Pegawai Baru Lainnya?

1.4K 120 4
                                    

Banyak pasang mata menyorot memuja pada pria bertampang datar yang sedang membawa nampan.

Kumpulan para gadis sesekali memekik tertahan, bahkan beberapa dari mereka terang-terangan menggoda pria itu.

Sedangkan yang digoda hanya diam saja, mengabaikan lingkungan di sekitarnya dan hanya berfokus pada apa yang dilakukannya.

Badan kekar pria itu terbalut ketat dengan baju pelayannya. Langkahnya dengan pasti menuju sebuah meja. Ia tampak seperti seorang model yang dikelilingi penggemarnya.

"Jika aku adalah kau, sudah kuterkam para wanita itu," gumam Luci jengah ketika melihat pelanggan hari ini mayoritasnya adalah perempuan yang sibuk memperhatikan gerak-gerik Edgar.

Mata mereka terus memandangi objek indah tersebut sejak kedatangan mereka dan enggan untuk keluar toko.

Meja dan kursi yang tersedia bila para pelanggan ingin menikmati kudapan secara langsung terus terisi sejak pagi hari.

"Untuk apa?" Ashera yang berada di samping Luci bertanya bingung.

"Kau tidak cemburu melihat priamu dilihat dengan tatapan yang siap memangsanya?"

"Seperti kau tidak pernah saja melihatnya seperti itu," celetuk Mario yang mendengar percakapan mereka.

"Aku tidak!" bela Luci dengan wajah menahan malu.

Ashera menggeleng melihat kelakuan para temannya sebelum mendatangi Ruga yang telah duduk di salah satu meja yang baru saja kosong. "Hai, apa yang ingin kau pesan?" sapanya sembari bertanya.

Pria itu tiba-tiba saja terbatuk-batuk ketika matanya melihat kakak tirinya memakai seragam yang sama dengan Ashera. "Apa yang sedang dilakukannya?" geramnya.

Ashera yang mendengar dan mengikuti arah pandangnya segera menjawab, "Maksudmu Edgar? Ia sekarang bekerja di sini juga."

"Apa?!"

"Ya. Tunggu. Kau mengenalnya?"

"Hm, Kami hanya teman lama dulunya. Yang kutahu tentang dirinya adalah dia sangat licik. Kau harus sangat berhati-hati dengannya." Ruga menampilkan wajah serius.

"Benarkah?!" Ashera membelalakan matanya sangat kaget.

"Ya. Jauhi dia," pesan Ruga, menatap mata Ashera lembut. "Aku tidak ingin kau terluka karenanya."

"Satu ice latte macchiato," ujar Ruga kemudian yang hanya memesan minuman.

Ashera mengangguk kaku dan segera memberitahukan pesanan pria itu pada Luci dengan galau.

Kini tatapan Ashera beberapa kali melirik pria yang katanya adalah seseorang yang jahat. Tentu saja ia gelisah ketika mengetahui hal ini, takut Edgar memiliki niat buruk padanya.

Tetapi ia juga tidak yakin, bila dilihat Edgar tidak seperti penjahat, hanya saja memang perilakunya yang aneh.

Tubuhnya tersentak kaget saat Edgar menatapnya ketika ia sedang memperhatikan pria itu lama.

Cepat-cepat Ashera mengalihkan pandangan dan terkesiap mendengar gebrakan sebuah meja.

Mata gadis itu kini melihat Ruga sedang berdiri di depan meja kasir yang hari ini dijaga oleh Mario.

Ashera mendekat untuk mengetahui apa yang terjadi.

"Aku ingin bekerja di sini," desis Ruga menatap tajam Mario yang juga menatap tajam dirinya.

"Sudah kukatakan bila kami tidak sedang membuka lowongan untuk pegawai baru."

"Hei, apa yang terjadi?" sela Luci.

"Dia ingin bekerja di sini," beritahu Mario mengedikkan dagunya pada pria di depannya.

Luci tercengang mendengarnya, wajahnya berbinar tetapi beberapa saat kemudian berubah sedih, "Maaf, untuk masalah ini aku harus memberitahu Bibi Ami terlebih dahulu, apakah ia perlu untuk merekrut pegawai lagi atau tidak."

Sejujurnya ia tidak dapat membayangkan bila pria ini juga akan bekerja di sini, pasti akan semakin banyak pengunjung yang datang hanya untuk melihat 2 pria tampan dengan nampan mereka.

"Di mana aku bisa menemuinya?" tanya Ruga dengan arogan.

"Saat ini beliau sedang ada urusan, aku akan memberitahunya nanti dan kau bisa kembali ke sini besok untuk kabar selanjutnya."

"Ya.Kabarkan aku secepatnya!" ujarnya kesal. Ia tidak akan membiarkan pria itu kembali mendekati gadis incarannya, jadi ia akan memastikan keduanya tidak memiliki waktu untuk berduaan. Ia kemudian kembali ke tempat duduknya yang ternyata telah diambil oleh orang lain.

"Permisi Nona-nona, ini tempat dudukku sebelumnya," ujarnya ramah pada gadis-gadis.

Gadis-gadis tersebut dengan senang hati membiarkannya duduk bahkan menggodanya.

"Pergi," desis pria itu dingin tak ingin diganggu hingga membuat para gadis tersebut ketakutan padanya dan memilih pergi.

"Kau serius ingin bekerja di sini?" tanya Ashera tak percaya sembari meletakkan pesanannya.

"Ya," jawab Ruga dengan mantap.

"Aku akan kembali berbicara denganmu nanti," ujar ashera ketika ada pelanggan yang memangilnya.

Ruga mengernyit kesal. Setiap saatnya selalu saja ada yang mendatangi mejanya dan mencoba untuk mendekati ia yang sedang dalam amarahnya. Ditambah ia beberapa kali melihat Ashera dan pria itu berada di dalam dapur bersamaan.

"Pergi," kata ini terus diulang olehnya dengan raut wajah yang semakin suram saat para wanita mendatanginya.

Suasana di sekitarnya sangat mencekam akibat emosinya.

"Kakak!" pekik suatu suara yang manis pada pria itu.

Tampak gadis kecil berlari ke arahnya dengan senyum lebarnya dan poni yang melambai-lambai lembut akibat gerakannya.

"Hai," sapa Ruga tidak bisa tidak tersenyum pada gadis dengan mata bulat yang menatapnya bahagia.

Gadis itu mengulurkan kedua tangannya, meminta untuk digendong.

Ruga mengangkatnya dan mendudukkan di pangkuannya, "Kau sudah sarapan hm?"

Jenni mengangguk girang, "Sudah! Jenni tadi makan roti dan susu di rumah. Lezat sekali," beritahunya.

"Jenni dengan siapa kemari?"

"Itu." Gadis itu menunjuk pada Jovan dan wanita hamil yang tak lain adalah ibu Jovan.

***

Hii semua. Maaf baru nongol lagi 🥺 See you on the next chapter!

Ashera ✔️Where stories live. Discover now