04. Istirahat

495 117 74
                                    

“Astagaaa, gue hampir mati tadi dikelas, Azka!” ceracau Fei.

Bel istirahat baru saja berbunyi dan kini mereka sudah ada dikantin. Katanya Fei ingin melihat Azka makan bakso hari ini.

“Gue ngantri bentar ya, lo cariin tempat buat kita,” pinta Azka yang dibalasi anggukan oleh Fei.

Fei menatap sekelilingnya. Kantin yang khusus untuk kelas XII ini belum terlalu ramai. Ia terlalu malas untuk berjalan mencari tempat duduk seperti permintaan Azka tadi dan akhirnya ia memilih untuk berjongkok ditempatnya tadi berdiri.

Fei tidak peduli dengan siswa-siswa lain yang lewat dan memperhatikannya. Ia terlalu malas untuk peduli.

Setelah beberapa menit Azka kembali dengan satu nampan berisi bakso dan es jeruk ditangannya. Ia sudah menduga kalau Fei tidak akan mencari tempat untuk mereka dan hanya ada diam ditempatnya ditinggalkan tadi.

Dan tepat seperti dugaannya.

“Woy, berdiri! Ikut gue!” titah Azka sambil mengangkat dagunya menunjuk suatu arah.

Fei menurut, ia memegangi baju putih Azka dan mengikuti setiap langkah cowok itu mencari tempat yang masih kosong.

“Lo kan tadi gue suruh nyari tempat, kenapa malah bengong disana?” Azka memulai penghakimannya.

Fei sudah biasa diomeli Azka. Ia tidak peduli sehingga setiap kata-kata yang ia dengar dari Azka dan hanya akan masuk telinga kanan dan keluar telinga kiri. Sama sekali tidak berguna bagi Fei. Tapi ia tahu kalau ia harus membela diri.

“Gue takut Azka, gimana kalau gue nanti jalan entar gue kepisah sama lo dan lo gak nemuin gue?” Fei memulai, “gimana kalau nanti gue diculik terus gue diapa-apain?-”

Belum selesai Fei berbicara, Azka sudah memotongnya, “mana ada kali yang pengen nyulik lo yang kurus kerempeng kayak tikar gitu. Nggak minat orang buat ngapa-ngapai lo," sarkas Azka tak berperasaan.

“Iya sih, tapi kan-”

“Udah diem, lo makan aja sana!”

Fei mengangguk, ia mengambil es jeruk yang dibawakan Azka dan mulai meminumnya perlahan.

“Lo nggak makan?” tanya Azka saat melihat Fei sama sekali tidak menyentuh mangkok bakso miliknya padahal milik Azka sudah hampir habis setengahnya.

“Kan gue bilang cuma pengen liat lo makan bakso. Gue males makan,” balas Fei mengingatkan.

Harusnya Azka sudah menebaknya. Tak mau berdebat karena ini waktunya istirahat, Azka mengambil mangkok bakso Fei dan menyuapkannya pada Fei.

"Buka mulut lo, bego!" sengit Azka karena gadis itu sama sekali tidak membuka mulut saat Azka menyuapkan mie dan kuah bakso ke mulutnya.

Fei hanya menurut ketika Azka menyuapkannya seperti orang tua yang menyuapi anaknya.

Lagipula ia terlalu malas untuk menyuap makanan sendiri kedalam mulutnya sendiri. Jadi ia menurut saja disuapi Azka setiap kali makan. Itu hal yang biasa menurut Fei.

Tapi tidak bagi penghuni kantin kelas XII SMA Pelita. Meskipun sudah sering melihat Azka menyuapi Fei, tetap saja banyak siswa yang bersuit suit menggoda setiap kejadian itu berlangsung.

"Azka," panggil Fei sehabis mengunyah baksonya, ia kemudian menyesap es jeruknya.

Azka menaikkan sebelah alisnya, seolah bertanya 'apa?' kepada Fei.

"Gue cape ngunyah baksonya. Gue males. Lo kunyahin, yah," pinta Fei sambil tersenyum manis. Siapapun yang melihat senyuman itu pasti akan langsung menuruti permintaan Fei.

Tapi tidak dengan Azka! Ia sudah kebal dengan senyuman maut Fei itu.

Azka mendengus, "gak mau, bego! Gue kan cowok!" makinya.

"Ya, udah. Kalo gitu gue gak bakal anggep lo cowok, gimana?" sahut Fei dengan polosnya.

"Kalo lo gak anggep gue cowok, terus gue apa?" hardik Azka tidak sabar.

Fei nampak berpikir sejenak, "Gue ...," jedanya, "gue anggap lo sebagai cewek. Mulai sekarang bagi gue, Azka Arion itu cewek!" putus Fei tanpa merasa berdosa sama sekali.

Azka kehilangan kata-katanya. Matanya menatap mata Fei tak percaya. Ia merasa kalah untuk berdebat dengan Fei kali ini. Tapi ia tidak boleh kalah! Jiwa laki-laki nya bilang ia tidak boleh kalah!

"Fei, dengerin baik-baik, ya," kata Azka pelandengan penekanan di setiap katanya. "Gue itu cowok! Azka Arion itu cowok! Gue itu cowok, Fei!"

"Iya, gue tau lo itu cowok. Tapi kan karena lo cowok, lo jadi gak mau ngunyahin makanan buat gue, nah makanya sekarang gue anggep lo itu cewek. Gue males ngunyah sendiri Azka."

"Gue gak mau, bego!"

Kacau sudah acara makan di kantin mereka sekarang. Mereka sudah mulai berdebat dan perdebatan itu tidak akan selesai jika salah satu dari mereka tidak ada yang mau mengalah.

"Lah, kok lo gak mau? Lo ngeremehin cewek, ya? Lo nggak tau sama yang namanya emansipasi wanita, heh?"

"Gue tau! Tapi masa cuma buat ngunyahin lo makan aja gue dianggap lo cewek. Gue kan cowok, bego!" Azka benar-benar emosi berdebat dengan Fei.

"Kan tadi katanya karena lo cowok jadi lo nggak mau. Makanya gue anggep lo cewek, bego!"

"Elo yang bego!"

"Lo!"

Dan sekarang mereka memperdebatkan siapa diantara mereka yang bego beneran! Astaga!

Tanpa mereka sadari, waktu istirahat sudah habis dan mereka masih asyik berdebat.

Alhasil, mereka terlambat masuk kelas yang sialnya kelas mereka saat itu diisi oleh guru killer dan berujung mereka akhirnya dihukum mencabuti rumput dihalaman belakang sekolah.

"Ini semua salah lo, Azka bego!" rutuk Fei sambil tangannya bergerak mencabuti rumput.

"Elo yang salah, bego!" Azka tidak terima disalahkan.

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Lo!"

"Udah ah, gue cape, gue males! Lo aja yang selesain yah Azka, bye!" Dan tanpa dosa Fei meninggalkan Azka untuk mencabuti rumput sendirian.

To be continued ...

---

Terima kasih karena telah membaca cerita Fei ♥️

Jangan lupa tinggalkan jejak yah Feiders 🌟

Salam Ranisa ♥️

(Revisi 050620)

Change My Lazy Girl (Tamat)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora