19: Bumi

1.8K 152 8
                                    

Kedua mata yang terpejam itu perlahan terbuka, mengedip beberapa kali karena sinar bulan yang meneranginya. Gadis itu mengangkat tangannya yang gemetar, memegangi kepalanya yang pening. Ia merasa terbangun dari tidur panjangnya.

Ada air mata yang membekas di wajahnya. Yang ia rasakan saat ini hanyalah perasaan hampa, kesedihan dan kegelisahan.

Sosok yang terbaring itu mengubah posisinya menjadi duduk dan melihat keadaan sekitar dengan bingung, tak mengerti mengapa dirinya bisa berada di pinggir jalan yang gelap seperti ini. Hanya ada beberapa mobil yang melintasi jalan, sebagian toko-toko di tempat itu telah tutup.

Ia mendekati sebuah toko yang memiliki kaca besar untuk melihat bayangannya. Tampak seorang gadis berpakaian gaun panjang berwarna kuning lembut yang berwajah bengkak akibat menangis terlalu lama.

Sekilas kenangan masa kecilnya terlintas, menyadarkan ia sedang tepisah dengan keluarganya.

"Ibu... Ashton... kalian di mana?" lirihnya.

Ia merasa aneh sendiri ketika hanya bisa mengingat masa kecilnya dan bagaimana rupa saudara kembarnya ketika kanak-kanak saja sedangkan dirinya saat ini telah tumbuh dewasa, ia bahkan tidak mengetahui apa yang telah dialaminya kemarin. Bahkan ia juga asing berada di sini, seolah ini adalah dunia yang baru didatanginya.

"Apa yang terjadi padaku?" gumamnya frustrasi. Ia sungguh tidak mengetahui mengapa dirinya bisa berada dalam situasi membingungkan seperti ini. Memikirkannya membuat kepalanya berdenyut sakit.

Kegelapan di sekitar tempat itu membuatnya tak nyaman, jadi ia segera beranjak pergi. Langkahnya lunglai dengan perut lapar.

"Tinnnnn."

Tiba-tiba klakson mobil mengagetkannya hingga ia terjatuh dan membuat pakaiannya kotor.

Pemilik mobil turun dari mobilnya, bukan untuk menolong gadis yang terjatuh itu, tetapi untuk memakinya.

"Bagaimana bisa kau begitu bodoh hingga berjalan di tengah jalan," ujarnya sarkas.

Ashera tidak fokus mendengar perkataannya karena memandangi sesuatu di tangan pria itu. Aroma lezat tercium dari sana, membuatnya semakin lapar.

"Kau tuli? Aku sedang berbicara padam-" Merasa terabaikan, ia dengan geram menaikkan dagu gadis itu, tapi kalimatnya mendadak terhenti ketika melihat wajah yang dikenalinya.

"Apa pria itu sudah membuangmu sehingga kau berada di bumi lagi?" Pria itu mengamati wajah gadis itu lagi, untuk memastikan identitasnya.

"Apa yang kau katakan?" tanya Ashera, tak mengerti.

"Lupakan," kesal pria itu lalu beranjak kembali ke mobilnya hingga Ashera menahan lengannya.

"Bisa kau memberikan itu padaku?"

Pria itu menatapnya dengan alis terangkat, ia mengikuti arah pandang Ashera yang sedang melihat bungkusan makanan di genggamannya.

"Ini? Kau ingin ini? Apa pria itu benar-benar menelantarkanmu dan tak memberimu makan lagi?" tanyanya sinis tetapi Ashera hanya menatapnya dengan kepala miring dan mata yang berkedip-kedip bingung.

Ketika keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing, suara perut kelaparan terdengar di antara keheningan malam membuat Ashera cemberut.

"Ini." Pria itu segera menyerahkan makanan yang dipegangnya lalu segera memasuki mobil.

Dari dalam mobilnya, ia dapat melihat gadis itu memakan makanannya dengan rakus dan duduk di pinggir jalan dengan penampilan yang lusuh.

"Bagaimana gadis itu bisa berada di sini. Apakah Edgar tidak menginginkannya lagi," gumamnya, menatap Ashera yang dengan lahap memakan sisa makanannya. "Tetapi itu tidak ada urusannya denganku," lanjutnya, tak peduli.

Ashera ✔️Where stories live. Discover now