38. Hilang

131 19 2
                                    

Terlambat!

Pintu itu sudah terbuka dan kini seseorang sudah berdiri di depan Fei.

Tapi dia bukan Azka!

Mana Azka?

“Eh, ada Fei, masuk sayang,” sambut suara lembut dari wanita yang menyambut Fei. Dia mamanya Azka.

Fei mengangguk, dia masuk ke rumah besar tersebut. Rumahnya masih sama seperti terakhir kali Fei kesana. Fei duduk di sofa besar di ruang tamu rumah tersebut sementara Mama Azka menyuruh seorang asisten rumah tangga untuk membuatkan minum.

“Fei sayang, sini deh duduk disamping Tante,” kata Mama Azka sambil menepuk-nepuk tempat kosong disebelahnya.

Fei menurut. Ia duduk disebelah mamanya Azka. Matanya masih menjelajah mencari keberadaan Azka dirumah besar tersebut.

Tak lama kemudian asisten rumah tangga mengantarkan minuman beserta cemilan dan Mama Azka mempersilakan Fei untuk menikmatinya.

Fei mengambil gelas yang berisi es jeruk kemudian meminumnya sedikit. Ia mulai merasa gelisah.

“Tante,” panggil Fei.

“Kenapa, Sayang?” Mama Azka menatap Fei sembari tersenyum.

“Azka mana?” tanya Fei ragu-ragu.

Raut wajah mamanya Azka tiba-tiba berubah, ada sedikit kesedihan terpancar diwajahnya. “Azka gak bilang sama kamu, sayang?” tanyanya lembut.

Fei bingung. Bilang apa? Apa kemarin itu Azka mengatakan sesuatu kepadanya?

Fei menggeleng, “Azka nggak ada bilang apa-apa, Tante.”

Mama Azka tersenyum, kemudian mengusap rambut Fei sayang. “Azkanya udah pergi, dia ikut papanya ke Jerman buat bantu ngurus perusahaan disana, lagi ada masalah.”

Seketika mata Fei membulat. Lalu butir-butir air mata turun dari setiap sudut mata Fei.

“Maafin Azka, ya sayang. Mungkin dia gak sanggup buat bilang ke kamu makanya dia pergi tanpa bilang-bilang.” Mama Azka berusaha memberikan pengertian pada Fei.

Tapi sepertinya sudah sia-sia. Fei sudah menangis. Ia tak kuasa menahan tangisnya saat tahu kalau Azka juga meninggalkannya.

“Kok Azka tega sih ninggalin Fei, Tante?” kata Fei disela-sela tangisnya.

Mama Fei menarik Fei kepelukannya, mengusap-usap bahunya pelan berharap itu bisa sedikit menenangkan Fei.

“Fei sayang, Fei tahu kan kalau Azka itu sayang banget sama Fei?” Fei mengangguk. Ia jelas tahu seberapa besar kasih sayang yang Azka berikan kepadanya sejak insiden itu terjadi. “Azka juga pasti sedih karena pisah sama Fei. Tapi, Azka harus bantu papanya di Jerman. Dia juga punya tanggung jawab lain yang harus dia penuhi, sayang.”

Fei kian terisak. Ia mungkin terlalu egois jika menginginkan Azka hanya untuk dirinya sendiri selamanya. Ia mungkin lupa kalau Azka juga punya tanggung jawab lain. Sebagai penerus dari perusahaan keluarganya, jelas Azka harus belajar sedini mungkin.

Dan sekarang. Setelah kenyataan itu menampar dirinya, ia dipaksa harus bisa mengerti dan ia memang harus bisa mengerti hal tersebut. Ia tidak boleh selamanya egois. Karena Azka bukan hanya untuk dirinya.

---

Siap dengan cerita baru?

Jangan lupa follow Ig ku, ranisa_chan disana aku bakal usahakan update tentang works aku.

Salam Ranisa :)

Change My Lazy Girl (Tamat)Where stories live. Discover now