Tidak Bisa Merelakannya

1.4K 96 5
                                    

Mereka terdiam selama perjalanan hingga akhirnya Edgar memulai pembicaraan, "Katakan padaku jika kau tidak benar-benar akan tinggal bersama mereka," pintanya.

"Apa yang salah dengan itu? Mereka menerimaku dengan tangan terbuka."
Ashera menatapnya bingung.

Sejenak Edgar terdiam dengan tatapan lurus ke depan.

Tentu saja itu salah. Sangat salah untuknya.

"Kau tidak akan menyukai tinggal di sana."

"Mengapa begitu? Aku rasa aku akan sangat menyukainya."

Suara ban berdecit terdengar nyaring setelah Ashera menyelesaikan kalimatnya. Beruntung ia memakai sabuk pengaman, jika tidak, pasti dahinya akan terbentur keras. Belum pulih dari kagetnya, kedua tangan memegang bahunya dan menghadapkannya pada Edgar.

"Kau harus sadar terhadap dirimu! Kau bisa saja menjadi beban untuk mereka!"

Ashera merasa perih di hatinya ketika mendengar perkataan pria itu, dia sebenarnya memang merasa bila dirinya hanya akan menjadi beban bagi mereka. Tetapi sebagian hatinya yang lain tak kuasa menolak karena itu seperti sesuatu yang diingkannnya sejak lama.

Edgar membeku ketika melihat iris abu-abu itu perlahan berkaca-kaca, ia menyesal karena telah mengeluarkan kalimat pedas beserta bentakan hanya agar Ashera berpikir ulang untuk tinggal bersama mereka. Tidak mengetahui harus berkata apa, tubuhnya condong ke depan untuk memeluk gadis itu, membisikkan kata maaf dengan kaku.

Ashera diam, tidak menanggapinya.

Edgar menghela napasnya pelan sebelum kembali mengemudi.

Perjalanan itu kembali hening. Ashera turun tanpa sepatah katapun ketika ia keluar dari mobil dengan wajah sendu.

Edgar hanya terdiam di tempat dengan mata yang mengawasi kepergiannya.

Tangannya perlahan meraba hatinya yang sakit, ia tidak mampu untuk melihat kesedihannya. Tidak bisakah ia egois untuk masalah ini? Ia ingin Ashera hanya miliknya. Sungguh, membirkan gadis itu bersama mereka sama saja seperti merelakannya. Ia adalah pemimpin di salah satu kerajaan di dunia lain yang mana membuatnya tidak bisa berdiam diri di bumi dalam waktu yang lama.

Kedua mata Edgar terpejam, dirinya tampak frustrasi dan menyedihkan.

***

Di lain tempat.

Ruga keluar dari rumah besar itu dengan perasaan dongkol.

Mobilnya dicuri! Sialan.

Ia mengetik sesuatu di ponselnya hingga beberapa menit kemudian sebuah taksi menghampiri. Sebenarnya ia ingin menemui Ashera, tetapi dipikirnya pria sialan itu pasti sedang membawa Ashera pergi ke suatu tempat entah di mana.

Tangannya terkepal menyadari kemungkinan untuk mendapatkan Ashera semakin kecil. Setiap ingin bertemu Ashera, selalu saja keberadaan pria itu menghalanginya. Tetapi ia tidak akan menyerah begitu saja. Ashera terlalu cantik untuk dilewatkan.

Disebutnya alamat yang ditujunya tanpa keraguan, kemudian menyandarkan tubuhnya santai dengan mata terpejam.

Beberapa saat kemudian, laju mobil perlahan berhenti. Kelopak matanya terbuka dan keluar setelah memberi beberapa lembar uang pada supir taksi.

"Ada yang bisa saya bantu, Tuan?" tanya seorang wanita ramah kepada Ruga yang memasuki toko.

"Saya mencari binatang yang lucu dan mahal untuk mengambil hati seorang gadis," ujar Ruga sambil berlalu dan melihat sekeliling ruangan yang dipenuhi banyak kandang dengan hewan di dalamnya.

Sang pegawai tersenyum. "Tentu, kami memiliki banyak."

"Kami baru saja mendapat anjing kecil berjenis The Cavalier King Charles Spaniel. Mungkin Anda tertarik untuk melihatnya?"

Ruga yang berjalan di depannya hanya diam sambil berfokus pada tiap binatang yang dilihatnya, mengabaikan pegawai itu.

"Ada juga kucing menggemaskan dengan telinga terlipat dari Skotlandia, Scotish Fold. Kucing Persia juga menjadi pilihan tepat untuk dipelihara di rumah dengan sifatnya yang tenang dan mudah beradaptasi."

"Itu."

"Ya, Tuan?" Sang pegawai menghentikan ocehannya dan melihat apa yang ditunjuk oleh pria tampan ini.

Pegawai itu sempat terbengong beberapa saat sebelum menjawabnya,
"o-ohh! Itu Ball Python yang dikenal sebagai ular peliharaan karena sifatnya yang jinak."

"Aku rasa Ashera akan menyukainya."

'Apa ia serius ingin mengambil hati seorang gadis dengan binatang ini?' pikir pegawai itu sedikit linglung.

"Aku ingin itu dan masukkan pada kandang yang telah dihias agar terlihat semakin lucu dan menarik untuk gadisku."

'Lucu?' ok.

"Baik, Tuan."

***

"Apa itu?" gumam Ashera penasaran saat melihat sebuah kotak berukuran besar di depan pintu kaca toko. Rasa penasarannya semakin meningkat karena menemukan sebuah kartu di atas kotak. Kartu itu bertuliskan untuk dirinya, tetapi tidak ada nama pengirim.

Dibukanya dengan hati-hati kotak yang terbungkus kertas warna itu.

"Hwaaaa! Siapa orang terkutuk yang meletakkan seekor ular berpita dalam sebuah kandang konyol!!! Sialan, aku benar-benar akan mempitakan leher orang yang telah berusaha menakutiku!"

Ashera memandang binatang itu ngeri kemudian berlari ke dalam toko.

Ruga dari kejauhan menegang kaku mendengarnya. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal dan berlalu pergi dengan tangan memegang lehernya. Padahal ia pikir Ashera akan menyukainya dan penasaran siapa yang mengirimi hadiah istimewa itu.

***

See youu, lagi dikit menuju chapter akhir nih. Jan lupa vote. Thank you sayangkuh semuanyaa.

oh ya, saya akhir-akhir ini juga sedang mempelajari digital art dan sudah mulai mengeluarkan project digital art yang berjudul "Shining Dust". Suatu hari nanti, saya juga berharap dapat membuat illustrasi atau animasi dari novel saya, tapi itu perlu waktu yang banyak untuk mengerjakannya huhu. Jika kalian menyukai art atau cerita bergambar, bisa ikuti akun instagram saya ya yang bernama chrysanpetals_ Itu akun lumayan random sih, ada tentang kebunnya juga hehehe. Nanti bisa DM saya untuk meminta follback dan memperkenalkan diri sebagai salah satu pembaca saya di sini. Kalau kalian mau kenalan juga bisa kok, jangan sungkan. Saya senang memiliki teman apalagi jika ada pembaca cerita saya yang ingin berteman. I love you guysss.

Ashera ✔️Where stories live. Discover now