03. Sarapan?

589 130 110
                                    

Dengan diseret Azka akhirnya Fei sampai diruang kelasnya yang berada dilantai dua tersebut.

“Ka, gue cape,” keluh Fei yang baru sampai di depan mejanya.

“Kalau cape ya istirahat. Apa susahnya sih?” sewot Azka.

Kenapa dia yang cape? Harusnya kan Azka karena dia yang menyeret Fei dari lantai bawah sampai naik kelantai dua tadi. Ada-ada saja Fei ini.

Tapi ini kan Fei, jadi tidak perlu di anggap aneh lagi!

Fei memajukan bibirnya. Dasar Azka tidak peka!

“Ka, lepasin tas gue dong. Gue males!” pinta Fei saat ia sudah duduk dibangkunya dengan kepala yang ia tempelkan ke atas meja.

“Lepas sendiri!" balas Azka.

“Lo aja, gue males!” desak Fei. Pokoknya setiap permintaan Fei harus dituruti Azka. Ia benar-benar malas pagi ini.

Mau tidak mau akhirnya Azka melepaskan tas Fei dari pundaknya dan meletakkannya di atas kursinya. Setelah itu ia duduk ditempatnya, mengambil buku dan mulai membacanya.

Ya, Azka memang siswa yang rajin dan pintar. Ia memiliki segudang prestasi di bidang akademik dan non-akademik. Sangat berbanding terbalik dengan Fei yang bahkan terlalu malas untuk sekedar bangun dari tempat tidurnya.

“Azka ... gue haus. Ambilin botol minum yang ada di tas gue,” rengek Fei dari tempatnya.

Azka mendelik. Ia baru saja membuka bukunya dan sekarang harus mengambilkan botol minum Fei dari tasnya yang padahal berjarak sangat dekat dengan empunya.

“Ambil sendiri,” kata Azka tanpa menoleh ke arah Fei.

“Gue males.”

Azka menghembuskan napasnya kasar, ia harus sabar. Dengan Fei ia harus ekstra sabar. Super extra sabar.

Ia kemudian berdiri lalu mengambil tas Fei, membukanya, mengambilkan botol minum tersebut lalu menyerahkan botol tersebut pada Fei.

“Nih, buruan minum. Nanti lo minta gue simpenin lagi kan kedalam tas.”

Fei menyengir menyambut botol minumnya, tapi cengiran itu seketika berubah ketika melihat botol itu tutupnya belum dibukakan Azka.

“Ka, gimana caranya gue minum kalau tutupnya belum lo bukain?”

Dasar Fei tidak tahu diri. Sudah diberi hati malah minta jantung! Membuka tutup botol sendiri apa susahnya sih?

Tapi Fei memang seperti ini dan Azka sudah terbiasa dengan sikap Fei jadi ia masih berbaik hati dengan mengambil kembali botol yang tadi ia berikan ke Fei dan membukakan tutupnya kemudian diserahkannya kembali agar Fei segera minum dan ia bisa kembali kepada urusannya.

“Nih," Fei mengembalikan botolnya yang langsung disimpan Azka kedalam tas Fei.

Baru saja Azka ingin kembali ke mejanya, Fei meraih pergelangan tangan Azka dan berkata, “Ka, tadi gue males sarapan dan sekarang gue laper.”

“Gue kira lo nggak bisa makan,” sarkas Azka dengan seringai kecilnya. Tapi kemudian ia segera mengambilkan kotak bekal dari tasnya. Titipan Mama Fei karena Fei memang sangat jarang makan pagi dirumah.

Fei segera menyambut kotak bekal tersebut dan membukanya. Isinya sama seperti biasa. Menu kesukaan Fei, nasi goreng sosis.

Fei menatap Azka dengan cengiran. Azka sudah yakin Fei ingin meminta sesuatu darinya.

Dan benar saja, "Ka, gue males nyuap sendiri. Lo suapin yah," pinta Fei dengan manisnya.

Cukup. Azka sudah cukup dengan permintaan-permintaan Fei pagi ini.

Ia tidak ingin meladeni setiap permintaan Fei karena jika begini terus Fei tidak akan bisa apa-apa selamanya tanpa Azka.

Tapi Azka sadar, sudah tanggung jawab nya untuk mengurus Fei. Karena itu sekali lagi ia harus sabar. Ia harus ekstra sabar. Super extra sabar.

“Iya, gue suapin. Makannya buruan, keburu bel nanti,” peringat Azka sabar. Ia tak mau berdebat lagi pagi ini.

Dan setelah itu, dengan telaten Azka menyuapi Fei sarapannya sambil sesekali menyuapi dirinya sendiri.

Dan kejadian itu disaksikan oleh teman sekelas mereka!

To be continued ....

---

Terima kasih karena telah membaca cerita Fei ♥️

Jangan lupa tekan tanda bintang di pojok kiri bawah, ya Feiders 🌟

Salam Ranisa ♥️

(Revisi 050620)

Change My Lazy Girl (Tamat)Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon