirinya sedang duduk di bar, tetapi pikirannya melayang di tempat lain. Tepatnya, tempat yang dia kunjungi beberapa saat yang lalu.

Ny. Daniella: Hari ini Oma meminta saya, kamu, dan Papa kamu buat datang ke acara keluarga besar seperti biasa. Jam tujuh malam.

Sama seperti sebelum-sebelumnya, seseorang seperti Daniella tidak akan pernah mengirimkan pesan jika tidak penting-sekalipun ke anaknya sendiri.

Tidak pernah ada pesan berisikan menanyakan kabar putra semata wayangnya itu. Apalagi pesan-pesan yang berisikan perhatian dari seorang ibu kepada anaknya, sama sekali tidak ada.

Banyak pertanyaan yang bermunculan di otak kecilnya-ingin dia dapatkan jawabannya selama bertahun-tahun.

"Kamu memang tidak bisa melakukannya sendiri? Belajar mandiri mulai sekarang, atau minta dengan Mama saya. Saya sedang sibuk, jangan telepon saya lagi."

La FragilitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang