16 - Emang Takdir

1.5K 61 13
                                    

Gue nggak peduli gimana perasaan lo ke gue, yang penting gue mau buat lo bahagia karena gue. Cukup, itu aja.

-Zeela Gween Erlangga-

❄️❄️❄️

Seperti hari biasanya, pelajaran di dalam kelas begitu membosankan bagi Zee. Lihat saja sekarang, ia sedang membenamkan kepalanya pada kedua tangannya di atas meja padahal di depan ada guru yang sedang menjelaskan. Masih tersisa sekitar 15 menit lagi bel pulang akan berbunyi.

Pada jam istirahat pertama tadi ia tidak menemukan Gladys di kantin dan pada istirahat kedua ia memilih tidur di masjid sesudah sholat Dzuhur bersama para sahabatnya hingga akhirnya mereka harus kembali ke kelas karena ada guru yang masuk.

"Zee? Lo tidur?" tanya Bryan seraya melihat Zee yang tidak bersuara dari tadi.

"Nggak." jawab Zee yang menandakan bahwa ia tidak tidur. Ia kemudian mengangkat kepalanya dan menatap Bryan dengan tatapan melasnya.

"Lo kenapa natap gue kaya gitu?" tanya Bryan

"Gue bosen yan, ini kita kapan pulang nya sih."

Bryan melihat jam tangannya.

"Masih sekitar 7 menit lagi, bentar lagi kok." jawab Bryan, hingga akhirnya dia menyadari sesuatu yang membuatnya jengkel. "Btw, itu jam tangan lo apa gunanya sih? Percuma beli mahal-mahal kalo lo selalu nanya waktu sama gue." kesal Bryan karena Zee selalu menanyakan waktu padanya padahal ditangannya bertengger jam tangan mahal berwarna hitam.

"Yakan gue suka lupa." jawab Zee lalu kembali menenggelamkan wajahnya dibalik kedua lengannya yang membuat Bryan hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan sepupu sekaligus sahabatnya itu.

"Nanti lo latihan nggak?" tanya Bryan yang hanya dibalas gumaman oleh Zee.

"Btw, gimana perkembangan lo sama Gladys?"

Mendengar pertanyaan tersebut, Zee langsung mengangkat kepalanya dan menatap Bryan penuh tanda tanya.

"Lah, ngapain lo natap gue gitu amat?" tanya Bryan dengan muka kaget karena Zee tiba-tiba menatapnya seakan ia telah membuat dosa besar.

"Tau darimana lo?"

Bryan mengangkat sebelah alisnya sehingga ia menyadari sesuatu, "Oh, soal Gladys? Kemaren pas dirumah lo, gue liat lo senyum-senyum sendiri pas gue intip ternyata lo lagi chat-an sama Gladys. Lagi pun, pas di kantin lo kayanya tertarik sama tu cewek dan pas balik ke perpus lo juga lama banget, eh pas balik bawa hp cewek. Yaa.. Apa itu semua belum cukup buat jawab pertanyaan lo?" jelas Bryan panjang lebar seraya kembali bertanya pada Zee.

" Oh, gituu.." jawab Zee singkat seraya mengalihkan pandangannya. "Yagitu. Lo tau sendiri Gladys orangnya kaya gimana, mana bisa gampang dideketin gitu aja. Orang gue nanya sama dia dibales satu kata aja udah alhamdulillah." sambung Zee sambil menatap ke arah guru yang sedang menjelaskan materi di depan kelas dengan tatapan kosong.

"Lo yakin mau deketin dia? Kan lo bilang sendiri kalo dia susah dideketin." tanya Bryan pada Zee.

"Gue udah yakin, gue gamau berhenti tengah jalan. Lagipun saat gue liat dia atau pas dia nyuekin gue, gue malah makin penasaran sama dia." ucap Zee seraya menatap Bryan kembali.

"Yaa.. Kalo lo emang udah yakin sama keputusan lo sih, gue cuma bisa ngedukung. Tapi inget, kalo ada apa-apa cerita sama gue dan yang lain. Gimana pun kita itu sahabat jangan ada rahasia-rahasia an." nasehat Bryan pada Zee.

"Okesiaap pak boos.. Nanti gue pasti cerita sama anak-anak kok." ucap Zee dengan semangat seraya menepuk bahu Bryan dengan cukup kuat.

"Lo kalo seneng biasa aja nyet, sakit nih lengan gue lo pukul-pukul."

GlaciesWhere stories live. Discover now