9:Pergantian Pemimpin

2K 165 4
                                    

"Lily, perintahkan kepada lainnya untuk segera menyiapkan penyambutan pemimpin baru saat bulan purnama ini," perintah pengawal yang bernama Osca kepada Lily.

Osca adalah salah satu pengawal kepercayaan Pangeran Edgar yang baru saja balik dari menjalankan tugasnya di kerajaan lain. Ia memiliki keahlian ilmu pedang yang tidak bisa diremehkan. Wajahnya tampan ditambah dengan keramahannya. Tetapi ia akan berubah liar bila sedang menghadapi musuh.

"Baik. Aku akan menyampaikannya kepada mereka."

"Dan juga jangan lupa menyiapkan keperluan Pangeran Edgar untuk berkunjung ke negeri lain dalam waktu yang lama."

Ashera tanpa sengaja mendengar perbincangan itu ketika kebetulan melewati mereka, jadi ia bertanya, "Pangeran Edgar akan berkunjung ke negeri lain? Benarkah?" tanyanya dengan kaget kepada Lily.

"Kau bisa menjalankan tugasmu, biar aku yang berbicara pada anak ini," ujar Osca yang segera dipatuhi Lily.

"Apakah benar?" ulang Ashera tidak sabar.

"Ya, Anak Manis. Kau tentunya bisa menanyakannya langsung pada Pangeran Edgar untuk mengetahui kebenarannya," saran pria itu.

Ashera segera berlari ke ruangan kerja Pangeran Edgar, melupakan niatnya untuk mengambil makanan di dapur istana. Sang Penjaga yang memang sudah mengenalinya segera memperbolehkan gadis itu masuk.

Pria yang berada di dalam ruangan pribadinya itu menyadari kehadiran Ashera, ia menghentikan aktivitasnya sejenak dan meminta Ashera datang mendekat.

"Pangeran Edgar." Ashera berjalan ke arah Pangeran Edgar hingga berada di dekatnya. Suara lembut yang memanggil dengan nada sedih itu membuat Edgar mengerutkan kening.

"Ada apa?"

"Apakah benar bahwa Pangeran Edgar akan pergi ke negeri lain?"

Pria yang mendapat pertanyaan itu terdiam sebentar sebelum menjawabnya. "Ya."

"Apa aku boleh ikut bersamamu?" tanya Ashera dengan penuh harap. "

Edgar menatapnya lama sebelum menggeleng, "Tidak. Tempat yang aku kunjungi tidak bisa dimasuki oleh seseorang yang tidak mereka kenal baik."

"Jadi pangeran akan meninggalkanku di sini?" Suaranya bergetar dan air matanya mulai menggenang, mengaburkan pandangannya pada pria di hadapannya. "Aku mendengar bahwa pangeran akan pergi dalam waktu yang lama," protesnya.

"Ashera." Lengan panjang milik pria itu membawa tubuh mungil Ashera ke dalam pelukannya. "Pengawal kepercayaanku akan menjagamu selama aku tidak ada," ujarnya, menenangkannya sambil mengelus rambut pirang indah gadis itu.

"Berapa lama?" tanya Ashera disela isakannya.

"Aku tidak tahu berapa lama, tetapi yang pasti aku akan kembali ke sisimu."

Ashera semakin terisak ketika mendengarnya, ia memeluk pria itu erat. Dirinya merasa susah untuk berpisah lama dengan pria yang telah memperlakukannya dengan baik di kerajaan yang awalnya sangat asing ini untuknya.

"Tidak. Jangan menangis. Aku berjanji akan kembali," bujuk Pangeran Edgar sambil mengusap punggung Ashera menenangkan.

"Pangeran janji?" tanya Ashera, memastikan.

"Ya."

"Lalu bagaimana bila aku merindukan Pangeran Edgar?" tanyanya polos. Wajahnya yang memerah mendongak.

Edgar tersenyum lembut padanya, "Kau bisa mengunjungi kamarku ataupun ruangan pribadiku ini."

Ashera mengangguk mengerti dan kembali memeluknya. "Baiklah."

***

Di atas rerumputan yang beralaskan kain, Ashera duduk termenung di sisi Pangeran Kian yang menyisiri rambut boneka perempuannya. Anak laki-laki itu sesekali melirik pada temannya itu, ia telah mengetahui Ashera sedang bersedih karena pamannya akan pergi.

"Pangeran Kian, apa yang sedang kau lakukan?" tanya Ashera ketika merasakan anak laki-laki itu berada di belakangnya dan memegang rambutnya.

"Aku menata rambutmu yang berantakan. Apa kau ingin kalah cantik dari bonekaku?"

