15 •『Il Est Différent』

414 39 12
                                    

Dia berbeda

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia berbeda.



KEADAAN kelas XII IPA 12 sedang sepi sunyi. Anak-anak kelas tersebut memilih untuk menghabiskan waktu istirahatnya dengan berada di kantin atau lapangan.

Hanya tersisa Neysia. Untuk sementara waktu, gadis itu tidak mau keluar kelas jika itu bukan urusan yang mendesak.

Ditatap terus-menerus oleh anak-anak di kelasnya membuat Neysia berpikir itu semua lebih dari cukup. Apalagi jika gadis itu pergi ke kantin atau lapangan, akan mendapatkan tatapan lebih banyak lagi.

"HAI, TERISYA!"

Yana tiba-tiba saja masuk dan menyapa Neysia. Gadis yang disapa Yana malah mengedarkan pandangan ke sekeliling kelasnya, berusaha mencari orang lain selain dirinya.

"Aku?" tanya Neysia dengan polos. Ini semua dikarenakan nama sapaan yang digunakan oleh Yana. Gadis itu memiliki kebiasaan mengubah nama orang lain.

"Omo! Selama ini kamu nggak tau? 'Kan nama kamu Terisya." Yana duduk di salah satu bangku di depan Neysia.

Gadis bersuku Tionghoa itu mulai merasa canggung. "Ma ... Maaf. Nama aku Neysia, bu ... bukan Te ... Terisya."

Yana menatap Neysia dengan lamat. Gadis itu merasa kebingungan mengapa lawan bicaranya terbata-bata saat berbicara.

Menyadari hal tersebut, Neysia memilih untuk menunduk. "A ... aku tidak terbiasa."

Lawan bicara Neysia mengangguk paham, memaklumi. Tidak semua orang memiliki kepribadian yang sama seperti dirinya.

"A ... ada apa, ya?"

"Kamu nggak tau? Nial memintaku untuk merubah sedikit penampilan kamu. Untung dia mintanya untuk kamu, kalau untuk dia, nggak mau!" Yana berbicara dengan berapi-api.

Merasa tidak enak untuk menolak permintaan Yana, Neysia memilih mengangguk dan membiarkan gadis itu merubah sedikit penampilannya.

Gadis bersuku Tionghoa itu tenggelam dalam lamunannya sendiri. Terlebih, percakapkan antara Nial dan teman-temannya tadi pagi.

Percakapan itu tetap dapat didengar oleh Neysia walau sudah menciptakan jarak yang lebih besar. Percakapan tersebut seringkali terputar di pikirannya.

Mengakibatkan munculnya banyak pertanyaan di benaknya. Pertanyaan yang tidak dapat dia temukan jawabannya, walau hanya sekadar menanyakan.

La FragilitéTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang