Rei menyetujuinya kemudian mengakhiri pembicaraan telfon itu. Setelahnya, ia keluar dari kamar menuju teras depan. Duduk di bangku yang disediakan di sana sambil menikmati angin malam yang cukup dingin.

Tanpa undangan, tante Mira duduk di bangku sebelah Rei yang dibatasi meja bundar. Rei tidak mengucap apapun untuk memulai pembicaraan. Tapi Mira yang lebih dulu bergerak.

"Kamu marah sama mama kamu, Rei?" tanya Mira pelan.

Rei sejujurnya tidak ingin menjawab. Tapi gadis itu masih ingin terlihat sopan di depan teman mamanya. Ia hanya tak ingin orang lain menganggap mamanya buruk dalam mendidiknya. Kalaupun itu iya.

"Sedikit," jawab Rei.

"Rei, kamu harus tau, mama kamu bener-bener sayang sama kamu," ungkap Mira.

Rei menatap tante Mira. Mencari kebenaran dari ketulusan ucapan itu. Kalaupun itu iya, Rei memakluminnya karena gadis itu memang anak dari mamanya.

"Apapun yang dia lakukan, itu semua untuk kebaikan kamu," tambah Mira.

Mendengar ucapan itu. Rei jadi mengingat cerita dari mamanya. Alasan kenapa mereka berpisah dan mamanya tak pernah menjenguknya. Alasan kenapa mamanya tidak ada di pemakaman papanya saat itu.

Karena memang semua itu tentang rahasia.

Kesalahpahamanan Rei bermulai dari rahasia. Cerita yang belum sempat diketahuinya. Dan ketika apa yang dipertanyakannya terjawab, jawaban itu benar-benar meluluhkan rasa marahnya, yang diputar menjadi rasa bersalah.

Bersalah karena menyalahkan orang yang sebenarnya tidak salah.

"Sebenarnya, rasa marah itu bermula dari rasa sayang. Karena aku gak mau mama ninggalin aku lagi, makannya aku marah kalau dia tiba-tiba pergi begini," timpal Rei akhirnya berbicara.

Tante Mira sedikit terkejut mendengar pernyataan Rei. Wajahnya berubah sedikit khawatir dan terlihat iba. Rei menangkapnya sebagai respon dari wanita yang menyesal tidak memiliki anak atau bahkan menikah.

"Rei. Tante itu seumuran mama kamu, punya sejuta pengalaman yang jauh lebih banyak dari kamu. Dan fakta-fakta yang tante pelajari selama ini, tentang sebuah kehidupan, tentang sebuah perpisahan juga," ujar Mira.

"Kehidupan adalah dimana kamu dipertemukan tapi kemudian dipisahkan. Semua hanya sementara Rei. Bertemu satu orang dengan orang lainnya, kamu menjumpai lebih dari satu juta wajah di dunia. Dan semua itu hanya sementara. Kamu mengenal seseorang, berteman, atau bahkan jatuh cinta, semua itu bisa hanya jadi sebentar. Sementara. Untuk mengisi kehidupanmu agar lebih berwarna," tambahnya.

"Lantas. Kenapa harus berganti-ganti, kenapa harus sementara?" tanya Rei.

"Kamu pasti tau kan Rei, kalau tembok yang baru dicat awalnya terlihat indah dan menarik. Namun seiring berjalannya waktu, menjadi kusam dan perlu pengecetan lagi. Hidup kita seperti itu Rei, manusia punya sejuta tembok yang tiap waktu perlu perubahan. Karena itu kehidupan selalu berjalan, karena kita selalu membawa perubahan," jawab tante Mira.

Rei memahami kalimat bijak yang keluar dari tante Mira. Yang ternyata hebat untuk berbicara dan menangkan perasaan Rei. Memberikan quotes yang menyentuh perasaannya.

Di tengah keheningan dan pemahaman Rei terhadap kata-kata itu lebih dalam, gerbang rumahnya terbuka. Menimbulkan suara yang membuat Rei dan tante Mira serentak menatap ke arah sama.

"Rei!" Bety menyeru setelah melihat wajah Rei di balik gerbang yang tadinya tertutup.

Rei tersenyum kemudian berdiri.

Tiga Belas [COMPLETED]Where stories live. Discover now