Ashera tersenyum, ia menoleh ke samping untuk melihat boneka milik Pangeran Kian. Pakaian boneka itu sangat cantik, pakaian putih berlengan renda yang dipadukan dengan rok panjang. Pakaian itu berhiaskan pita-pita merah kecil dan permata-permata merah.

"Dolin tampak seperti putri bangsawan," komentar Ashera takjub.

Pangeran Kian tidak menanggapinya, hanya fokus menata rambut Ashera. Ia juga menyematkan beberapa jepit permata di sana.

"Pangeran Kian, jepit itu" Ashera memanggilnya kaget ketika ia melihat jepit yang sangat indah itu melalui cermin.

"Aku memberikannya untukmu sebelum hal itu terjadi lagi." Anak laki-laki itu berujar dengan tatapan kosong sebelum akhirnya tersadar apa yang dibicarakannya. "Bagaiamana jika kita pergi menemui penata gaya Dolin dan membuat gaun cantik yang serupa untuk kalian di acara penobatan nanti?"

"Apakah boleh?" tanya Ahera dengan ragu.

"Tentu. Aku akan memanggilnya kemari." Anak itu mengirim pesan ke kerajaannya dan meminta sang penata gaya untuk datang ke Kerajaan Zovryn sekarang.

Tak lama, sesosok wanita mendekati mereka. Wanita itu mengenakan pakaian rok berwarna ungu berbentuk kelopak bunga lebar yang dilapisi tetesan-tetesan embun. Rambut panjang hitamnya tergulung membentuk corong yang berhiaskan bunga-bunga dan kupu-kupu yang berterbangan.

"Pangeran Kian, Saya telah membawa desan-desain pakaian terbaik saya. Jadi apakah gadis ini yang pangeran maksud di pesan itu?"

"Ya. Dia Ashera."

***

Segala persiapan telah dilakukan sesuai dengan rencana. Tepat hari ini terjadi gerhana bulan, dimana saat yang ditunggu untuk pergantian pemimpin Kerajaan Zovryn yang baru.

Sesosok pria berjubah hitam berdiri di tempat teratas. Ia menuangkan sedikit darahnya pada mahkota raja yang kemudian disematkan di kepalanya. Gemuruh sorakan terdengar dari para tamu yang hadir, bertanda menyambut pemimpin baru. Mereka serentak menunduk untuk memberi penghormatan.
Para pemimpin tinggi dan penyihir tingkat atas yang datang dalam acara itu mendatanginya dan memberi selamat.

Ashera dalam balutan gaunnya yang cantik berdiri sambil menyasikan segala rangkaian acara itu, ia tersenyum bahagia ketika melihat Pangeran Edgar telah menjadi pemimpin tertinggi di Kerajaan Zovryn, itu artinya ia harus lebih bersikap hormat.

Di sisinya ada Pangeran Kian yang sepanjang acara hanya mengikuti gadis itu. Di pelukannya ada boneka yang memakai gaun serupa seperti Ashera.

Ashera menunduk, sedikit pusing karena banyaknya sosok dalam ruangan besar ini. Tidak lama, sebuah telapak tangan besar mengusap wajahnya lembut.

"Lelah?" tanya Edgar khawatir yang dijawab dengan anggukan pelan oleh Ashera yang memerhatikan pria tampan itu dengan lekat.

Dalam sekejap mereka sudah berada di kamar Ashera, meninggalkan Pangeran Kian yang seketika menjadi cemberut.

"Beristirahatlah," saran Edgar sambil mengusap kepala gadis kecil yang tampak anggun dengan pakaiannya itu. Ia memanggil Lily untuk membantu Ashera membersihkan diri sebelum tidur.

Ashera terduduk di pinggir ranjangnya, kepalanya masih menunduk. "Yang Mulia Raja Edgar, kapan Yang Mulia akan memulai perjalanan ke negeri lain?" tanyanya pelan.

"Malam ini." Edgar mengatakannya dengan berat hati.

Setelahnya terjadi keheningan.

"Aku akan kembali, ingat itu," ujarnya lagi sembari berlutut membuat wajah keduanya sejajar. Diangkatnya wajah manis itu hingga menampakan mata sembab Ashera. Satu jarinya mengusap pipi Ashera yang basah.

"Sampai jumpa," bisiknya dan mencium dahi Ashera lama sebelum menghilang pergi.

Ashera terisak ketika ia tidak lagi merasakan kehadiran pria itu di sisinya. Ia menangis dan membenamkan kepalanya di bantal.

***

Ashera ✔️Where stories live. Discover now